Diaclamer : Naruto selalu punya om Masashi Kishimoto. Nggak berani ngaku-ngaku karena takut disantet *plaakk!*
Title : New Life
Pairing : Naruhina and others
Warning : Au, Gaje, Alur kecepetan, Typo yang berserakan, bahasa campur aduk kayak rujak dan masih banyak kekurangan di fanfic ini.
Yo minna-san...ini fanfiction pertama saya di fandom Naruto. Saya masih New Author di sini jadi harap maklum jika terjadi banyak kesalahan dan nilai minus dalam fic ini. Tapi saya harap ada yang mau membaca fic jelek ini dan mungkin mau berkenan meninggalkan jejak di kolom Review. Oke langsung saja! Read Enjoy!
###########
Chapter 1.
Seorang gadis cantik keluar dari Konoha Air Port sambil menyeret sebuah koper. Surai indogo panjangnya bergoyang di terpa angin. Kulitnya yang seputih porselen terpampang sinar matahari sore, menambahkan kesan anggun. Manik putihnya menatap ke sekeliling, mengamati keadaan sekitar.
"Sudah 6 tahun aku tidak kesini. Rasanya rindu sekali. Konoha aku datang!"
Gadis bernama lengkap Hyuuga Hinata itu berdiri sebentar. Lalu sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Iapun masuk ke dalam
"Jalan Mangekyo blok D, pak" katanya. Lalu taksi itupun melesat menuju tempat tujuan.
Di perjalanan Hinata terus bergelut dengan pikirannya. Wajahnya penuh raut sedih dan kecewa. "Apa yang ku lakukan ini benar? Atau salah? Tapi biarlah. Aku sudah tidak betah jika harus tinggal bersama Tou-san. Tou-san terlalu mengekangku. Aku seperti seorang putri yang terkurung. Mungkin dengan begini aku bisa bebas dari Tou-san. Aku akan mulai hidup dari lembaran baru lagi."
Setelah beberapa menit taksi berhenti di jalan Mangekyo blok D. Gadis bermanik lavender itu segera membayar si supir taksi dengan uang tabungannya lalu ia turun untuk melanjutkan perjalanan.
Malam telah menjelang sejak tadi. Jalanan terasa amat sepi. Hanya uara langkah kakinya saja yang terdengar mengiringi kepergiannya. Dengan sedikit takut Hinata terus berjalan ke tempat tujuannya. Gadis cantik ini tak tahu jika sebentar lagi ia akan menemui bahaya.
Tepatnya saat melewati gang yang agak gelap dan sunyi. Dari depan ia di cegat oleh tiga berandalan. Mereka menatapnya dengan tatapan mesum yang sangat menjijikkan.
"Yo manis...kok sendirian aja? Mau ditemenin?" goda salah seorang yang wajahnya penuh dengan jahitan.
"Atau mungkin kau mau main dulu sama kita? Hahaha" kata seorang lagi yang wajahnya mirip ikan hiu 0_o sambil mengelus pipi Hinata. Reflek Hinata menepis tangannya.
"Ja-jangan santuh! A-ku...bi-biarkan aku lewat!" bentaknya dengan nada terbata karena ketakutan.
"Kok galak banget si? Jangan begitu dong... Biarkan kami bermain denganmu dulu" ucap Berandalan berambut abu-abu klimis yang diketahui adalah ketuanya.
Hinata sudah bersiap lari dari sana meninggalkan kopernya. Namu. Aksinya dengan mudah di gagalkan oleh ketiga pria mesum itu. Salah seorang dari mereka berhasil menangkap tangannya lalu segera membekapnya dari belakang. Hinata berusaha melepas bekapan itu dengan terus meronta. Tapi sia-sia saja. Tenaganya jelas kurang kuat.
"Lepwawskwam akwu... Kwu mwohom...(lepaskan aku...ku mohon...)". Pinta Hinata.
'Hahaha...tenang manis. Kami akan melepaskanmu tapi setelah kita bersenang-senang. Hahaha..."kata sang ketua sambil tertawa bersama anak buahnya.
"Katanya manusia itu kalau pandangannya tertutup maka rasa takutnya akan muncul dan suarapun tidak bisa keluar. Kalau begitu aku akan menutup matamu". Salah seorang berandalan menutup mata hinata dengan kain. Hinata hanya bisa pasrah akan nasibnya.
'Apa seperti ini akhirnya? Siapapun...ku mohon tolong aku...'
"Hey, lepaskan gadis itu! Dasar sampah!"
Suara seorang pemuda terdengar menggema di lorong. Reflek ketiga pria yang membekap Hinata menoleh ke asal suara dan mendapati sosok pemuda berkepala kuning berjalan santai ke arah mereka.
'Penolongku kah?' Hinata bertanya-tanya dalam hati.
Ketua berandalan itu berjalan ke arah si pemuda. "Siapa kau? Dan apa maumu? Mau cari ribut dengan kami heh, bocah?!"
Pemuda itu hanya menatapnya datar. "Aku hanya ingin kalian melepaskan gadis itu."
Si berandalan menatapnya dengan pandangam tidak suka. "Cih! Siapa kau berani memerintahku?! Ku hajar baru tahu rasa!"
"Baiklah...aku sudah bicara baik-baik tapi kalian tetap tak mau melepaskannya. Kalau begitu tak ada pilihan lain selain mengajar kalian"
Ketiga pria itu tertawa terbahak-bahak, meremehkan pemuda di depan mereka yang bermaksud menolong gadis bermahkotakan indigo itu. "Kau sendirian ingin menghajar kami? Kau benar-benar cari mati ya? Tapi baiklah aku terima tantanganmu. Tapi jangan menyesal jika malam ini kau tidak akan pulang ke rumah".
Mereka bersiap akan berkelahi. Tapi terlebih dahulu Hinata di ikat di tiang listrik agar tidak bisa kabur.
Hinata pov.
Syukurlah ada orang yang mau menolongku. Ku harap ia bisa menang. Tapi apa ia akan baik-baik saja melawan ketiga berandalan ini? Kami sama tolonglah dia...
End Hinata pov.
Ketiga berandalan tadi sudah siap dengan kepalan tangan mereka. Tapi pemuda berkepala kuning itu masih terlihat santai dengan mengantongi kedua tangannya. Tak mau berpikir panjang mereka langsung menyerang si pemuda secara bersamaan.
Serangan pertama di lancarkan pria bermuka hiu. Ia berniat meninju wajah pemuda di depannya tapi bisa dihindarinya dengan mudah. Serangan kedua menyusl dari pria bermuka penuh jahitan. Ia berusaha menendang perut orang itu tapi dengan cepat, pemuda itu melompat kebelakang.
Si pria berambut abu-abu mengambil balok kayu di dekatnya lalu berusah memukul tengkuk si pemuda. Tapi tanpa di duga-duga, pemuda itu membalikkan badannya lalu memukul tangan pria itu hingga balok kayu itu terjatuh. Tak tinggal diam Pria berambut abu-abu itu melayangkan tinjunya ke wajah si pemuda. Dengan mudah pemuda itu menangkap kepalan tangannya. Pria itu melayangkan kakinya ke pinggang pemuda berkepala kuning itu. Ia menangkis tendangannya dengan dua tangan.
Dengan cepat ia menendang si ketua beranndalan itu lalu melayangkan kakinya ke wajah pria itu hingga terpental ke tempat sampah dan K.O seketika.
Kedua anak buahnya yang melihat bos mereka tak sadarkan diri sonta memekik.
"BOSS!"
"KAU! APA YANG KAU LAKUKAN PADA BOS! KU BUNUH KAU!"
Pria berwajah penuh jahitan berlari menerjang si pemuda dengan pukulannya yang tepat mengenai wajah pemuda keluar dari sudut bibirnya.
"Cih, apa hanya segini saja pukulanmu? Tidak sakit sama sekali." Ledek si kepala kuning.
Dengan amarah yang memuncak ia kembali menerjang si pemuda. Tapi kalah cepat karena kaki pemuda itu sudah melayang dulu hingga mengenai wajahnya. Ia terpental menabrak tembok dengan rahang patah.
"Hiaaahhh!" Salah seorang berandalan yang masih bertahan segera menyerang ke arah si pemuda dengan pisau di tangannya.
"MATI KAU! BRENGSEK!"
Syuuuuuuttt...
Criikkk..
+Buakh!bukkk!buuaaakkhh!buakkhhal! Zrraakk!
######
Hinata hanya bisa terdiam dengan tubuh gemetaran mendengar suara perkelahian itu. Sangat mengerikan jika pemuda yang hendak menolongnya itu sampai kalah atau terbunuh. Ia hanya bisa berdoa semoga penolongnya baik-baik saja.
Tak lama kemudian suasana berubah menjadi hening. Tak ada suara gaduh atau perkelahian. Yang terdengar hanyalah suara langkah kaki yang mendekatinya.
######
Pisau mengarah ke wajah pemuda berkepala kuning. Karena sedikit terlambat menghindar. Pisau itu berhasil menggores pipi kirinya. Tepatnya di bawah mata. Cairan merah kental keluar dari goresan itu.
Dengan cepat ia melayangkan pukulannya ke perut pria berwajah hiu lalu melayangkan tendangan ke tengkuknya hingga tubuh pria itu jatuh dengan keras mencium aspal. Pemuda itu berdiri di depannya dengan tatapan membunuh. "Enyah, atau mati" ancamnya.
Dengan gemetaran pria berwajah ikan hiu iru berlari meninggalkan jasad temannya yang masih tergeletak di TKP. Saking takutnya ia tak melihat ada tiang listrik dan alhasil iapun menabrak tiang itu dengan keras lalu terbaring tak sadarkan diri.
"Dasar bodoh" gumam si penolong.
Pemuda itu teringat dengan gadis yang hendak di tolongnya. Ia berjalan ke tempat Hinata terikat, membukakan tali yang mengikatnya dan kain yang menutupi matanya. Hinata membuka iris lavendernya.
Tampak sosok pemuda bersurai kuning tengah berjongkok didepannya. Kulitnya berwarna tan dengan tiga garis seperti kumis kucing di masing masing pipinya. Ia mengenakan jaket abu-abu bertudung dan celana jeans longgar dengan hiasan rantai di sampingnya. Hanya satu kata yang terlintas di pikirannya saat mengamati wajah pemuda itu. 'Tampan'
Dan ketika iris lavendernya bertemu dengan blue shappire si pemuda. Waktu seakan berhenti berputar. Shappire yang menghiasi wajah tampan pemuda itu seolah menghipnotis Hinata hingga ia merasa enggan berkedip walau hanya sekali saja. Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang dan darah seakan mengalir ke kepalanya hingga ia merasa wajahnya mulai memanas.
Untuk beberapa saat mereka saling bertatapan namun tak berselang lama karena pemuda itu segera berdiri. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Hinata bangun. Hinata yang baru tersadar segera menundukkan kepalanya karena malu.
'Tangannya hangat sekali...'
"Apa kau tidak apa-apa?" Tanya penolongnya itu dengan nada khawatir.
Hinata menjawabnya dengan sedikit gugup. "A-aku...Aku...b-baik... Terimakasih kau sudah mau menolongku..."
"Ya, sama-sama. Kalau boleh aku tahu siapa namamu nona?"
"Na-namaku...Hy-Hyuuga... Hinata"
Pemuda itu terdiam sesaat. Sepertinya dia pernah mendengar nama itu.
"Oh, nama yang bagus. Perkenalkan Uzumaki Naruto desu. Panggil saja Naruto."
"Se-senang berkenalan denganmu Naruto-san." Naruto dan Hinata saling berjabat tangan.
"Aku juga. Ngomong-ngomong kenapa kau bisa berkeliaran sendirian malam-malam begini? Kau bukan orang sini ya?"
"Y-ya... Aku bukan orang sini. Aku dari Kirigakure. Aku ke Konoha ingin menemui kakak sepupuku" jawab Hinata. Hinata sedikit tersentak ketika melihat ada darah di sudut bibir Naruto. "Hey, bibirmu berdarah"
Naruto menyentuh bibirnya yang berdarah karena pukulan salah seorang berandalan tadi. "Oh, ini hanya luka kecil"
"Aduh, walau luka kecil harus tetap di obati. Apa lagi luka itu karena aku. Aku akan mengobatimu"
"Sudahlah Hinata, lagi pula luka ini tak seberapa kok"
"Walau begitu aku akan tetap mengobatimu" kukuh Hinata. Ia jadi sedikit keras kepala jika sudah berurusan dengan yang namanya Luka. Iapun menyeret Naruto ke taman terdekat untuk mengobatinya. Mereka duduk di salah satu kursi taman. Hinata mengeluarkan kotak obat kecil dari dalam kopernya lalu mengambil kapas dan memberinya alkohol. Ia meraih wajah Naruto lalu menempelkan kapas itu di sudut bibirnya dan di bawah matanya.
"Go-gomennasai...karena menolongku kau jadi terluka seperti ini."Sesal gadis Hyuga itu.
"Ini bukan salahmu. Aku hanya kurang hati-hati saja tadi." Timpal pemuda di hadapannya.
Suasana berubah menjadi hening. Hinata masih sibuk mengobati wajah Naruto dan Naruto juga hanya diam saja. Sepertinya ia menikmati setiap sentuhan hinata di wajahnya. Dengan jarak wajah yang 'sangat dekat' Naruto dapat merasakan harum aroma Lavender dari tubuh gadis manis di depannya. Astaga! Apa ia barusan mengatakan manis?! Sepertinya dia sudah benar-benar akan gila.
Hinata juga dapat mncium aroma mint dari tubuh pemuda di dekatnya. Aromanya sangat menenangkan hingga Hinata hampir terlena.
Setelah mempelkan plester ke pipi Naruto, Hinata segera menjauhkan wajahnya.
"Su-sudah selesai"
Naruto segera terlonjak." Oh... Sudah selesai ya" jawabnya seperti orang bodoh."Kalau begitu terimakasih ya Hinata" ucapnya sambil menunjukkan senyum lima jarinya.
Hinata tersipu malu melihat senyuman pemuda itu."ah-y-ya... Ha-rusnya Aku yang berterimakasi pada Na-Naruto-san yang sudah menolongku."
"Haha...itu sudah menjadi kewajiban seorang pria untu menolong wanita yang sedang dalam kesulitan. Karena sudah malam bagaimana kalau aku mengantarmu?"
"Eh?!". Hanya kata itu yang mampu di ucapkan hinata mendengar niat tulus dari pemuda bermata shappire itu. Walaupun baru kenal tapi entah kenapa ia merasa bisa mempercayai Naruto. Tapi karena tak mau merepotkan Naruto, Hinata menolak tawaran itu dengan halus.
"Ah...ti-tidak usah re-repot repot be-begitu. Rumah kakak sepupuku sudah dekat kok." Tolaknya halus.
"Tapi-"
"Aku akan lebih berhati-hati" potong Hinata.
"Huft, baiklah. Kalau begitu hati-hati."
Hinata tersenyum "Hai. Konbanwa Naruto-san. Terimakasih pertolongannya"
"Ya, jaa ne..."
Hinata berjalan meninggalkan Naruto yang masih duduk di bangku taman. Naruto mengelus plester di pipinya. "Hinata ya? sepertinya aku pernah mendengar namanya. Menarik"
########
Sementara itu Hinata telah sampai di depan sebuah apartemen bertingkat. Apartemen itu iankenali sebagai apartemen milik kaka sepupunya yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Ia mengetuk pintu bercat abu-abu di depannya.
+Tok tok tok+
"Iya, sebentar..." sahut suara yang dikenali sebagai suara seorang pria dari dalam.
Pintu itu terbuka memperlihatkan seorang pria berusia sekitar 25 tahun yang menatap Hinata dengan pandangan bingung campur kaget.
"Astaga kami-sama... Hinata! Apa yang kau lakukan di sini? Dan bagaimana kau bisa kesini? Bagaimana dengan Ayah dan Hanabi?!" Tanyanya dengan sedikit panik.
"Aku...kabur dari rumah" jawabnya jujur.
Nji membulatkannmatanya. "Kenapa kau kabur dari rumah? Astaga! Bagaimana kalau Ayah mencarimu?!"
"Aku akan menjelaskannya. Tapi sebelumnya bolehkah aku meminta sesuatu?"
Pria bernama lengkap Neji Hyuuga itu menatap Hinata penuh tanda tanya.
"Biarkan...aku tinggal disini."
#########
Dan disinilah Hinata sekarang. Duduk di kasur yang tidak begitu besar di dalam kamar yang tak di pakai di apartemen Kakaknya.
Tadi setelah ia meminta untuk tinggal bersama Kakak sepupunya Neji, Ia sempat tak setuju dan ingin menelfon ayahnya karena ayahnya pasti akan mencarinya. Namun setelah menceritakan semua perihal 'ke-kabur-an-nya' dan memohon terus untuk tinggal di sini, dengan agak ragu-ragu Nejipun mengijinkannya. Dengan syarat Hinata harus tetap bersekolah.
'Baiklah. Aku tidak akan bilang pada Ayah jika kau disini. Tapi kau harus tetap bersekolah. Aku akan mengurus kepindahan sekolahmu. Kau bisa tidur di kamar tamu. Kamarnya tidak terlalu bagus jadi kau jangan mengeluh'. Perkataan Kakak sepupunya membuat Hinata merasa senang. Hinata tahu, Neji pasti tidak akan menolak permintaannya.
Hinata teringat sesuatu. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan smartphone berwarna ungu. Ia membuka pesan dan misscall. Hanya ada pesan dan misscall dari adiknya, Hanabi.
Hinata pov.
Aku membuka pesan dan panggilan masuk di Handphoneku. Ku lihat semuanya dari Hanabi. Tak ada panggilan masuk ataupun pesan dari Ayah. Aku jadi merasa sedih. Ayah sudah tidak peduli lagi padaku. Aku jadi merasa bersalah pada Hanabi. Pasti adikku tersayang itu sedang mengkhawatirkanku. Maafkan Nee-chan Hanabi. Nee-chan pasti akan kembali nanti.
Agar Ayah maupun Hanabi tak mengetahui keberadaanku, akupun mencabut Sim card di Smartphoneku lalu mematahkannya menjadi dua dan membuangnya keluar jendela karena kamar baruku ada di lantai dua.
Aku merebahkan tubuh langsingku ke kasur. Memang tak senyaman kasurku tapi aku bukanlah gadis manja yang suka mengeluh hanya karena hal sepele begini. Aku memejamkan mataku. Tiba-tiba aku teringat dengan pemuda yang menolongku dari berandalan-berandalan tadi. Jujur saja ku akui dia sangat tampan dan keren, juga hebat.
"Namanya...Uzumaki Naruto ya?" gumamku.
"Dia bahkan mengatakan jaa nee...apa dia ingin bertemu lagi denganku?"
Aku tersenyum sendiri sambil memeluk guling di sampingku. Aku memejamkan mataku lagi dan berakhir di alam mimpi. Tentu saja mimpi tentangnya.
End Hinata pov.
#########
+Konoha Senior High School+
Salah satu ruang kelas di KSHS, Tepatnya kelas 11-B. Terdengar lebih riuh di banding kelas-kelas lain. Ada yang sedang menggosip, Lari-lari keliling kelas, lempar-lemparan sepatu, tanding panco, nyanyi nggak jelas, bahkan yang sedang tidur dan masih banyak lagi aktivitas-aktivitas nyleneh di kelas itu. (parahnya ini kelas nggak bisa kebayang dengan jelas)
Beberapa orang yang sedang menggosip terlihat sibuk sekali dengan topik yang mereka bicarakan.
"Eh, ku dengar katanya bakalan ada anak baru lho di kelas ini" kata seorang gadis bersurai pirang panjang tengah membuka topik baru.
"Kau jangan mulai menggosip lagi Ino." Tegur wanita berkucir empat yang dengan santainya duduk di meja.
"Siapa yang menggosip Temari? Ini fakta kok.' bela gadia bernama Yamanaka Ino.
Temari hanya memutar bola matanya. Sementara gadis berambut pink yang berdiri di sampingnya tampak antusias.
"Kau dengar dari mana Ino-pig?"
"Forehead, Aku dengar dari Ayahku. Kau lupa? Ayahku kan guru di sini." jawabnya dengan nada sedikit sombong.
"Ku kira kau menguping lagi.'Ledek gadis yang di panggil forehead aka Haruno Sakura.
"Enak saja! Bukannya kau ya yang suka menguping?" Balas Ino.
"Sudahlah, masalah kecil saja kalian ribut. Jika terus begini aku bisa melempar kalian ke luar jendela" ancam Sabaku no Temari membuat kedua gadis itu saling berpelukan takut.
"Berisik!" protes seorang pemuda berkucir tinggi ala nanas sambil menunjukkan wajah mengantuknya.
"Diam kau! Dasar Nanas pemalas!" bentak Temari galak yang hanya di balas dengan kata 'mendokusai' andalan pemuda itu.
Kedua gadis di depannya tersenyum penuh arti. "Hey Temari. Tak baik lho membentak orang yang kau sukai' goda Ino.
"Siapa maksudmu? Aku suka dengan nanas menyebalkan itu? Cih yang benar saja!' sahut gadis berkucir empat itu sarkastik.
"Hah...sekarang malah kalian yang ribut. Ayo cepat lanjutkan menggosipnya" pinta Sakura.
"Oke-oke. Jadi murid ba-"
"ekhem...sepertinya ada yang sedang ngegosilin aku nih" Kata seorang pemuda dengan tato segitiga terbalik di kedua pipinya, Inuzuka Kiba. Ia baru saja berangkat bersama Sasuke dan Sai. Sontak para gadis meneriakkan nama SASAKE dengan nada sok imut. Tapi si pemuda seolah tak peduli. Ia hanya duduk di bangkunya sambil memainkan Handphonenya.
"Ih...dasar pede. Mending aku ngepel genteng dari pada ngegosipin maniak anjing sepertimu." Celetuk Ino membalas kepedean Seorang Kiba.
"Uh...jahat sekali si"
Sai yang telah menaruh tasnya di kursi mendekat ke arah kiba. "Memangnya kalian sedang menggosipkan apa? Jangan-jangan kalian sedang bergosip tentang tubuh kalian yang semakin gemuk ya?" Cerocosnya dengan tajam. Alhasil iapun mendapat deathglare dari tiga gadis itu.
"Kau pilih diam atau ku tendang keluar kelas?" ancam Sakura. Ia lupa kalau ada Sasuke yang duduk tak jauh dari mereka. Aduh...matilah...bukankah ia harus jaga image di depan si Uciha sulung itu?
Sai hanya tersenyum dengan tampang tak bersalah andalannya. Dengan wajah kecut Ino meneruskan topik gosipnya. " Jadi murid baru itu pindahan dari Kirigakure"
"Eh, jadi bakalan ada anak baru? Cowok apa cewek?" tanya Kiba dengan semangat.
"Kalu tidak salah, cewek sepertinya"
"Cewek?! Serius?! Huhuy! Bisa cuci mata!" teriak Kiba yang di sambut lirikan binging dari teman-temannya. Dengan semangat ia berteriak bahwa akan ada anak baru cewek di kelas 11-B ini. Para siswa bersorak girang. Sementara para siswinya hanya . para siswa menyiapkan berbagai rencana kejutan untuk mengerjai anak baru itu. Mereka sibuk menyiapkan gombalan untuk siswi baru jika ternyata dia cantik. Tapi jika dia tak cantik mereka telah bersiap mengerjainya.
Tapi tiga siswa yang masih duduk di bangku masing masing sepertinya tak begitu tertarik. Mereka malah mengeluhkan keributan yang diciptakan kiba dan lainnya.
"Merepotkan"keluh Nara Shikamaru sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Ck, berisik" keluh Uciha Sasuke sambil memasang headsetnya.
Lalu Shimura Sai yang lebih memilih membaca buku dengan judul 'Cara menggosip yang benar'. (ada-ada aja).
Entah sejak kapan tiba-tiba telah berdiri sosok ibu kepala sekolah yang sangat di takuti di KSHS. Tsunade. Melihat keadaan kelas yang sangat kacau membuatnya naik darah.
"KALIAN SEMUA! DUDUK SEKARANG JUGA! ATAU AKU TENDANG KALIAN DARI LANTAI DUA!" Ancamnya dengan suara yang bisa membuat telinga tuli seketika.
Shikamaru yang tak sadar akan kehadiran sang kepala sekolah malah berkata. "Berisik! Merepotkan".
Dengan langkah lebar Tsunade mendatangi meja Shikamaru dan Sai yang duduk di sampingnya. Ia menjambak kuncir Pemuda Nara itu hingga si pemuda berhengit sakit.
"Hey, ini sa-" Shikamaru tak jadi meneruskan protesnya. Ia malah menatap Tsunade dengan takut-takut.
"Shikamaru...SIAPA YANG KAU PANGGIL MEREPOTKAN HAH?!"Bentak Tsunade tepat di depan Shikamaru. Pemuda berambut nanas itu hanya diam sambil berdecak kesal dalam hati, kenapa teman sebangkunya, Sai tak membangunkannya? Dasar merepotkan.
"Jika aku sampai mendengar kata-kata merepotkanmu itu lagi...akan ku pastikan kau berlari dilapangan 50 kali!" ancam Tsunade. Kemudian ia membiarkan Shikamaru duduk dengan tubuh yang masih gemetaran. Para murid memandangnya dengan tatapan iba kecuali, Temari mungkin.
Tsunade berdiri di depan kelas. "Apa setiap pagi kalian selalu berisik seperti itu? Jika seperti ini terus aku akan menghukum kalian semua dengan menyuruh kalian membersihkan seluruh penjuru KSHS. MENGERTI!"
"Mengerti bu..." jawab mereka takut.
"Bagus. Kalau begitu aku ingin mengumumkan bahwa kalian kedatangan teman baru. Silakan masuk"
Seorang gadis bersurai indigo masuk ke dalam kelas dengan sedikit malu-malu. Ia sedikit menundukkan kepalnya. "O-Ohayou minna-san...wa-watashiwa Hy-hyuuga Hinata desu. Yoroshiku."
Melihat gadia cantik di depan kelas, para siswa tak kuasa untuk tak berteriak 'KAWAI!' dengan backgroud love-love di sekelilingnya. Sementara sebagian para gadis sedikit iri dengan kecantikan Hinata.
Ya...itu Hinata. Dia akhirnya pindah ke KSHS setelah kakak sepupunya mengurus kepindahannya beberapa hari lalu.
Tsunade memberikan dearhglare andalannya pada para siswa yang berteriak kawai tadi. dengan cepat mereka diam lalu duduk manis di kursi masing-masing.
Tiba-tiba terngar suara pintu di geser. Reflek semua menoleh ke asal suara lalu dari arah pintu muncul pemuda berkepala kuning dengan aksen kumis kucing di kedua pipinya. Hinata membelalakkan matanya melihat pemuda itu.
"Gomen baa-san, aku sedikit terlambat"
Para gadis memekik kegirangan melihat kedatangan pemuda itu.
"KYAAAA NARUTO-KUN !"
"AKHIRNYA DATANG JUGA!"
"SUGOIII!" Teriak mereka.
Matanya beralih ke arah gadis yang berdiri di samping orang yang ia panggil baa-san. Ia menampakkan ekspresi terkejut melihat gadis itu.
'Kami-sama...bagaimana doaku terkabul secepat ini?' batin keduanya.
###########
Bersambung chap 2...
Yosh! Akhirnya chapter 1 selesai juga. Maaf jika hasilnya sangat tidak memuaskan. Saya harap para readers berkenan mengomentari atau mengkritik fanfic ini di kolom review. Terimakasih buat yang mau RnR ! ^_^
