Just Give Me A Reason

Present by Lee Haesung

Cast :

. Lee Sungmin

. Cho Kyuhyun

. Lee Donghae

. Lee Haesung (OC)

. And other cast

Genre : Romance, hurt, married life, songfict.

Length : Twoshoot.

Rate : Teenage.

Disclaimer : All casts not mine. This fiction is mine.

Warning : Typo(s) dan cerita yang alurnya selalu maksa dan EYD yg blm sempurna, GENDERSWITCH. So, Don't like don't read!

A/N : Please enjoy the story. I hope.


.

.

OoO

.

.

JAE NOTE:

Ini FF arsip dari temanku. Aku sudah meminta izin buat edit jadi Kyumin. Maklum, setiap baca FF yang kebayang Kyumin. Dia juga setuju karena ia juga Joyer.

Thanks to : deviyanti137 , abilhikmah , imAlfera , Heldamagnae , yatananovia , Cho Pristi Lee , Kim Soo Hyun , Kyumin Town for your review.

Thanks juga buat yang udah fav-follow. Tanpa kalian, aku bukan siapa-siapa. Ini cukup menjadi sambutan baik untuk saya, mengingat saya belum lama masuk FFn.

Untuk balasan Review. Coba cek PM/INBOX. InsyaAllah, aku sudah balas masing-masing. Yah, intinya Gomawo udah RnR :)

.

.

OoO

.

.


.

.

"Jujur aku memiliki kekasih di belakangmu. Aku mencintainya. Ia terlalu berharga untuk aku lepaskan dan dengan egois aku ingin memilikinya. Bisakah kita bercerai?"

.

.

o0o

.

.


You ask me why I'm still alone.

I just smile weakly.

I'm in love with someone.

Yes, I do have a lover.

Namja itu mengelus pipi yeoja di hadapannya lembut beserta tatapan cinta dari kedua manik matanya. Tak peduli jika tempat mereka memadu kasih adalah kantor namja itu. Sedari tadi tangan namja itu terus memeluk posesif yeoja berpipi merona karena rayuan sang namja yang dilayangkan begitu gencar.

"Seandainya jika kau mau menceraikan istrimu aku tidak akan di cap kekasih gelapmu, Kyuhyun Sajangnim." Ujar yeoja itu setelah mengecup bibir tebal namja itu –Kyuhyun- singkat. Tiada rasa malunya yeoja itu memainkan tangannya di dada bidang Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum, "Sebentar lagi Sooyoung-ah. Setelah aku merekayasa hasil tes kesehatannya aku akan bercerai darinya dan segera menikah denganmu." Sooyoung tersenyum puas atas jawaban yang diberikan Kyuhyun untuknya. Kyuhyun menarik tengkuk Sooyoung mendaratkan bibirnya kemudian melumat bibir tipis Sooyoung.

Sosok di depan pintu hanya dapat terpaku melihat Kyuhyun mencium Sooyoung. Tangan sosok itu kembali menutup pintu ruangan itu. Melangkahkan kakinya pergi dari perusahaan milik suaminya itu.

.

"Kopinya, Agassi." Ujar namja itu ramah, meletakan kopi hangat di salah satu meja di coffee shop yang di tempati oleh seorang yeoja. Yeoja itu menanggalkan tugas designnya dan melihat namja itu. Sebelumnya ia memiliki hasrat untuk memarahi namja tidak sopan menurutnya itu tetapi urung setelah ia menangkap paras familiar namja itu.

"Donghae Sunbae." Yeoja itu tersenyum pada namja itu –Donghae. Donghae duduk di hadapan yeoja itu sengaja tidak meminta izin duduk terlebih dahulu. Menyesap Americano itu tanpa melihat wajah sumringah yeoja itu memanggil namanya barusan.

"Apa kabarmu, Sungmin-ah?" Tanya Donghae ramah, lengkung tipis menghiasi bibir itu.

Sungmin memamerkan tugasnya, "Hanya tugas akhir inilah yang membuatku tidak baik-baik saja, selebihnya I'm fine." Donghae terkekeh pelan mendengar jawaban Sungmin. Sungmin kemudian memasukan tugas sketsa design itu dalam tas khusus untuk gambar sketsa A4.

Donghae menggelengkan kepala, "Ah~ memang memeras otak mancari design yang di inginkan Jung-Sam." Sungmin mengangguk setuju, tak hanya terlalu idealis dosennya itu tetapi berkelainan jiwa sebab setiap Hak-Saeng harus mempunyai tema berbeda dan setiap tema juga berkewajiban memiliki sebuah cerita nyata di dalamnya. Donghae mencondongkan tubuhnya lebih mendekat pada Sungmin, "kuberi rahasia Jung-Sam. Dia sangat menyukai roman picisan."

Sungmin membulatkan mata sipitnya, "Benarkah? Sungguh aneh." Donghae kembali duduk santai di dudukannya tadi. Tersenyum puas tahu jika informasi yang diberikannya benar-benar membuat Sungmin terkejut.

"Tentu saja." Ujar Donghae bangga.

"Darimana Sunbae tahu rahasia Jung-Sam sedangkan Sunbae beda jurusan denganku?" heran Sungmin.

"Tidak kenal dengan Lee Haesung?" Donghae menaikan alisnya pertanda pasti jawaban 'ya' dari Sungmin.

"Dia kan asisten Jung-Sam, apakah Sunbae pacaran dengan Haesung-Sunbae? Sampai-sampai informasi rahasia seperti ini kau tahu." Terka Sungmin menyipitkan matanya yang sudah sipit itu, memfokuskan menatap Sunbae sekaligus sepupu jauhnya itu.

"Ne, dia kekasihku." Jawab Donghae singkat sembari tersenyum.

"Ah~ irinya." Keluh Sungmin. "kalian pasangan unik, di kampus kalian seperti tidak mempunyai hubungan khusus tetapi –ternyata.." kalimat Sungmin menggantung. Teringat akan dirinya, merahasiakan pernikahannya bahkan Donghae pun tidak tahu perihal pernikahan itu. Orang tua Sungmin memutuskan merahasiakannya karena pernikahan ini hanya sekedar pemenuhan wasiat terakhir mendiang kakek dari kedua pihak –Sungmin dan suaminya. Segelintir orang tahu tapi Sungmin tidak ingin Donghae tahu. Ia rasa belum waktunya sesumbar pernikahan yang nantinya berakhir di meja hijau.

"Ternyata apa?" desak Donghae melanjutkan kalimatnya, tak kunjung dijawab Donghae melanjutkan, "Haesung pabo itu mennyuruhku menghindarinya saat di kampus. Malas mendapat gombalanku katanya." Seperti tersadar dari lamunannya Sungmin memasang senyum terpaksa agar Donghae tidak kecewa pada Sungmin karena kurang fokus.

"Sunbae memang terlalu mudah mengeluarkan gombalan, kasihan Haesung-Sunbae harus melihatmu dikelilingi yeoja seantero kampus." Ujar Sungmin sadar jika kalimat itu juga agaknya sedikit menyindirnya.

"Dia yang terbaik." Jawab Donghae, ia melihat sekeliling Sungmin, "Ngomong-ngomong mana pacarmu, kenapa kau datang sendiri?" Tanya Donghae heran. Sepupunya itu kapan akan memikirkan tentang cinta.

Sungmin tersenyum lemah, "Tidak ada." Ujar Sungmin lemah. "tapi ada seseorang yang aku cintai. Dan aku baru saja sadar mengenai hal itu hari ini."

Donghae tersenyum senang, "Whoa~ sepupuku yang kaku ini telah menemukan cinta." Donghae terkekeh kemudian tangannya terulur mengelus puncak kepala Sungmin lembut.

'Dia juga membuatku patah hati dalam 1 waktu.' Batin Sungmin.


.

.

.

o0o

.

.

.


You look at me with worried eyes.

And tell me to meet someone nice.

But you never know.

I already have someone special.

So precious that I hide inside.

Sungmin memasak makan malam untuknya saja, ia sengaja melupakan porsi makan suaminya. Ia pikir mungkin yeoja itu telah mengajak Kyuhyun pergi makan di luar bahkan Sungmin menduga jika yeoja itu sedang bermanja agar Kyuhyun terus menemaninya semalaman suntuk. Apron merah itu tak dilepas Sungmin lalu ia mendudukan dirinya di salah satu kursi di dapur dan memakan makam malam yang terlampau terlambat dari jam seharusnya.

Meski pendengarannya menangkap suara langkah kaki masuk ke ruang tengah –dekat dengan dapur– Sungmin putuskan tetap pada tempatnya. Diam dan kembali menyantap makanannya. Derap langkah itu semakin dekat membuat sejenak Sungmin menaruh sendok malas, selera makannya bertambah buruk.

Kyuhyun memasuki dapur dengan terseok-seok seakan kakinya berat untuk melangkah. Menggapai air dingin di dalam kulkas lalu meminumnya kasar. Kyuhyun belum menyadari apabila sedari tadi ia masuk ke dapur ada Sungmin memandanginya lekat. Rasa khawatir menjalari relung hati Sungmin menangkap tangan Kyuhyun mengeluarkan darah segar. 1 tahun ini cukup untuk hatinya mengenal Kyuhyun pastilah memiliki masalah sesius.

Kyuhyun berbalik dan bertemu pandang dengan mata berkaca-kaca Sungmin. Keduanya terdiam di tempat, terpaku sendiri dalam diam. Sungmin rasa tidak apa-apa jika ia mengobati luka Kyuhyun. Ia pergi meninggalkan Kyuhyun lalu datang kembali membawa kotak P3K dan baskom berisikan air hangat. Menaruhnya di meja dapur, Sungmin meraih tangan Kyuhyun yang tidak terluka mengajaknya duduk di kursi dapur.

"Kenapa mengobati lukaku sementara aku sendiri melukainya?" heran Kyuhyun ketika Sungmin memulai aktifitas mengobati luka di tangan Kyuhyun dengan membersihkan darah yang keluar dari tangan kanan Kyuhyun.

Sungmin menghembuskan napas, "Aku juga tidak tahu." Sungmin menatap Kyuhyun, "mungkin hanya basa basi kehidupan pernikahan." Lanjut Sungmin santai –meski hatinya berteriak ia sangat khawatir– lalu kembali fokus pada luka itu.

"Benar," lirih Kyuhyun. Bau alkohol memenuhi penciuman Sungmin berasal dari Kyuhyun. Entah berapa banyak Kyuhyun minum sampai baunya begitu menusuk.

"Rasanya ini waktu yang tepat untukku mengatakannya." Ujar Sungmin memulai memecah keheningan yang tiba-tiba mendera keduanya. "Aku harap kau telah menemukan seseorang yang juga berharga untukmu." Lanjut Sungmin, ia beranikan menatap langsung mata Kyuhyun. Bayangan menyedihkannya terpantul di manik itu.

Kyuhyun mengangkat alisnya sebelah, menunggu lanjutan kalimat Sungmin, Sungmin menghela napas berat, "Jujur aku memiliki kekasih di belalakangmu. Aku mencintainya. Ia terlalu berharga untuk aku lepaskan dan dengan egois aku ingin memilikinya. Bisakah kita bercerai?"

Mata Kyuhyun terus lekat melihat wajah Sungmin, memastikan keseriusan kata-kata Sungmin. Tapi ia sadar pasti istrinya itu tidak terlalu bodoh untuk membuat lelucon seperti bercerai ini.

"Apakah namja di coffee shop?" Tanya Kyuhyun datar. Pengendalian emosinya sungguh luar biasa jadi tak mudah menerawang apa saja dalam pikiran dan hati namja itu. Keluarga konglomerat telah melatihnya dengan sangat baik.

Sungmin terkejut, "Bagaimana kau tahu?" tangannya masih terampil mengoleskan alkohol. Dan ia lupa sampai menekan area luka itu.

Kyuhyun meringis, ia juga menyesal menanyakannya. Seharusnya ia pada niatan awal untuk pura-pura tidak tahu dan menyibukkan diri bersama kekasih gelapnya –Sooyoung beserta pekerjaan tiada habisnya.

"Aku pergi bersama Sooyoung untuk makan siang di sana." Jawab Kyuhyun. Dia memang jujur apabila ia pergi bersama Sooyoung untuk makan siang tetapi Kyuhyun tidak menceritakan bagian ia sengaja duduk di dekat meja Sungmin dan melihatnya bersama namja.

"Ah~ sekertarismu. Baguslah jika kau telah melihat kekasihku. Kapan-kapan akan aku perkenalkan secara resmi denganmu jika tidak keberatan. Kau pun tak akan kularang berhubungan khusus dengan sekertarismu. Dia cantik, tinggi juga langsing kalian akan jadi pasangan serasi." Ujar Sungmin. Ia telah selesai mengobati luka itu.

"Apa kau datang ke kantorku?" Tanya Kyuhyun hati-hati.

Sungmin berdiri dari duduknya, "Eonje?" Sungmin memastikan.

"Tadi pagi." Sungmin tersenyum, "Tepat saat kalian berciuman." Jawab Sungmin, segera berbalik. Jalannya terhenti akibat cekalan tangan Kyuhyun.

"Dan kau tidak terganggu?"

"Tidak. Selama kau pun tidak terganggu dengan hubunganku." Ujar Sungmin tanpa membalikkan tubuhnya –membelakangi Kyuhyun.

"Pikirkan juga usulanku untuk bercerai, jika bisa secepatnya. Dan.. tidak usah membuat surat kesehatan palsu yang menyatakan aku tidak bisa mengandung. Kita akan tetap bercerai tanpa surat itu." Lanjut Sungmin. Getaran hati Kyuhyun semakin gelisah karena perceraian itu sepertinya sangat di inginkan Sungmin yang dulunya sama sekali tidak berniat menolak pernikahan ini. Perasaan aneh itu terus saja menggerogoti hatinya. Dan Kyuhyun juga tidak tahu apa yang mengganggunya, apalagi perceraian ini juga ia menginginkannya.

Sungmin melepaskan genggaman tangan Kyuhyun. Berjalan pergi benar-benar meninggalkan Kyuhyun terpaku menatap punggung rapuh itu menjauhinya.

'Jangan vonis aku tidak bisa mengandung sedangkan aku tengah mengandung anakmu. Kyuhyun -ah.' Batin Sungmin. Tangisan diamnya membawa langkah lemah itu menuju kamarnya.

"Jadi akhirnya akan seperti ini.." lirih Kyuhyun. Tangan terbalut perban itu. Tangan Sungmin pernah memegangnya dengan khawatir.

Kyuhyun sadar ia murka dan menghabiskan untuk menghajar orang tidak bersalah hanya karena melihat Sungmin bersama seorang namja. Dan Sungmin sadar ia harus menutupi kehamilannya itu.


.

.

.

o0o

.

.

.


This one for you and me.

Living out out dreams.

We'll all right where we should be.

With my arms out wide.

I open my eyes,

And now all I wanna see is a sky full of lighters.

Kelas sudah berakhir beberapa saat lalu namun Sungmin masih betah berlama-lama di dalam kelas karena ia juga belum memutuskan akan kemana setelah kelasnya selesai. Semua tempat terasa membosankan baginya.

"Hi, Sungmin." Sapa seseorang. Sungmin mendongak kemudian tersenyum, "Haesung-Sunbae."

Haesung duduk di sebelah Sungmin, "Kemarin bertemu Donghae?" Tanya Haesung.

"Ne, apa Donghae-Sunbae menceritakannya?" Tanya Sungmin.

"Aku tidak akan membiarkannya berbohong dan tidak cerita padaku. Oh ya, Donghae pasti sudah mengatakannya kan?" Sungmin mengangguk, "semangat ya." Lanjut Haesung.

"Ne, gamsahamnida Sunbae."

"Panggil Haesung saja. Panggilan formal membuat namaku jelek." Sungmin terkekeh, "Apa kau punya janji?" ujar Haesung sumringah.

"Hm.. tidak ada–

"Eonni tidak jelek." ujar Sungmin tersenyum kaku, Haesung kemudian tertawa menyadari keadaan mereka sangat canggung.

"Tidak ada Eonni. Kenapa?"

"Kita pergi melihat pameran lukisan bagaimana? Kurasa akan banyak inspirasi di galeri itu. Tugas akhirmu pasti membutuhkan tema yang memukau sekalian juga kita mengakrabkan diri." Jelas Haesung menarik langsung Sungmin yang baru saja menyampirkan tasnya.

"Benar kata Donghae-Sunbae, Haesung Eonni cerewet sekali." Ungkap Sungmin jujur.

Haesung tertawa, "Benar juga kata Donghae pabo, Sungmin sangat pendiam tapi kata-katanya pedas."

.

Suasana kantor sungguh genting ketika atasannya tidak puas –bahkan terlanjur marah dengan kinerja para pegawainya. Kyuhyun merasa wajar ia memarahi Sooyoung atas tingkahnya yang terlampau teledor sehingga menghilangkan file proposal perusahaan.

"CHO SOOYOUNG, SEBODOH INIKAH DIRIMU!" bentak Kyuhyun marah pada yeoja tertunduk itu. Meski jabatan Sooyoung merangkap menjadi kekasih gelap Kyuhyun tetapi profesionalisme pekerjaan tidak akan dicampur adukan oleh Kyuhyun. Bahkan pegawai di luar pun dapat mendengar amarah Kyuhyun melalui nada bicaranya karena jarang sekali Kyuhyun semarah ini jika masalahnya tidak se-urgent ini.

"Joseonghamnida, Sajangnim." Ujar Sooyoung membungkuk

"File proposal itu begitu penting untuk mendapatkan investor Kim sebagai mitra kerja, kau menghilangkannya dan seluruh pegawai akan menanggung kesalahanmu kau hanya bilang maaf padaku." Geram Kyuhyun, ia berdiri dari duduknya lalu berdiri menghadap jendela ruangannya itu. "Keluar!" titah Kyuhyun dengan nada tidak bersahabat itu. Ia sungguh mengandalkan investor Kim ini untuk mendanai project baru yang perusahaannya. Namun jika file itu tak ada tidak akan ia dapatkan persetujuan dari investor tersebut, dan untuk mengulang diperlukan waktu sedangkan seorang investor tidak akan menunggu.

Tidak perlu dua kali diperintah keluar Sooyoung menunduk kemudian keluar dari ruangan kantor Kyuhyun. Ia mengambil ponsel di sakunya, menekan beberapa tombol touch screen itu dan menelepon seseorang.

"Oppa, meeting dengan investor itu berjalan lancar?" tanya Sooyoung manja.

"Ne, berkat file darimu Soo-Chagi." Jawab suara diseberang. Sooyoung tersenyum licik.

.

"Sudah menemukan hal menarik?" Tanya Haesung menghampiri Sungmin yang serius melihat lukisan sebuah taman itu.

Sungmin menoleh, "Belum Eonni, sungguh susah mencari ide." Keluh Sungmin.

"Mau lihat lukisan kesukaanku tidak?" tawar Haesung, Sungmin mengangguk mengiyakan. Haesung dengan semangat menarik tangan Sungmin. 'Kekanakan sekali sama seperti kekasihnya.' Batin Sungmin.

"Ini dia," tunjuk Haesung pada sebuah lukisan beberapa gedung. Ada arak-arakan pernikahan juda beberapa orang lainnya, "Apa bagusnya Eonni?" tanya Sungmin.

"Lihat yeoja yang berdiri sendiri itu?" Haesung menoleh dan melihat Sungmin mengangguk.

"Ia menggendong bayi?" tanya Sungmin memastikan, sekarang giliran Haesung mengangguk.

"Coba tebak kenapa raut wajah yeoja itu sedih melihat perayaan pernikahan itu? Dan siapa Appa dari anak yang di gendongnya?" tantang Haesung.

"Tentu saja sedih karena suaminya adalah pria di atas kuda itu –yang menikah itu." Jawab Sungmin, meski ia pun tidak yakin dengan jawaban asal itu.

"Salah. Appa dari anak itu adalag namja di atap itu." Tunjuk Haesung mengarah pada namja di atap.

"Bagaimana bisa Eonni?"

"Lihat saja arah pandangan kedua orang itu –namja dan yeoja itu. Namja kaya yang mungkin tidak bisa bersama dengan yeojanya. Cinta mereka tidak saling memiliki. Sedih bukan?" Haesung mulai berkaca-kaca menelisik lukisan itu lebih dalam. "Di dalam lukisan tidak selamanya pemerannya yang paling menonjol." Lanjutnya.

"Ada 3 alasan kenapa cinta tidak bisa saling memiliki. Pertama ada salah satunya yang tidak membalas cinta, kedua ada cinta lain, ketiga karena tidak siap mencintai. Kurasa seperti itu." Jelas Haesung. Terkekeh sendiri dengan petuahnya yang roman picisan sekali.

Perlahan Sungmin menenggelamkan dirinya melihat lukisan itu. Setetes air mata turun dari matanya. "Aku rasa aku pun tidak siap mencintainya, Eonni."

.

Jalan menuju halte bus Sungmin dan Haesung habiskan dengan membicarakan banyak hal. Bahkan keduanya tak sungkan berbagi keluh kesahnya. Suasana terasa tidak secanggung pertamnya. Haesung juga tidak berusaha tahu makna kata-kata Sungmin terakhir. Rasanya tidak sopan kecuali jika nanti Sungmin cerita dengan sendirinya.

"Orang tua Sungmin diplomat ya?" tanya Haesung.

"Ne, mereka sekarang tinggal di Kanada." Jawab Sungmin.

"Berarti Sungmin tinggal sendiri?" Sungmin mengangguk, 'Ada Kyuhyun pun aku tetap sendiri' batin Sungmin. "Kapan-kapan menginaplah di rumahku, Eomma pasti senang Sungmin datang, Appa sering dinas ke luar kota jadi rumah pasti sepi."

Sungmin tersenyum canggung, "Ne, kapan-kapan. Asal sediakan makanan enak saja Eonni."

"Kata ikan pabo 'pellet' enak untuk di makan, Eonni akan siapkan yang banyak." Haesung tertawa sedangkan Sungmin cemberut.

"Makanan manusia Eonni!" tawa Haesung semakin menjadi melihat wajah kesal Sungmin. "Aku 'kan tidak satu species dengan kekasihmu." Lanjut Sungmin.

"Geundae, Eonni.." lirih Sungmin, "sepertinya aku mempunyai ide untuk tugas akhirku juga cerita sedih tapi aku tidak akan menagisi cerita itu karena takdir dan nasib tidak bisa di ubah olah tangisan. Aku banyak belajar hari ini." Sungmin memeluk Haesung, meski kurang mengerti Haesung membalas pelukan itu.

"Gomawo Eonni." Gumam Sungmin. Haesung hanya tersenyum.

So hold up your lights, let it shine.


.

.

.

o0o

.

.

.


You, who came to me.

Who was full of loneliness and hurt.

Sungmin memasuki rumahnya bersama Kyuhyun itu, menaiki tangga ke lantai dua tempat dimana kamarnya berada. Jalannya begitu perlahan, lelah yang didera tubuhnya tak selelah hatinya. Memikirkan bagaimana jika orang tuanya kembali saat mereka – Sungmin dan Kyuhyun – berada di meja hijau untuk bercerai tetapi ia menyembunyikan seseorang di rahimnya. Buah kecelakaan 2 bulan lalu karena Kyuhyun mabuk berat. Kelakuan presdir itu memang tidak terduga.

Orang tua Kyuhyun mungkin akan memaksakan agar pernikahan ini terus berlanjut. Apalagi penerus yang diinginkan mereka telah hadir, tentu saja akan sulit bagi Sungmin dan Kyuhyun berpisah sementara keduanya masih saja saling menyakiti satu sama lain. Di mulai dari Kyuhyun yang tidak mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya.

Kemudian Sungmin yang tidak mau menjelaskan kesalahpahaman ini pada Kyuhyun membuat pernikahan ini semakin berada di ujung tanduk perpisahan.

Sungmin membuka pintu kamar tapi betapa terkejut ia melihat Kyuhyun tengah tertidur di ranjangnya. Wajahnya sungguh berantakan bahkan Kyuhyun tidak sempat menanggalkan sepatu juga jas yang melekat di tubuhnya.

"Kenapa kau harus tidur di sini?" tanya Sungmin entah pada siapa, ia mendekati sisi ranjangnya mendekati tubuh kekar Kyuhyun, pandangannya mengarah ke mata terpejam itu, "seharusnya aku tidak memperhatikanmu dengan lekat begini."

Sungmin membantu membukakan jas, meski sulit ketika tubuh Kyuhyun menggeliat. Juga melepaskan sepatu hitam itu. Sungmin kemudian duduk di lantai dekat dengan wajah terlelap Kyuhyun. Mengulurkan tangannya mengelus pipi Kyuhyun, Kyuhyun bergerak menyamankan tangan Sungmin di pipinya. Sungmin tersenyum, "Adakah yang menyulitkanmu hari ini?" tanya Sungmin, jelas ia tahu bila Kyuhyun tak akan menjawabnya.

"Hm," lenguh Kyuhyun seakan menjawab pertanyaan Sungmin, Sungmin memperhatikan mata itu masih tertutup dan ia rasa Kyuhyun bahkan sampai memimpikan masalahnya berarti itu sungguh menyulitkan. Waktu tidur Kyuhyun pun diganggu masalah itu.

Tangan lain Sungmin ia pakai untuk menyingkap rambut halus yang menutupi wajah Kyuhyun, menyeka keringat dingin Kyuhyun pelan agar Kyuhyun tidak terganggu, "Semua masalah selalu ada jalannya. Carilah baik-baik, eoh?" Sungmin menyunggingkan senyumnya mendapati gerakan kecil Kyuhyun yang seperti mengangguk padanya.

Sungmin melepaskan tangannya dari Kyuhyun melangkah keluar dari kamar itu. Kamar itu memang miliknya namun jika ada Kyuhyun tertidur di sana ia harus mau tidak mau tidur di kamar lain sebab Sungmin tidak ingin berada di kamar yang sama dengan Kyuhyun. Berada di sekitar Kyuhyun layaknya hidup di dunia tanpa oksigan dan membuatnya terus sesak napas. Terlebih ia tidak ingin bayinya terlalu dekat dengan Kyuhyun. Riskan membiasakan bayi itu dekat dengan Appanya.

Sementara di kamar itu, Kyuhyun membuka matanya. "Sungmin-ah," lirih Kyuhyun menatap ruangan itu tak ada lagi sosok Sungmin.

.

Can't you hold me?

Can't you hold my hands?

I need you now.

Sungmin membawa selimut tebal dan bantal dalam pelukannya bersiap tidur di sofa ruang tengah setelah tahu bahwa kamar tamu dikunci menggunakan pin angka. Sungmin malas menduga-duga isi kamar itu dan juga tidak ingin tidur di kamar Kyuhyun jadilah sofa ini akan menemani tidurnya. Sungmin berbaring disana berusaha tidur namun dingin malam musim gugur terus mengganggunya.

Mata Sungmin telah tertutup dan akan pergi terlelap sebelum ada tangan yang menggeser tempatnya dan memeluknya tiba-tiba. Sungmin membulatkan matanya, "Kyuhyun-ah?"

"Geser, aku ingin tidur disini." Putus Kyuhyun, membalikan Sungmin yang terlentang menjadi menghadapnya dan dipeluknya tubuh mungil itu erat. Sofa panjang itu terpaksa menampung keduanya. Sungmin hanya terpaku dalam kerterkejutannya.

"Bukankah kau sudah tidur tadi?" heran Sungmin. Mata Kyuhyun tertutup meski Sungmin tahu dia belum tidur hanya saja tidak ingin menjawab pertanyaan Sungmin. "Perlu kau tahu sofa ini sungguh sempit untuk kita berdua."

Sungmin masih tak bisa menutup matanya, Kyuhyun semakin mengeratkan pelukannya, "Peluk aku." Sungmin tidak mengerti, sikap Kyuhyun membuatnya bingung menyuruhnya balik memeluk Kyuhyun.

"Sebenarnya kenapa denganmu?" heran Sungmin, kaget tiba-tiba Kyuhyun memeluknya erat. "Kau bahkan membuat selimut yang ku pakai jadi berantakan." Keluh Sungmin mengelak dari perasaan hangat ketika tangan Kyuhyun merengkuhnya. Tubuh mungilnya mengeliat resah karena sungguh terlalu dekat dengan Kyuhyun dapat melumpuhkan sarafnya.

Tanpa membuka matanya, "Aku memerlukanmu memelukku." Lirih Kyuhyun. "Apa kau lebih suka aku pulang setelah menghajar seseorang? Saat aku dalam keadaan tidak baik, aku bisa jadi seseorang yang berbeda, kau paling tahu itu." lanjut Kyuhyun.

Sungmin memutar bola matanya malas, "Aku tahu dan ingat. Silahkan kau pergi sebelum melampiaskan kemarahanmu padaku. Yang kuinginkan adalah selimutku di atas lantai karena aku sungguh kedinginan." Ujar Sungmin kesal. Kyuhyun menenggelamkan kepala Sungmin didadanya meski Sungmin sedikit memberontak kini kepalanya telah bersandar dengan nyaman.

"Diam." Ujar Kyuhyun dingin walaupun tangan besar itu telaten mengusap punggung Sungmin teratur. Menjalarkan hangat untuk melewati malam dingin itu bersama.

Sungmin mengangkat tangannya dan memeluk Kyuhyun, "Besok solusinya akan datang, percaya padaku." Tangan Sungmin menepuk-nepuk pelan punggung Kyuhyun. "Jalja." Lirih Sungmin. Kyuhyun tersenyum lega, entah jasa apa yang dilakukan Sungmin tapi Kyuhyun merasa semua akan baik-baik saja esok.


.

.

.

o0o

.

.

.


Kyuhyun berjalan cepat menuju ruangannya, kemudian berhenti di depan bilik-bilik yang menyekat ruang kerja karyawannya. "Ada apa Sajangnim?" tanya namja paruh baya di samping Kyuhyun.

Telunjuk Kyuhyun mengarah ke seorang namja muda di salah satu nilik, "Kim Jongwoon, kau karyawaan baru. Bawa berkas terdahulu dengan investor Kim di ruang berkas." Kyuhyun mengalihkan pandangannya pada namja lain, "Kau cari informasi terbaru investor Kim" sekarang telunjuknya mengarah pada yeoja berpangkat sekertarisnya itu. "Jangan masuk ke ruanganku."

Pegawai di sana terkejut dengan larang Kyuhyun pada Sooyoung sedangkan mereka tahu jika Kyuhyun paling percaya pada sekertarisnya itu bahkan tidak ada di antara mereka yang mencium perselingkuhan Kyuhyun.

Kyuhyun kembali melanjutkan jalannya bersama namja paruh baya itu teru menjelaskan informasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan investor ini. Kyuhyun sesekali mengangguk mengerti.

Kyuhyun duduk di kursinya sementara namja itu berdiri tepat di hadapannya, "Jadi kau menyimpulkan ada yang sengaja membocorkan file proposal kita?" tanya Kyuhyun memastikan penangkapan indera pendengarannya benar.

"Ne Sajangnim, bahkan perusahaan lawan memakainya persis tanpa adanya perubahan." Jawab namja itu.

"Untunglah file yang belum sempurna itu yang hilang. Setidaknya sekarang kita bisa membuat proposal baru." Ujar Kyuhyun, menerawang ke depan ruangannya, intuisi seorang pebisnis tidak sembarangan ia berani menyimpulkan prasangka tidak baik pada kekasih gelapnya itu.


.

.

.

o0o

.

.

.


Kedua yeoja itu duduk santai di bangku di bawah pohon rindang taman kampus di sela-sela kelas keduanya yang berbeda. Sungmin memperlihatkan designnya pada Haesung dengan semangat.

"Baju keluarga?" tanya Haesung memastikan, Sungmin mengangguk.

"Ne Eonni, baju sederhana tapi saat mengambarnya aku sangat bahagia. Apalagi untuk baju bayi ini. Jelekkah?"

Haesung tersenyum, "Tidak sama sekali, saranku untuk baju bayi ini jangan terlalu memakai banyak pernak pernik karena kulit bayi rentan terhadap benda kasar." Haesung mengambil buku skechnya, menggambar beberapa hiasan dari border atau pun rajutan, "Bisa memakai hiasan seperti ini." Ujar Haesung memperlihatkan gambarnya, "ataupun kau bisa bermain di bentuk bajunya."

"Kurasa Eonni benar. Tetapi bahan rajutan sepertinya akan berbulu Eonni bagaimana jika memakai bahan renda halus?"

"Sepertinya tidak buruk. Asalkan rendanya tidak mudah tersangkut."

"Eonni mau menemaniku mencari bahan 'kan?" ujak Sungmin

"Tentu saja." Jawab Haesung.

.

Sungmin bersama Haesung pergi kesebuaah toko yang menjual pernak pernik berbau teddy bear. Sungmin rasa tedy bear kecil akan lucu jika ditambahkan untuk hiasan baju bayi yang ia rancang. Walaupun di tangan Sungmin dan Haesung sudah penuh dengan bahan pakaian yang akan Sungmin gunakan, mereka semangat mencari incaran mereka masing-masing.

Haesung sedikit berlari pada Sungmin sambil tersenyum senang memperlihatkan sebuah teddy bear super mini, "Sungmin-ah, ini jinjja gwiyowo." Ujarnya.

"Pakai untuk topinya bagaimana Eonni?" saran Sungmin, ia juga nampak begitu senang melihat teddy bear mini berwarna biru langit itu.

"Ne. Aku baru sadar kita hanya mencari bahan untuk pakaian bayinya saja." Ujar Haesung.

Sungmin tersenyum, "Karena bayi itu lucu Eonni." Ujar Sungmin berlaga imut –menaruh kepalan tangannya di kedua pipinya. Sungmin maupun Haesung nampak tertawa renyah. Siang itu sungguh melupakan sedikit beban Sungmin untuk sementara. "Baiklah setelah ini kita makan siang dulu baru mencari bahan lagi. Kata Donghae-Sunbae Eonni mudah marah saat lapar." Usul Sungmin walaupun harus Sungmin dapati tatapan pura-pura marah Haesung.

"YA! Si pabo itu malah menceritakan hal burukku semua padamu." Marah Haesung menyilangkan kedua tangannya didada.

Sungmin merangkul pundak Haesung, "Tapi Donghae-Sunbae menceritakannya dengan tersenyum terus Eonni. Mungkin dia sedang melamunkan Eonni." Bujuk Sungmin

"Kau pandai membuatku melayang, Sungmin-ah" ujar Haesung tersenyum, "Ayo kita makan."

.

"Perut Eonni belum kenyang?" tanya Sungmin saat di restourant. Sooyoung yeoja yang paling harus ia benci bersama seorang namja yang tidak ia kenal sedang tertawa-tawa. Sungmin tidak senang melihat yeoja itu bahkan sangat dekat dengan namja itu.

Haesung menatap Sungmin heran, melupakan sebentar makanannya, "Belum, kenapa kau sedari tadi ingin segera pergi dari sini? Lihat makananmu pun belum kau habiskan." tanya Haesung heran.

"Entahlah aku tidak suka di sini. Bisakah Eonni percepat makannya? Mungkin kita ganti restourantnya." ujar Sungmin dengan gugup, tangannya terkepal resah.

"Baiklah. Ayo kita cari bahan lagi, aku sudah selesai." Ujar Haesung.


.

.

.

o0o

.

.

.


I will keep him inside forever.

Sometimes tears filling up my eyes says.

You are the one I cherish.

Sungmin pulang agak larut memang karena keasyikan mencari banyak pernak pernik lucu dan bahan yang ia butuhkan untuk ia buat menjadi pakaian. Meski begitu lelah Sungmin berniat untuk menjahitnya malam ini juga. Di rumah itu terdapat sebuah ruangan berjendela besar menghadap taman belakang yang terlihat indah di malam hari, Sungmin sering berada di sana karena suasananya sangat tenang dan membuat nyaman.

"Ada yang kau butuhkan?" ujar Kyuhyun yang tiba-tiba menyenderkan diri di depan pintu ruangan itu. Sungmin memandangnya heran dan tidak mengerti.

"Apa?"

Kyuhyun nampak memutar bola matanya malas, "Akan kuberikan apa yang kau butuhkan sebagai balas budiku yang kemarin." Ia mengeluarkan tangannya dari saku celana kemudian menyilangkannya di depan dada.

Sungmin berpikir sejenak, apa yang diperlukannya dari Kyuhyun, "Berdirilah disitu dan aku akan mengukur ukuran bajumu." Ujar Sungmin menunjuk satu spot ddekat buku note gambarnya dan alat ukur pakaian.

"Baiklah tapi jika aku boleh tahu untuk apa?" tanya Kyuhyun setelah berdiri di tempat yang Sungmin beritahukan tadi.

"Tugas akhirku setidaknya aku tidak perlu menyewa model jika ada kau." Ujar Sungmin, Kyuhyun tersenyum tipis di balik Sungmin yang memunggunginya. Secara tidak sadar Sungmin tengah memujinya bukan? Bahwa Kyuhyun sekelas dengan model.

Sungmin berbalik dan mulai mengukur lalu mencatatnya di dalam notenya, "Mengapa kau suka design?" tanya Kyuhyun dengan tangan mengangkat karena Sungmin akan menukur lingkar dada Kyuhyun. Tetapi sadar tatapan Kyuhyun lekat memperhatikannya, Sungmin putuskan mengukurnya dari belakang. Jika dipikirkan lagi kenapa nampak seperti Sungmin memeluk Kyuhyun dari belakang? Segera setelah melihat ukurannya ia segera ingin melepaskan tangannya.

"Tidak hanya suka saja, ini seperti bagian hidup untukku." Ujar Sungmin, "Dulu Eommaku seorang penjahit biasa, entah bagaimana sepotong pakaian mengantarkan mereka menikah. Padahal Appa adalah seorang yang berada. Bahkan sampai saat ini pakaian bayiku masih disimpan olehnya." Lanjutnya. Kyuhyun mendengarkan seksama setiap perkataan Sungmin.

Sungmin tersenyum tipis, "Pakaian nyaman untuk keluargaku adalah tujuanku" ujarnya.

Kyuhyun terpana melihat senyuman tulus itu. Semenjak mereka menikah tidak ada moment apapun yang membuat Kyuhyun tahu Sungmin nyaman bersamanya. Tersenyum padanya pun tidak pernah dan sekali meihat Kyuhyun mulai gila dengan gejolak dalam dirinya sendiri. Kyuhyun menatap lekat Sungmin, "Apa aku keluargamu?" tanya Kyuhyun dan Sungmin mengangguk. "Apa aku boleh menciummu?" tak berapa lama Sungmin terkejut ia kemudian menutup matanya.

"Lain kali aku akan menolaknya." Lirih Sungmin pelan.


.

.

.

o0o

.

.

.


I know, I am not alone, so don't worry about me.

Someday I'll introduce him to you.

"Donghae-Sunbae." Ujar Sungmin terkejut Donghae sudah ada di depan pintu kelasnya.

"Hi," Donghae tersenyum melambaikan tangannya menyapa Sungmin ramah as always he did, "Haesung bilang kau mau mencari bahan tapi ia ada kelas maka mengutusku." Jelas Donghae.

"Harusnya tidak harus begini. Sunbae dan Eonni jadi repot karena tugas akhirku." Ujar Sungmin. Ia merasa bantuan dari Haesung dan Donghae terlalu berlebihan.

"Tidak usah sungkan. Jika semester ini tidak lulus, kau akan mengulang. Haesung tidak akan lulus dengan tenang jika kau mengulang."

"Gomawo Sunbae." Ujar Sungmin.

.

Kyuhyun duduk dengan nyaman di hadapan seorang yeoja yang menjadi kekasih dan sekertarisnya itu. "Aku ingin putus denganmu." Ujar Kyuhyun dingin. Sooyoung sungguh terkejut dan membelalakan matanya. Sooyoung akan melakukan pembelaan tetapi sebelum itu Kyuhyun memotongnya, "Juga jangan datang ladi ke kantor karena jabatanmu telah di isi oleh orang lain." Lanjut Kyuhyun.

"Geundae wae?" tanya Sooyoung, ia membuat wajah memelas pada Kyuhyun. Sungguh tidak akan ditanggapi Kyuhyun, ia tidak mudah berbaik hati tidak seperti kelakuannya yang alim dan rajin datang ke gereja.

Kyuhyun tersenyum miring, memutar bola matanya malas. "Kau pikir aku tidak tahu kau selingkuh di belakangku dan memberikan proposal itu padanya." Sooyoung terbelalak untuk kedua kalinya. "Dari awal pun aku tidak menganggapmu kekasihku lagi setelah aku sadar aku mencintai orang lain. Anggap saja kau memanfaatkan aku dan aku juga melakukan hal itu padamu." lanjut Kyuhyun.

Sooyoung menggenggam tangan Kyuhyun, "Aku tidak! Aku tidak berselingkuh, percayalah padaku." Mohon Sooyoung.

Kyuhyun menghempaskan tangan Sooyoung, "Penolakan terbesar adalah fakta yang ingin ditutupi." Ujar Kyuhyun. "Aku muak jika kau tidak punya harga diri meminta-minta padaku." Lanjut Kyuhyun meninggalkan kursi di restaurant Italy –kesukaan Sungmin– itu. Meninggalkan masa lalu yang menghalanginya berjalan menuju masa depan. Dan Sooyoung tertinggal dengan cacat harga diri.

.

"Sedang bersantai Sungmin-ssi." Sapa Kyuhyun menghampiri meja tempat duduk Sungmin dan Donghae. 'Kenapa ia bisa ada disini?' batin Sungmin

"Kyuhyun?" heran Sungmin. Ia semakin gugup dengan kedatangan Kyuhyun yang tiba-tiba bahkan duduk satu meja dengan 'selingkuhan Sungmin' –Donghae.

Tanpa sengaja atau memang takdir dari Tuhan Kyuhyun dan Sungmin datang di tempat yang sama. Dalam keadaan rumit seperti sekarang ini. Kyuhyun hendak pergi entah enggan karena melihat Sungmin duduk santai dengan namja lain di tempat favotitnya dan berarti orang itu special jika dibawa kemari, menurut Kyuhyun.

" Dia siapa Sungmin-ah?" tanya Donghae penasaran, "Apakah dia orang itu?" Sungmin menangguk. Donghae sangat senang melihat langsung seseorang yang dicintai sepupunya itu. Namun tidak dengan Kyuhyun dan Sungmin dalam dunia mereka sendiri memikirkan kongklusi sendiri-sendiri tanpa tahu mereka selalu salah paham.

"Annyeonghaseyo, Kyuhyun-ssi. Namaku Donghae, Lee Donghae." Sapa Donghae ramah, ia tidak ingin dicap saudara yang tidak baik bukan.

Kyuhyun tidak menghiraukan sapaan Donghae malah menatap Sungmin yang semakin kikuk, "Kehadiranku apa mengganggu kalian?" tanya Kyuhyun. Donghae tidak mengerti keadaan sebenarnya hanya diam. Daripada ia merusak suasana Sungmin dan seseorang yang dicintainya.

"Tentu saja." Ujar Sungmin tegas. 'Jadi ia tidak tahu Sungmin masih istriku', batin Kyuhyun.

Kyuhyun berdiri meroggoh saku tuxedo hitam itu dan menyerahkan kartu namanya pada Donghae. Donghae menerimanya sedikit bingung.

"Kapan-kapan kita bisa bicara sesama namja agar lebih akrab, Donghae-ssi." Ujar Kyuhyun kemudian ia pergi dengan tangan terkepal kut menahan amarahnya. Cemburu adalah sifat alamiah manusia, bukan?

.

Sungmin menunggu bus di sebuah halte dekat restaurant tadi. Ia memaksa Donghae untuk tidak banyak bertanya tentang Kyuhyun dan jangan mengantarnya pulang karena Sungmin ingin sendiri saat ini. Begitu banyak hal yang harus dicerna yeoja yang tengah mengandung tersebut hingga kepalanya mulai terasa berat. Ia mengelus perutnya, "Semua akan baik saja 'kan?" ujarnya pelan.

"Mau kemana kau?" teriak seseorang dari seberang, ternyata Kyuhyun. Kyuhyun bersandar di kap mobil audy kesayangannya itu. Sungmin menghentikan elusannya itu, dan menatap malas namja itu.

"Pulang." Jawab Sungmin singkat tanpa berteriak. Karena jalanan tersebut lumayan sepi jadi Kyuhyun mampu mendengarnya jelas.

"Naiklah." Ujar Kyuhyun. Ingat bukan ajakan tetapi perintah semena-mena dan dilarang untuk dilanggar.

Sungmin memutar bola matanya malas, "Tidak terima kasih. Aku pulang sendiri saja." Ujarnya pelan sebab perutnya terasa perih. Namun masih ada Kyuhyun disini ia pun menahannya sebisa mungkin.

Kyuhyun berjalan cepat menghampiri Sungmin tanpa melihat kanan-kiri dan tidak mengatahui bahwa sebuah mobil mengarah padanya. Hingga..

BRAKKKK

Tubuh itu berlumuran darah.


.

.

.

o0o

.

.

.


To Be Continoue

.

.

.

.


Mind to review?

Park Jaehee