Author : Yahuu! Akhirnya bisa bikin OTP pembuat diabetes author! AmeLiech! Ameliech!
America : Ada yang pairing aku sama adiknya maniak senjata?
Author : diem! Oh, silahkan dinikmati
Disclaimer : Hetalia milik Himaruya Hidekaz
Warning : Penggunaan nama manusia, Crack Pair bernama America x Liechtenstein, terlalu banyak keimutan, awas diabetes dll.
Prom Night, sebuah acara wajib untuk beberapa sekolah barat, tak terkecuali Hetalia High School yang mengadopsi budaya tersebut. Bagi beberapa peserta didik, Prom Night menjadi ajang penghilang stress dari bertumpuknya tugas maupun ulangan. Acara ini juga membuat kelas-kelas yang terbagi-bagi menjadi benua bisa saling bertemu. Singkatnya, banyak orang menunggu kehadiran acara wajib setiap setahun sekali tersebut.
Kecuali untuk sepasang kaka beradik keluarga Zwingli. Saudara tertua bernama Vash Zwingli harus tahan menghadapi beberapa pria yang ingin berburu pasangan berdansa bersama sang adik. Ia tidak ingin kepolosan dan kesucian adik kesayangan harus ternoda hanya karena acara tahunan sekolah. Sehingga terkadang keduanya absen pada malam dansa.
Tahun ini juga, nanti malam akan diadakan pesta dansa. Namun sang kakak sudah mengambil keputusan untuk tidak datang. Adiknya hanya tersenyum walaupun sebenarnya di dalam hati ia kurang menyetujui. Tapi tak apa, ia bisa melihat indahnya bintang di taman sekolah. Untung saja pesta dansa tahun ini berada di aula sekolah sehingga besar kemungkinan ia tidak diganggu.
Sang adik atau kita boleh menyebutnya Lili Zwingli diam-diam kabur dari asrama wanita. Ia tidak ingin bertemu teman-temannya ataupun kakak tercinta. Ia ingin menyendiri dan jika bisa tidak ada seseorang pun tahu bahwa dirinya berada di taman. Kedua kaki mungilnya saling beradu dengan lantai namun seminimal mungkin bisa membuat suara.
Ia harus mengendap-endap saat melihat beberapa orang berpakaian formal, entah itu perempuan maupun laki-laki. Bahkan Lili juga bersembunyi di balik semak-semak sepanjang jalan setapak Hetalia High School agar menghindari pertanyaan seputar mengapa ia tidak berpartisipasi dalam pesta dansa.
Kira-kira setelah menghabiskan waktu beberapa menit berjalan menyusuri jalan setapak, Lili berhasil sampai di taman sekolah yang sepi. Ia mencari pohon besar yang biasa menjadi tempat duduk-duduk para siswa. Lokasi pohon tersebut lebih tinggi dari taman sehingga langit terlihat jelas. Ia pun duduk di bawah rindangnya dedaunan. Kedua mata warna zamrud menatap indahnya langit bertabur bintang.
"Andaikan ada seseorang mau menemaniku walaupun hanya semenit" ia melihat sebuah cahaya dengan cepat melewati gelapnya langit, sebuah senyuman tersungging di bibir.
"Hei, namamu itu Lili Zwingli, kan? Adik dari si maniak senjata?" sebuah suara berasal dari lawan jenis tapi terdengar nada kekanakan dari tiap kata yang terucap.
Lili mendongak dan mendapati seorang laki-laki berambut pirang pendek dengan rambut mencuat melawan gravitasi. Kedua matanya juga terlihat berwarna biru cerah dengan kacamata mengantung di depannya. Tentu Lili tahu siapa si laki-laki, ia sudah pasti bernama Alfred F. Jones.
"Umm… Tuan Jones? Kenapa bisa ada di sini? Kamu tipe orang penyuka keramaian, bukan?" Lili mengedipkan mata beberapa kali karena keheranan.
Alfred menggaruk kepala yang tak gatal, "Yaaahhh… gimana ya? Aku dikejar sama si alis tebal, terus laki-laki komunis bersyal juga tidak membantu memperbaiki mood jadi aku kabur deh! Kalau kau? Apa yang kau lakukan?"
"Aku tidak diperbolehkan kakak, aku menghibur diri dengan pergi ke sini, menonton jutaan bintang di langit dan selalu mengharapkan yang tidak-tidak."
Ucapan Lili memancing ketertarikan Alfred, ia pada akhirnya ikut duduk di samping perempuan mungil tersebut. ia ikut memandang langit dan sebuah senyuman muncul.
"Aku tidak pernah tahu kalau Hetalia High School ada sisi indahnya. Oh, apa yang kau harapkan?"
"E-ehh? Ke-kenapa bertanya seperti itu, Tuan Jones?"
"Habis aku penasaran apa sebenarnya yang ada di pikiranmu, maksudku, kau itu selalu di kekang kakakmu, bukan? Aku saja yang tadinya diangkat sebagai keluarga Kirkland langsung pindah ke Amerika dan mengganti nama keluarga karena baru tahu kalau aku hanya anak angkat. Aku tidak suka, di keluarga Kirkland karena merasa terkekang. Oh! Jangan sebut nama belakangku, panggil saja Alfred!"
"Baiklah, A-Alfred… tapi bukannya kamu nanti pemegang salah satu perusahaan keluarga Kirkland, bukan? La-lalu tentang harapanku… aku ingin melihat seberapa luas dunia ini" wajah Lili memerah, Alfred menatap bingung jawaban si gadis.
"Ah, aku menolak memegang perusahaan mereka, Nanti aku bakalan kerja di pemerintahan Amerika saja! Dan harapanmu itu unik ya, berbeda dari yang lain. Kalau menurutku, dunia itu sempit"
"Ehh?"
"Iya, kalau kau mau tahu kenapa dunia ini sempit dan kecil, coba lihat taburan bintang di atas sana. Cahaya mereka mungkin terlihat seperti berlian di kolam lumpur namun kalau didekati, ukuran mereka bisa lebih besar dari dunia ini! Belum di luar sana terdapat banyak galaksi dengan ukuran berbeda-beda! Jangan lupa juga planet ada macam-macam ukurannya!"
Lili menatap kagum Alfred, ia malah bertepuk tangan. Alfred hanya kebingungan melihat respon Lili.
"Kenapa bertepuk tangan?"
"Alfred tahu banyak hal, ya? Yang ku tahu hanyalah pelajaran umum di sekolah"
"Aku suka dengan astronomi, aku suka dengan arkeologi. Semuanya membuat jantungku berdebar"
Lili hanya menunduk, ia tidak ingin menatap lama Alfred. Mungkin ini pertama kalinya ia bicara banyak kepada seorang laki-laki selain sang kakak dan hatinya merasa bahagia.
"Wah sebentar lagi pesta dansanya selesai, aku jadi panitianya lagi! uhh… maaf ya, Lili! Aku harus balik lagi ke aula nih! Kalau tidak, alis tebal akan marah."
Lili menganggukkan kepala. Alfred melambaikan tangan dan berlari sehingga makin jauh. Semakin lama, tubuh Alfred mengecil, saat inilah ia teringat suatu hal.
"Al-ALFRED! MAUKAH KAMU MENGOBROL DENGANKU LAGI LAIN KALI?" ia menutup mulut, terperanjat dengan suara teriakannya sendiri.
"YA! DAN KALAU BISA SEKALIAN MELIHAT BINTANG LAGI!"
Lili tersenyum, ia menatap langit penuh bintang. Ia bersyukur tidak mengikuti pesta dansa dan bahagia bisa berbincang dengan seseorang yang membuatnya tidak kesepian. Ia juga berharap suatu saat bisa menjadi teman mengobrol lebih baik dari hanya sekedar membahas malam penuh taburan bintang. Ia ingin melihat luasnya jagat raya dengan si laki-laki Amerika.
Author : Uwaaaah ini… ini membuat author kena diabetes!
Liechtenstein : Kalau kakakku tahu pasti-
Switzerland : SIAPA YANG MASANGIN ADIKKU SAMA SI PENGGILA BURGER!? MAU KU-DOR HAH?
Author : *ambil langkah seribu*
