Disclaimer: Masashi Kishimoto
Chapter 1
Dahulu kala, seekor kelinci bertemu dengan sang penyihir yang tersingkirkan dari desa. Sang kelinci bertanya, "Kenapa penyihir hebat sepertimu berada dihutan seperti ini?" Dan sang penyirir menjawab, "Para penduduk desa mengusirku, jadi aku memutuskan untuk tinggal di hutan ini. Kau mau menemaniku?"
Kelinci tersebut terdiam, memikirkan sesuatu, kemudian tersenyum. "Buat saja desamu sendiri, bagaimana?" Sang penyihir menyetujuinya, karena itulah hutan tersebut dibentuk menjadi sebuah desa yang ajaib. Kelinci yang semula tidak dihargai di hutan menjadi dihormati. Penyihir yang disingkirkan menjadi populer. Semua orang menghormati kelinci dan penyihir.
Kemudian, terbentuklah sistem dua kasta penduduk di desa tersebut. Kasta pertama adalah orang-orang yang dihormati seperti kelinci dan penyihir, kasta kedua disingkirkan seperti kelinci dan penyihir dimasa lalu. Setiap orang di desa tersebut memiliki kekuatan ajaib dan dibimbingi oleh seekor naga kecil, agar kasta pertama tidak berbuat jahat dan diturunkan menjadi kasta kedua, dan kasta kedua bisa menjadi kasta pertama.
"Itulah asal mula desa kita, yang disebut sebagai desa Ryuu(naga)," cerita Kushina kepada Naruto, anaknya yang masih berumur delapan tahun.
"Lalu, aku ingin tahu bagaimana cara membedakan kasta pertama dan kedua," kata Naruto.
Kushina tersenyum, "Kalau sudah besar nanti kau akan tahu. Sekarang tidur, besok masih harus melatih kekuatan ajaibmu."
Naruto terdiam ketika ibunya menarik selimutnya sampai leher. Ia memandang ibunya dengan raut wajah penasaran, "Ibu, kita termasuk kasta berapa?"
"Pertama, sayang. Sekarang tidurlah."
"Aku belum mau tidur," bantah Naruto, "Kalau sekarang kita berada dikasta pertama, lalu siapakah orang-orang yang berada dikasta kedua?"
"Nanti kau akan tahu," jawab Kushina ambigu.
-X-
Sepuluh tahun kemudian...
"Ahh!" lelaki berumur delapan belas tahun itu menarik napas panjang. Seharian ini ia sudah berlatih untuk mengasah kekuatannya. Itu menyenangkan, kecuali rasa lelah yang melanda dirinya sesudah latihan.
Naga kecil berwarna oranye yang berada dibahunya ikut menghembuskan napas. Masalahnya, naga bernama Okai itu harus ikut serta dalam latihan Naruto.
"Okai, latihan hari ini berat sekali ya?" tukas Naruto. Ia memberikan jari telunjuknya agar dielus naga tersebut. Sedangkan yang ditanya hanya menggumam kecil.
"Aku tidak pernah berjalan-jalan di desaku sendiri," gumam Naruto, "Bagaimana kalau kita melihat-lihat, Okai?"
"Engg..."
Lalu, Naruto mulai menjelajah desa, kebagian pemukiman penduduk dengan rumah-rumah kecil dan sederhana. Mungkin, ini yang dimaksud dengan kasta kedua. Suasananya benar-benar berbeda dengan lingkungan kehidupan Naruto sendiri.
Dan saat diperjalanannya melihat-lihat itulah, Naruto melihat seorang gadis berambut merah muda dengan panjang sebahu. Gadis itu menggunakan kaus dan rok menjuntai hingga lutut.
Entah bagaimana... langsung menarik perhatiannya.
"Sumimasen," Naruto memanggil gadis itu dengan santun, lalu memberikan senyum seramah mungkin, "Boleh berkenalan denganmu?"
Gadis itu menatap Naruto dengan sedikit kaget, melihat penampilan Naruto membuat gadis itu otomatis mundur menjauhi lelaki itu. Ia mengerjap beberapa kali. "Jangan dekati aku."
"Kenapa?"
"Kau... berasal dari kasta pertama, kan?" tanya gadis itu ragu.
Naruto mengangguk. Sejak dulu ia selalu berkata jujur, dan tidak ada alasan untuk menolaknya, bukan?
"Jangan dekat-dekat dengan kasta kedua, sebentar pun jangan," kata gadis itu lirih, "Nanti kau bisa terkena masalah."
"Ta... tapi..."
Kemudian, Okai terbang mendekati naga milik gadis itu, keduanya seperti berbincang.
"Naga milik kita saja bisa akur," ucap Naruto sambil tersenyum.
"Mereka naga dan tidak terbatas oleh kasta," ucap gadis itu, tetap bersikukuh pada pendiriannya.
"Oke, aku tidak tahu apa salahnya jika berbeda kasta. Kupikir semua manusia itu ada untuk saling berhubungan, berinteraksi satu sama lain," kata Naruto.
Gadis itu menghela napas panjang, "Dasar... kau ini bodoh dan tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan, apa sih yang diajarkan kepada anak-anak kasta pertama?"
"Mengendalikan kekuatan, mungkin?"
"Hahaha," gadis itu tertawa tanpa humor. "Permisi."
Lalu, meninggalkan Naruto begitu saja.
-X-
"Ayah," Naruto duduk disebelah ayahnya, Minato. "Um, kenapa kita tidak bisa berhubungan dengan penduduk kasta kedua? Kenapa harus ada jarak diantara keduanya?"
Minato tersenyum. "Usiamu... delapan belas. Sudah cukup dewasa untuk tahu."
Naruto menarik napas, bersiap untuk mendengar cerita ayahnya, "Ibumu pasti sudah sering bercerita padamu tentang sejarah desa Ryuu kita ini."
"Iya."
"Kelinci dan penyihir sama-sama pernah terasingkan dimasa lalu. Kasta kedua juga terasingkan di desa ini. Mereka memiliki kesamaan, kan?" ujar Minato.
Kemudian, Kushina duduk disamping Naruto, membuat lelaki itu diapit oleh kedua orangtuanya. "Jadi, kasta pertama bukanlah kelompok kasta yang memilki kekuasaan, tapi justru pasukan yang melindungi desa... karena dianugerahi kemampuan oleh penyihir."
"Berarti tugas kita menjaga kasta kedua?" tanya Naruto.
"Ya," sahut Minato, "Tetapi tidak adanya komunikasi antara kasta pertama dan kedua membuat semua saling salah paham."
"Boleh kutanya satu hal lagi?" tanya Naruto dengan wajah penasaran, "Sekarang... kelinci dan penyihir sudah tiada, kan?"
"Hm..., setelah perang pertama berakhir, penyihir dan kelinci menghilang. Meninggalkan sebuah surat agar membagi desa menjadi dua kasta dan meninggalkan para naga," cerita Minato. "Menarik, kan?"
Naruto tertawa.
Dalam hati kecilnya, Kushina berharap tidak akan terjadi perang kembali. Walau ia menyadari bahwa hubungan antar desa tidak pernah akur dari tahun ke tahun. Bahkan setelah belasan tahun perang terakhir.
Ia hanya tidak ingin Naruto mengalami bahaya sama seperti masa kecilnya.
-X-
Ketika terjadi perang antar desa lain, tidak ada yang dapat dilakukan sang penyihir. Karena setiap desa yang menyerangnya sudah memiliki lebih banyak penyihir dari pada desa yang dibuatnya.
Ia menyesal, mengapa perang bisa terjadi, padahal yang diinginkannya adalah desa yang tentram?
Kelinci berkata, "Bagilah dua kelompok dalam desa. Kelompok yang harus menjaga desa dengan kemampuan sihirmu, dan kelompok sederhana yang tentram. Tapi, cepat atau lambat pasti terasa perbedaan yang besar antara dua kelompok, seolah kelompok yang memiliki kemampuan sihir itu memiliki derajat yang lebih tinggi."
Penyihir terdiam, "Tetapi itu masih lebih baik daripada orang-orang yang dikucilkan seperti kita itu mati karena perang."
"Ya."
"Baiklah, setelah perang berakhir, kita buat desa kita menjadi seperti itu, lalu awasi diam-diam. Kita tidak boleh terlalu dekat dengan penduduk desa sebelum memang ada hal penting, kita tidak boleh mereka bergantung pada kita seperti perang pertama ini," tukas sang penyihir.
Kelinci mengangguk. " akan kubuat surat perjanjiannya.
-X-
Hm... to be continued...
Mau bilang apa, ya? Nggak komen deh ._. hanya saja, ini fict Fantasy pertamaku, jadi semoga memuaskan ^^ Silahkan tinggalkan pendapat tentang fict ini, sampai jumpa di chapter selanjutnya, terima kasih telah membaca ^o^
