Dyachan02 Present a story

HOW CAN I LOVE U ?

Cast : Oh Sehun & Xi Luhan

Rate : T-M

Genre : Romance, Brothership

REMAKE ff TO YOU WITH MY WHOLE HEARTED By CCATURY

.

Warning!

YAOI!

Don't Like? Don't Read!

HUNHAN AREA

.

*SUMARRY*

Kau membenciku, aku menghargaimu. Kau mencintaiku, maafkan aku tak bisa membalasmu. Kau meninggalkanku, terimakasih pernah menjadikanku orang istimewa dihatimu. Tunggu aku sampai aku memiliki perasaan padamu. Aku pergi. [HUNHAN/Incest/Yaoi/DLDR!]

.

.

.

.

.

.

HOW CAN I LOVE U ?

Cast : Oh Sehun & Xi Luhan

Rate : T-M

Genre : Romance, Brothership

Warning!

YAOI!

Don't Like? Don't Read!

HUNHAN AREA

.

.

.

.

.

Luhan membuka gorden kamarnya ketika melihat sebuah mobil berwarna putih memasuki perkarangan rumahnya. Diliriknya jam yang tergantung didinding cat abu-abu kamarnya. 2.30 AM. Itu berarti Luhan sudah menunggu selama 3 jam setengah sejak dia bangun dari tidurnya sampai mobil itu pulang. Luhan merapikan poninya dan menghembus nafas panjang. Dia mendekati pintu kamarnya dan menempelkan telinga kanannya dipintu kamarnya itu mendengarkan suara langkah kaki yang menaiki tangga lantai dua. Cepat-cepat dia membuka pintu kamarnya untuk melihat orang yang baru pulang kerumah itu.

"Oh.. Kai hyung?" Luhan terkejut melihat sahabat kakaknya itu membopong lelaki yang tengah mabuk dipunggungnya.

"Oh, Luhan-ah" sapa sahabat baik kakaknya itu, yaitu Kim Jongin atau yang biasa dipanggil Kai. Kai tampak kewalahan membopong kakaknya itu.

"A.. Ada apa dengan hyungku?" Tanya Luhan yang mulai khawatir dengan lelaki dipunggung Kai itu.

"hyungmu kebanyakan minum. Dia mabuk. Aku akan membawa kamarnya" ucap Kai dengan nafas terengah-engah dan mulai berjalan menuju kamar disebelah kamar Luhan.

Luhan mengekori Kai memasuki kamar yang ada disebelahnya itu. Ini adalah kedua kalinya Luhan memasuki kamar hyungnya. Yang pertama saat tuan rumah ini memperkenalkan semua ruangan yang ada dirumah ini saat pertama kali Luhan menginjakkan kakinya dirumah ini, kira-kira Dua bulan yang lalu. Kamar berdinding abu-abu dengan luas kira-kira sepuluh mobil BMW bisa masuk dikamar ini. Dan lagi untuk kedua kalinya Luhan membuat bola matanya berputar memandangi setiap detail interior kamar ini. Sebenarnya kamar ini sama luasnya dengan kamar miliknya hanya saja koleksi-koleksi dan gambar-gambar yang menempel di temboknya sungguh berbeda dengan milik Luhan. Karena walaupun Luhan namja namun ia tampak seperti yeoja karena sangat mengemari warna pink dan segala sesuatu yang berbau hello kitty.

Kai merebahkan lelaki yang wajahnya merah seperti kepiting rebus itu diranjangnya. Sepertinya dia benar-benar mabuk, sama seperti malam sebelum-sebelumnya semenjak Luhan menginjakkan kakinya dirumah ini.

"Apa hyung akan baik-baik saja?" Tanya Luhan pada Kai sambil menatap khawatir namja yang mulai berguling-guling diranjangnya itu.

"Gwaencanha. Dia memang biasa begitu kalau hatinya sedang resah. Besok pagi cukup kau suruh Bibi Kim membuatkan sup hangat untuknya." Kai tersenyum dan melangkah keluar kamaritu. Luhan membuntutinya dari belakang.

"Luhan, aku langsung pulang, tolong jaga hyungmu." ucapnya menuruni tangga menuju lantai bawah.

"Baik, Hyung. Hati-hati dijalan" Luhan tak ikut menuruni tangga dia hanya menatap punggung Kai yang menuruni tangga hingga hilang dibalik pintu masuk rumah mewahnya.

Luhan kembali menuju kamar disebelah kamarnya. Hanya didepan pintunya, dia tak berani masuk mendekati kakaknya. Semenit kemudian Luhan menutup pintunya dan masuk kekamarnya.

Lelaki itu, kakak angkatnya, anak tunggal keluarga yang mengadopsinya Dua bulan yang lalu. Diadopsi keluar dari panti asuhan dan tinggal dirumah mewah seperti ini adalah keinginan Luhan. Tapi bukan keinginannya jika ternyata orang tua yang mengadopsinya itu sangat sibuk sehingga tak ada waktu sedikitpun untuk dia dan kakak angkatnya itu. Bukan keinginannya juga jika ternyata mengadopsi dirinya adalah hal yang ditentang keras oleh kakak angkatnya itu. Ibu angkatnya itu ingin sekali memiliki seorang anak lagi, ada dikeluarga ini dan sialnya dia tak bisa lagi melahirkan seorang anak, sehingga Luhan pun diadopsi.

Sungguh lagi bukan keinginannya tinggal bersama kakak angkat yang menentang keras keberadaannya dirumah ini. Sejak Luhan pindah ke rumah ini sampai sekarang, tidak pernah sedikitpun Luhan bertegur sapa dengan kakak angkatnya itu, tapi setiap ada kesempatan pasti Luhan akan menundukkan kepala dan menyapa kakak angkatnya itu, hanya saja kakak angkatnya itu tak pernah merespon. Dia benar-benar tak menginginkan Luhan menjadi adik angkatnya. Dia tak pernah menganggap Luhan ada. Bahkan disekolah baru Luhan pun mereka seperti orang yang tak saling kenal. Hanya teman akrab kakak angkat yang mengetahui keberadaan Luhan. Mungkin mereka pun sudah diancam oleh kakak angkatnya untuk tidak menyebarkan gosip kau dia anak angkat keluarga Oh.

Oh Sehun, begitulah nama kakak angkatnya.

"Baik Bu" Luhan baru saja keluar dari mobilnya dan sampai digerbang sekolah ketika ibunya menelpon.

"Dimana anak ibu sekarang?"

"Ehmm. Aku baru saja sampai disekolah"

"Ah, siapa yang mengantarmu?"

"Paman kangyang mengantarku" Luhan berjalan memasuki gerbang sekolahnya ketika mobilnyanya mulai melaju meninggalkan sekolahnya.

"Bagaimana dengan hyung? Apa dia tidak berangkat bersamamu?"

"Sehun hyung? Ah, Sepertinya dia sudah sampai. Dia berangkat sekolah sendiri, tak bersamaku"

"Kalau begitu hati-hati. Jangan lupa belajar yang rajin."

"Baik Bu," Luhan menutup telponnya.

Ditelpon Ibu angkatnya setiap pagi sudah menjadi kebiasaannya sejak sebulan yang lalu. Walau sibuk bekerja, Ayah dan Ibu angkatnya pasti menelponnya dalam sehari.

"Apa? Sehun putus dengan anak kelas 2-4 itu. Bagus kalau begitu. Kali ini aku yang akan mendapatkannya"

"Enak saja. Sehun itu milikku !"

"Ya ! Mana mau dia dengan perempuan sepertimu. Dia suka perempuan seksi, sepertiku"

Luhan tak sengaja menguping perempuan-perempuan yang sedang membicarakan hyung angkatnya itu dikoridor sekolah. Ini sudah lebih ke 15 kalinya sejak dia menginjakkan kaki disekolah ini, dia mendengar gosip hyungnya putus dengan kekasihnya.

Oh Sehun, kakak angkatnya, sosok yang populer disekolah. Dia salah satu lelaki yang ditunggu-tunggu kejombloannya. Bagaimana tidak, selain tampan, Sehun terkenal dengan kekayaannya. Semua orang tahu, hampir separuh dari sekolah mereka ini berjalan karena sumbangan dari ayah Sehun, Tuan Oh. Sehun sendiri datang kesekolah selalu dengan Mercedes Benz atau dengan Hyosung GT250r nya. Sungguh, dia hobi menunjukkan kekayaannya. Tidak hanya itu, Sehun tercatat sebagai anggota Tim sepak bola sekolah dan anggota Klub Hapkido sekolah. Dia juga menjabat sebagai ketua Klub Musik. Sungguh ketenarannya memang merajalela disekolah ini. Tak heran jika banyak perempuan yang ingin menjadi kekasihnya. Kalau saja Luhan bukan adik angkatnya, mungkin dia juga sudah ikut mengantri bersama perempuan-perempuan labil lainnya untuk jadi kekasih seorang Oh Sehun. Tunggu, Luhan? Bbenar dia gay.

Kalau saja Sehun mengakui keberadaan Luhan, mungkin Luhan bangga punya kakak seperti Oh Sehun. Eh~ tapi sebenarnya tidak juga, karena Oh Sehun hanya hebat dibidang non akademik dan bidang tebar pesona saja. Masalah akademik, Sehun nol besar. Dia butuh waktu lebih dari setengah jam untuk mengurangi 320 dengan 119. Dia juga butuh kamus bahasa inggris yang tebal dan lengkap untuk mentranslit kalimat "aku sedang makan ketika ponselku berbunyi". Kepalanya akan benjol setiap kali berada dikelas sejarah karena dia akan tertidur dan guru akan melemparnya dengan penghapus papan tulis.

Berbeda dengan Luhan, semua orang tahu dia dari keluarga yang kaya karena pulang dan pergi selalu dijemput dengan mobil mewah tapi dia sama sekali bukan tukang pamer. Dia lebih memilih membaca buku Sejarah ataupun fisika diperpustakaan sambil mendengarkan lagu ballad yang mengalir dari earphone ditelinganya. Dia juga mendapat nilai tertinggi diulangan harian kalkulus 3 hari yang lalu. Guru Kim selalu menyuruhnya membaca paragraf panjang dalam bahasa inggris didepan kelas karena kemampuan Luhan yang bagus. Selama satu bulan dia bersekolah disini, sudah 3 lukisan Luhan yang terpajang dikelas melukis karena guru Jang menyukai lukisan Luhan. Sungguh Sehun dan Luhan memang tidak cocok dikatakan saudara, mungkin.

HOW CAN I LOVE U ?

Bel pelajaran sudah berbunyi kira-kira 15 menit yang lalu, namun Sehun baru saja selesai memarkirkan Hyosungnya setelah beberapa saat tadi sedikit berdebat dengan satpam penjaga gerbang sekolah. Kepalanya agak berat mungkin gara-gara minuman semalam, itu kenapa dia terlambat berangkat ke sekolah. Tapi sebenarnya ini bukan hal yang perlu diherankan, karena mungkin hanya satu-dua hari, Sehun bisa datang tepat waktu kesekolahnya dalam seminggu, selebihnya dia tak akan luput dari berjongkok dengan lutut dan tangan diangkat diatas kepala setiap pelajaran pertama dipagi hari.

Sehun melangkahkan kakinya berjalan dikoridor sekolah. Kepalanya tertunduk, dia tak mau cari gara-gara dengan kebiasaannya yaitu bersiul-siul sepanjang perjalanan menuju kelasnya. Seperti biasanya, bisa-bisa dia tak hanya berjongkok didepan kelas dengan tangan diatas kepala, bisa-bisa toilet pria yang berhawa surga itu akan menjadi pekerjaannya hari ini. Dia tak mau ambil resiko. Namun, langkahnya terhenti didepan kelas 1-3 ketika mendengar suara perempuan yang tengah membaca paragraf panjang bahasa inggris didepan kelas itu, dia sudah hapal sekali suara itu sejak sebulan yang lalu. Suara yang menyusahkannya. Sungguh, dia tidak suka suara indah itu.

Sehun menyeringai mengintip perempuan itu dari jendela kelas 1-3, "Huh ! sok pintar, sok baik, sok polos !" Umpatnya dan berjalan melanjutkan langkahnya menuju kelasnya, kelas 2-2.

Ia tak habis pikir kenapa Ayah dan Ibunya harus membawa lelaki itu kerumah mereka, bahkan ia tak minta. Walau dia akan meminta pun dia tak akan meminta lelaki itu yang akan tinggal dirumahnya. Bagaimana dia menjadi seorang lelaki jika hobbynya mengolwksi sesuatu yang berwarna merah muda. Yang benar saja. Bukannya cemburu, hanya saja menjijikkan mendengar Ayah dan Ibunya yang selalu menelponnya-Luhan- seperti jadwal mengisi perutnya, 3x sehari, bahkan makan saja Sehun terkadang tak sampai 3x dalam sehari. Bahkan lagi, Sehun sekalipun tak pernah sehari itu mendapat telpon ibu apalagi ayahnya. Biasa dihitung jari dalam sebulan, ibunya itu menelponnya, itu juga jika ia yang mengirim pesan untuk kabar tentangnya yang sedikit suram. Sebenarnya yang anak kandung siapa sih?

HOW CAN I LOVE U

"OH SEHUNN!"

Saking asyiknya meratapi nasib setelah kedatangan lelaki yang menjadi adik angkat dirumahnya, Sehun sampai tak sadar sudah sembarangan membuka pintu belakang kelas dan masuk kekelasnya tanpa permisi. Sungguh, itu membuat guru kalkulusnya naik darah.

"YA ! KAU PIKIR SUDAH BERAPA KALI KAU DATANG TERLAMBAT DIKELAS KU?! HUH?!" Bentakan itu membuat Sehun mengelus dada karna terkejut. Sedetik kemudian dia nyengir, memamerkan rentetan gigi putih nan rapinya pada guru kalkulusnya yang terkenal killer itu.

Dia lupa kalau kalkulus adalah pelajaran menghitung, pasti guru itu sangat pintar berhitung. Jika dalam seminggu dia punya 3x jadwal kelas kalkulus dipagi hari, maka dalam sebulan dia sudah 12x terlambat masuk dikelas ini. Kembali Sehun memamerkan giginya kearah Iguru kalkulus itu ketika berhasil menghitung jumlah keterlambatannya dalam sebulan, entahlah kalau dalam setahun, dia tak punya waktu untuk menghitungnya, karena guru itu kemarahannya sudah diubun-ubun.

"Maafkan say~"

"IKUT DENGAN KU SETELAH JAM PELAJARAN SELESAI !"

Eh? Dia tak menyuruh berjongkok didepan kelas, berdiri dengan kaki sebelah, mengangkat tangan diatas kepala, memberi hormat pada bendera, atau sebagainya seperti biasa?

Matilah kau, Oh Sehun.

HOW CAN I LOVE U

Sehun mengertak giginya sekuat mungkin. Kedua tangannya sudah ia gunakan untuk menutup telinganya. Sungguh, ia sudah tak tahan lagi. Alunan musik piano yang dimainkan oleh Luhan dilantai bawah benar-benar menganggu konsentrasinya. Bahkan dia tak bisa menggerakkan tangan sedikitpun untuk menulis. Apa Luhan tak tau? Hukuman yang diberikan oleh guru kalkulusnya sudah cukup membuat kepalanya hampir pecah.

Bagi Sehun, menulis kalimat kalkulus seperti ini "Suatu fungsi memetakan keluaran f(x) untuk setiap masukan x. Fungsi tersebut memiliki limit L pada titik masukan p bila f(x) "dekat" pada L ketika x dekat pada p. Dengan kata lain, f(x) menjadi semakin dekat kepada L ketika x juga mendekat menuju p. Lebih jauh lagi, bila f diterapkan pada tiap masukan yang cukup dekat pada p, hasilnya adalah keluaran yang (secara sembarang) dekat dengan L. Bila masukan yang dekat pada p ternyata dipetakan pada keluaran yang sangat berbeda, fungsi f dikatakan tidak memiliki limit" secara berulang hingga penuh sampai satu buah buku tulis adalah hukuman yang paling kejam yang pernah ia dapat. Dia lebih suka dihukum berjongkok dengan lutut dan tangan diatas kepala atau hormat bendera kebangsaannya sampai jam pelajaran selesai ketimbang dianiaya dengan cara menulis satu buku sampai penuh kalimat definisi limit fungsi itu. Oh, bahkan membersihkan toilet pria yang berhawa surga itu lebih mulia bagi Sehun. Sungguh, dia bukan tipe orang yang suka menulis.

Ditambah lagi alunan musik piano rancu yang dimainkan anak angkat Ibunya dilantai bawah , itu membuat Sehun hampir meledak. Anak angkat ibunya itu benar-benar tak bisa bermain piano, satu-satu yang bisa ia mainkan dengan benar hanyalah musik FurElise milik Beethoven yang membuat Sehun ingin tidur jika mendengarkannya.

"BERISIKKK !" Teriak Sehun dari lantai atas menegur Luhan yang menekan tuts-tuts piano secara random itu.

Teriakan itu sukses menghentikan aktifitas Luhan. Dia mendongakkan kepalanya menatap Sehun yang berteriak dari lantai atas.

"Kau tau?! Setelah ini aku ada kencan dengan Irene Noona. Tidak bisa kah kau memberiku ketenangan sebentar saja sampai hukumanku dari guru kalkulus sialan itu selesai?! Huh?!"

Itu kalimat terpanjang yang pernah Luhan dengan keluar dari mulut Sehun untuknya. Selama ini dia hanya mendengar Sehun mengatakan kata-kata kasar seperti "Bodoh!", "Apa-apaan kau?!", "Bukan urusanmu!", atau "Apa kau gila?!" padanya. Luhan mengerdipkan matanya mendengar kalimat panjang Sehun itu.

"Lebih baik kau bawa Audi mu itu keluar dari rumah ! Jalan kek kemana ! Jangan menggangguku dengan musik pianomu yang hancur itu ! Sana ! Pergi!" Tanpa menunggu jawaban dari Luhan, Sehun langsung kembali kekamar dan membanting keras pintunya.

Untung saja Luhan bukan tipe pembantah. Baginya, walaupun tadi itu terdengar agak kasar, jika itu Sehun yang menyuruhnya, apapun akan ia lakukan. Dia hanya ingin melihat Sehun senang dengan apa yang dilakukannya.

HOW CAN I LOVE U

Luhan menuruti perintah kakak angkatnya, dia memberanikan diri untuk keluar rumah. Dia meminta supirnya untuk mengantarnya ke sungai Han menikmati sore yang sudah menjelang malam ini. Dia memilih duduk-duduk mengamati sepeda yang hilir mudik melintasi pinggiran sungai. Ada juga orang-orang yang tengah bersenda gurau bersama teman-teman dan keluarganya, bahkan bersama kekasihnya tepi sungai Han. Sungguh, itu terlihat menyenangkan.

Kalau saja Sehun dan dirinya punya hubungan baik, dia pasti tak akan segan-segan merengek dan mengajak Sehun kesini setiap sore atau bahkan setiap malam untuk sekedar duduk-duduk atau hilir mudik dipinggir sungai, atau bahkan bila perlu membawa sepeda untuk bermain disini.

.

Sungai Han bertambah indah dimalam hari. Suasana romantis dipancarkan dari sorotan lampu warna-warni, semacam air terjun buatan dengan berbagai macam gerak air semakin menambah kesan pesona sungai Han untuk dikunjungi bersama keluarga, teman atau bahkan orang spesial. Sayangnya, sejak pindah ke Seoul 3 bulan yang lalu, Luhan belum mendapat banyak teman. Begitu pun disekolahnya. Dia hanya tahu dengan teman kakak angkatnya, Park Chanyeol. Luhan tidak punya banyak teman disekolah, mungkin karena dia anak baru. Temannya hanya beberapa para kutu buku yang rajin membaca diperpustakaan, dikelaspun dia hanya sekedar tegur sapa dengan teman teman sekelasnya, oh, bahkan dia tak punya teman sebangku. Dia duduk sendiri dipojok belakang dikelasnya.

Kalau saja dia punya nomor ponsel Chanyeol hyung, mungkin Luhan akan memohon padanya untuk menemaninya disini. Pasti dengan senang hati Chanyeol akan menemaninya disini. Walau terkenal dengan keplayboyannya disekolah, teman hyung angkatnya itu sangat baik dengannya, tidak seperti hyungnya.

Luhan juga tak tau kenapa hyungangkatnya itu begitu membencinya. Jika ia punya kesempatan untuk bertanya mungkin ia sudah mengeluarkan semua keluh kesah dihatinya pada Sehun. Sayangnya kesempatan itu tak pernah ada. Bahkan belum sempat ia bicara Sehun sudah menyuruhnya untuk diam dan jangan membuka mulut.

Bermimpi saja bisa bersahabat dengan Oh Sehun.

Bermimpi saja untuk mengajak Sehun ketempat seindah ini.

HOW CAN I LOVE U

Luhan duduk sendiri dimeja paling pojok disebuah cafe kopi yang ada didekat sungai Han. Luhan melirik jam tangannya. 7.48 PM. Apa jam segini dia sudah boleh pulang? Apa Sehun sudah menyelesaikan hukumannya?

Sedikit keraguan dihati Luhan, dia ingin pulang kerumah, tapi disisi lain dia tak ingin menganggu kakaknya. Dia ingin menaati perintah kakaknya. Dia memang agak berisik jika dirumah, bukan hanya ketika bermain piano saja dia selalu membuat keributan dirumah, bahkan jika menonton drama diruang tengah dilantai atas pun dia suka membesarkan volumenya dan tertawa keras jika ada sesuatu yang lucu. Sungguh, itu mengganggu Sehun. Pernah sekali Sehun tanpa rasa berdosa mematikan begitu saja televisi ketika dia tengah asyik menonton drama kesukaannya dan pergi begitu saja tanpa kata-kata. Sekali lagi, untungnya Luhan buka tipe pembantah, dia tidak kembali menghidupkan TV, dia memilih menaati keputusan kakak angkatnya.

"Boleh duduk disini?"

Luhan mendongakkan kepalanya mengarah pada seseorang yang bicara. Pria elegan dengan setelan kemeja biru laut dan celana dasar hitam berpadu dengan sepatu pantofel hitam tersenyum manis kearah Luhan. Biasa dikatakan tinggi pria ini tak jauh beda dengan hyung angkatnya. Jika hyungnya 184cm maka namja ini sepertinya 1cm lebih tinggi dari hyungnya. Sejenak Luhan terpukau dengan namja yang tersenyum berdiri didepannya.

"Jadi apa boleh duduk disini?" Ujar orang itu lagi sukses membuat Luhan sadar dari keterpukauannya.

Luhan memutar pandangannya kearah sekeliling kafe. Memang sih kafenya sedang ramai, tapi masih banyak meja kosong yang bisa diduduki pria didepannya ini tanpa harus mengganggu ketenangan Luhan duduk dipojokan.

"Ah, maaf, dikafe ini aku biasa duduk disini. Sudah seperti sahabatku meja ini. Aku tak tau jika ternyata ada orang lain yang menyukai meja ini" orang itu masih tersenyum dan berdiri menunggu Luhan mempersilahkannya untuk duduk.

"Oh…iya, iya, silahkan duduk" akhirnya Luhan mengizinkan pria itu duduk ditempatnya. Sambil tersenyum pria itu mengambil tempat didepan Luhan.

Pria itu meletakkan hot chocolatenya dan mulai membuka novel importnya. Luhan masih memperhatikannya—pria yang duduk didepannya. Pria ini masih muda, mungkin seumuran hyungnya, bahkan terlihat lebih muda lagi jika dijajarkan dengan Chanyeol hyung, hanya saja pria ini terlihat lebih dewasa dan elegan. Tidak seperti hyung dan temannya yang sembrono dan agak egois.

"Kabur dari rumah atau bagaimana?" Kata-kata pria didepannya itu membuat Luhan sedikit bingung.

"Eh?" Ini respon Luhan untuk orang tak dikenal didepannya itu.

"Sepertinya kau masih SMA ya? Biasanya jam segini anak SMA masih disekolahnya sampai jam 9 malam" ujar orang itu.

Benar juga, sekolah Luhan dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 8 malam. Tapi entahlah tadi itu ada urusan apa hingga guru nya menyuruh mereka pulang pada pukul 4 sore. Dan dia rasa dia tak kabur dari rumah, hanya diusir sejenak oleh hyung angkatnya agar tidak menganggu hyungnya yang sedang menjalani hukuman itu.

"Hanya ingin menggunakan kesempatan melihat suasana Han dimalam hari saja. Tadi pulang cepat dari sekolah." Jawab Luhan meladenin pria elegan yang tak dikenalnya itu.

"Ehm..begitu ya.." Respon pria itu sambil meneguk hot chocolatenya. Sungguh suara pria itu sangat lembut, cocok dengan penampilannya yang rapi itu. Untuk kedua kalinya Luhan terpukau.

"Apa anda juga masih anak SMA?" Byun Luhan pada pria didepannya.

Pria itu tertawa garing merespon pertanyaan Luhan. Sesaat dia meneguk hot chocolatenya lagi dan menutup novel importnya. Diletakkannya diatas meja novelnya tadi itu. Dia tersenyum kearah Luhan. Sungguh itu manis sekali, senyumannya itu serasi sekali dengan wajah tampan pria ini.

"Hahaha, Aku mahasiswa tingkat akhir jurusan bisnis & manageman di Seoul University" jawabannya sukses membuat Luhan membulatkan mulutnya.

Sedikit tak percaya, pria yang tingginya hampir sama dengan hyung angkatnya itu ternyata mahasiswa tingkat akhir.

"Apa aku terlihat muda untuk ukuran anak kuliahan?" Tanyanya lagi yang heran melihat ekspresi

"Ehmm. Hanya saja wajah anda terlihat seperti teman hyungku yang duduk dikelas 2 SMA" jawab Luhan disahut dengan tawa renyah dari namja didepannya itu.

"Benarkah?" Namja itu berusaha meyakinkan. Luhan mengangguk.

"Kalau boleh tau, siapa namamu?" Tanya namja itu.

"Oh Luhan." Luhan tersenyum menjawab pertanyaan namja didepannya.

"Oh Luhan-ssi. Senang bertemu denganmu. Namaku Wu Yifan, panggil saja Kris" ucap namja itu.

"Senang bertemu denganmu juga, Kris-ssi" Balas Luhan sedikit canggung.

"Sepertinya kau baru pertama kali kekafe ini ya? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya" tanya Kris pada Luhan.

"Ini pertama kalinya aku kesini. Ibu selalu melarang aku pergi keluar rumah tanpa hyung" jawab Luhan.

"Lalu sekarang kau bersama hyungmu?"

"Tidak, hyung dirumah sedang mengerjakan tugas" Luhan tersenyum dan meneguk minumannya.

"Lah, lalu kenapa berani keluar rumah malam-malam begini?"

"hyung menyuruhku keluar sebentar. Kalau dirumah aku sedikit berisik, itu menganggu konsentrasinya untuk mengerjakan tugas" jawab Luhan lagi.

"Apa orang tua dan hyungmu tak khawatir kau belum pulang kerumah? Biasanya untuk orang yang jarang keluar rumah, orangtua akan khawatir jika anaknya telat sampai dirumah 1 jam saja"

"Ayah dan Ibu tak tinggal bersama aku dan hyung. Kurasa mereka tak tau aku dimana sekarang. Jadi tenang saja" Luhan tersenyum lagi.

"Lalu hyungmu? Apa dia tak khawatir?"

Seketika senyum Kris hilang dari wajahnya. mengerut dahinya menatap Luhan.

"Ehm…" Luhan mendehem sejenak. Lalu dia meneguk minumannya.

"Kurasa hyung tak akan khawatir" jawabnya lemah sambil meletakkan cangkir minumannya diatas meja.

"Bahkan mungkin hyung berharap aku tak pernah ada dirumah" Luhan memaksakan senyumnya.

Kris memang sudah dewasa. Dengan begini saja dia bisa membaca keadaan lelaki cantik didepannya ini. Memang dia tak bisa menebak dengan tepat apa masalahnya dengan kakak lelaki ini. Tapi setidaknya dapat disimpulkan kalau dia tak punya hubungan baik dengan kakaknya. Cukup. Kris tak akan bertanya lebih dalam lagi. Lagipula terlalu tidak sopan bertanya masalah seperti ini dengan orang yang baru pertama kali bertemu. Dia meneguk hot choco nya dan tersenyum kearah Luhan.

Baru saja Kris akan mengganti topik pembicaraan. Tiba-tiba seorang pelayan kafe berseragam abu-abu mendekati meja mereka,

"Sajangnim. Tuan Tao sedang menunggu anda diruangan anda" ujar pelayan itu sukses membuat Luhan menganga dengan kata-kata 'sajangnim' tadi.

Orang ini.

Kris menyuruh pelayan itu mengatakan pada tamunya untuk menunggu. Lima menit lagi dia akan ada diruangannya. Pelayan kafe itu menjauhi meja Luhan dan Kris. Kris menatap Luhan yang masih membulatkan matanya.

"Sa..sajangnim? Anda?"

Kris tersenyum, "Baik. Sepertinya obrolan kita cuma bisa sampai disini. Temanku sudah menunggu…." Kris menyeruput hot choco terakhirnya.

"Pulanglah. Kurasa hyungmu yang tak peduli itu pasti khawatir denganmu" Kris tersenyum dan beranjak dari duduknya.

"Kapan-kapan datang lah lagi ke kafe ini. Jika waktu ku senggang, aku akan menemanimu ngobrol lagi" Kris tersenyum dan membungkukkan badannya lalu dia pergi meninggalkan Luhan.

TO BE CONTINUE

FF baru lagi, gimana kepo nggak sama ceritanya?

Makasii banget buat kak CCATURY yang udah ngijinin aku nge-remake ffnya:)

Ini aslinya ff straight ya. Kalo mau baca klik 2013/10/09/to-you-with-my-whole-hearted-part-1/

See u next chapter.

Regards

DYACHAN02 - 160429