Summary: Ini adalah kumpulan Behind The Scene dari seluruh fic Namikazecest saya. Warning: Gaje, OOC, Ngaco, Garing
A/N: Yang pernah membaca fic-fic MinaNaru saya pasti akan paham dengan scene-scene ini. XD
Naruto © Masashi Kishimoto
Behind The Scene Namikazecest © Viero D. Eclipse
Pairing: MinaNaru and many more
Genre: Humor
Rated: T
Warning: AU, Shonen-Ai, Gaje, Ngaco, OOC, Bahasa tak baku, Garing
Don't like? Don't read!
Take 01 - Based from fic "Diamond In The Rough" chapter 1.
Act 03 - Orochimaru Part
"Hei, anak sialan! Cepat serahkan barang-barang hasil curianmu tadi padaku! Cepat!"
"Ba-Baik, Tuan."
Dalam untaian masa yang bersamaan, terlihatlah siluet realitas yang seakan bertolak belakang. Beberapa anak terlihat memaparkan ekspresi takut tatkala Orochimaru beserta Kabuto dan komplotan preman-preman yang lain tengah berdiri tepat di hadapan mereka. Selamat datang dalam kehidupan anak jalanan, dimana rona perlakuan keras seakan menjadi sebuah tekstur kehidupan bagi para insan manusia yang menjalaninya. Perlakuan lembut hampir mustahil. Keras, sulit, berat dan menyakitkan. Empat kata itu seakan menjadi simbolik akan rumitnya enigma kehidupan liar itu. Hukum rimba berlaku. Yang kuat akan selalu mendominasi komunitas lemah.
"Apa ini? Hanya segini saja hasil yang kalian dapatkan!" Geraman Orochimaru menggelegar terselimuti ancaman keras. Konohamaru dan beberapa anak jalanan yang lainnya semakin tenggelam dalam rasa takut.
"Ma-Maafkan kami, Tuan Orochimaru. Hanya inilah yang bisa kami hasilkan." Buliran air mata sudah tak mampu lagi terbendung. Paras lelaki mungil itu terlihat rapuh. Orochimaru semakin kesal dengan pemandangan yang sangat menjijikkan baginya itu.
"Aarrgghh! Sudah! Jangan cengeng! Akan kupatahkan leher kalian semua jika kalian tidak mau diam!"
Usaha pimpinan preman berambut hitam panjang itu tidaklah menuai sukses. Ancaman keji itu semakin membuat tangisan Konohamaru dan kawan-kawannya yang lain menjadi semakin nyaring. Sungguh berisik! Orochimaru kehabisan kesabaran.
"Sudah cukup! Akan kuhabisi kalian semua sekarang juga!"
...
...
...
"Pssshh! Hei, Naruto mana? Harusnya 'kan Naruto muncul!"
"Iya, juga. Kemana anak itu sekarang?" segenap kru tampak kebingungan. Orochimaru mulai kelelahan karena harus mengepalkan tangan dengan pose yang sangat tidak elit.
"Wooi! Cepetan donk! Keburu nih bogem mendarat di kepala anak-anak!"
"Sa-Sabar, Oro! Ini Naruto kemana sih?"
"NARUTOOO! KAU DIMANA?"
Dan secara tak terduga, hamparan pintu WC umum yang ada di pinggir jalan mendadak terbuka lebar. Keluarlah sesosok figur pemuda dengan tisu toilet yang masih terkait dengan celana boxer yang ia pakai.
"Hentikan, Orochimaru!"
Seruan itu membuat semuanya terkejut. Masa kegentingan itu terintervensi oleh adanya seorang interuptor. Konohamaru dan yang lainnya terbelalak. Penyelamat mereka telah datang.
"Ka-Kakak..."
...
Hening.
Orochimaru tak melanjutkan dialognya. Semua menganga dan turut terbelalak syok saat melihat penampakan seorang Naruto saat ini.
"Err... Ke-Kenapa kalian melihatku seperti itu, hah? Orochimaru-san, bukankah setelah ini adalah giliranmu mengucapkan dialognya?"
"Uhh... Naruto... celanamu..." Sakura hanya dapat menutup mata seraya menuding ke areal bawah Naruto. Dan pemuda berambut emas itu lekas bertampang horor saat tahu bahwa ia hanya menggunakan celana boxer bermotif ramen.
"HIEEEE! AKU LUPA TAK MEMAKAI CELANAKUUUU!"
"Ugh..." segenap kru dan para aktor dengan cepat memalingkan pandangan dari pemuda bermata cobalt itu. Minato lekas masuk ke dalam lokasi dan berdiri membelakangi sang brondong.
"Naruto! Kau ini bagaimana, hah! Kenapa kau bisa lupa untuk memakai celana!" Pemuda tampan itu begitu marah. Naruto gemetar dalam rasa bersalah.
"Go-Gomen, Minato. A-Aku terburu-buru tadi-"
"Ini bukan soal terburu-buru atau apa! Kenapa kau begitu naif, Naru! Tidakkah kau melihat bahwa di sini banyak sekali pandangan-pandangan mesum, hah! Hei, kalian semua! Jangan tatap ke arah Naru! Terutama kau, Orochimaru! Pandanganmu itu begitu mesum!"
"WHOT? A-Apa-apaan kau ini, Minato? A-Aku tidak mesum!" Serpihan rona merah menjalar instan di paras Orochimaru. Segenap kru mulai sweatdrop melihat itu.
"CUT! CUT! Scene ini harus diulang! Semuanya berantakan!" Ino mengeluh frustasi. Semua hanya dapat menghela napas mereka dan menghiraukan Minato yang mulai membelitkan kain sarung di tubuh Naruto.
Benar-benar seorang seme yang over protektif...
Act 04 - Thief
Bruukk!
"O-Ouch! Ma-Maaf..." benak Minato kembali masuk ke dalam realitas. Ada orang tak sengaja berbenturan dengannya. Minato lekas menatap orang itu. Dan kedua mata birunya mendapati seorang anak laki-laki yang menutupi wajahnya dengan tudung hitam.
Misterius sekali.
"Ah, ti-tidak apa-apa. Ini juga kesalahanku karena..." belum sempat Minato menyelesaikan kalimatnya, pelaku yang menabrak tubuhnya itu sudah berlari menjauhinya. Dahinya mengernyit melihat itu.
"Ada apa dengannya? Orang yang aneh."
Minato pun mencoba menghiraukan hal itu dan melanjutkan perjalanannya. Dengan penuh rasa miris, ia gelengkan kepalanya. "Anak-anak jaman sekarang semakin aneh saja. Baru kali ini aku melihat ada anak yang menutupi wajahnya dengan tudung hitam, berjalan sambil menunduk dan menabrak orang seenaknya. Style kehidupan macam apa itu? Aku tak akan pernah paham dengan pola pikir mereka." Minato berbicara pada dirinya sendiri. Ia berusaha memikirkan alur logikanya. Tunggu sebentar. Sepertinya ada yang aneh dan janggal dengan kejadian yang baru saja menimpanya tadi.
"Sebentar. Orang misterius yang menutupi sebagian wajahnya dengan kain hitam, tertunduk, menabrak orang seenaknya dan lalu panik, ketakutan, berlari..." mulut Minato menganga seketika. Ia pun mencapai kongklusi dalam analisanya. Tanpa ia sadari, tas kantor beserta berkas laporan yang ia bawa telah lenyap. Paras terdominasi horor, ia menjerit dengan begitu kerasnya.
"PENCURI!"
"CUT! Bagus! Scene yang sempurna, Minato! Kerja bagus!" Tsunade, Ino dan segenap kru bertepuk tangan. Minato bernapas lega. Mereka pun lekas mempersiapkan scene yang selanjutnya.
"Yang selanjutnya, scene Naruto 'kan?" tanya Minato memastikan. Tsunade mengangguk mengiyakan dan tak lama kemudian, sesosok figur pemuda bertudung hitam tampak berjalan menghampiri mereka.
"Gomen, aku terlambat! Lagi-lagi aku sakit perut dan harus singgah di WC dulu. Hehehehe. Jadi di scene ini, aku jadi pencuri ya?"
"Naruto? Ke-Kenapa kau di sini? Bukankah kau tadi sudah melakukan scene bersamaku?" Minato tampak kaget. Segenap kru juga keheranan. Pemuda bermata cobalt itu menggaruk belakang kepalanya, bingung.
"Melakukan scene? Daritadi aku di WC dan belum kemari."
"Nani? Ka-Kalau begitu yang mencuri tasku tadi SIAPA?" Minato bertampang horor. Dan Tsunade pun lekas menjerit dengan sangat histeris.
"YANG TADI ITU PENCURI SUNGGUHAN!"
"HIEEEEEEEEEE!"
Take 02 - Based from fic "Diamond In The Rough" chapter 2.
Act 01 - Jiraiya
"Minato."
Statis.
"Minato."
Tak ada respon.
"Minato?"
Semakin hening.
"Minato!"
...
"MINATO?"
...
"MINATOOOOO!"
...
"MINATOOOOOOOOOOOO!"
...
"MINAAAAATTTTTTOOOOOOOOOO!"
...
"MINAAAAARRGGHH-UHUKK! UHUKK! UEEGGHH!" Semua mulai sweatdrop saat Jiraiya terbatuk dengan kerasnya. Tenggorokannya lekas terhantam rasa sakit yang begitu menyiksa. Ada apa ini? "Hoi! Ada apa dengan Minato? Ke-Kenapa ia tidak meresponku, hah! I-Ini 'kan dialognya!"
"Zzzzz... zzz..."
"Minato ternyata ketiduran, Jiraiya-san!"
GUBRAAAKKKZZZ!
Act 04 - Masker Barbie Kakashi
"Silahkan, Senpai. Silahkan tertawakan aku sepuasmu. Silahkan!"
"Hahahahahahaha!"
Kakashi berdecak kesal. Kedua matanya menyorot tajam ke arah Minato yang kini sudah tertawa terpingkal-pingkal di meja kerjanya. Buliran air mata sedikit mengalir dari kedua mata cobalt Minato. Ia sudah terlalu banyak tertawa.
"Khh… hahahah… Demi dewa apapun yang ada di muka bumi ini. Kenapa kau… ahahaha… Kami-sama! Kau berbakat menjadi seorang entertainer, Kakashi! Sungguh terlalu berbakat!" suara tawa kembali pecah. Aura suram kembali menghantam Kakashi. Seuntai kalimat 'I hate this world' terus menggema di benaknya. Ia pun lekas meletakkan beberapa berkas ke meja kerja pria bermata cobalt itu tanpa mempedulikan suara tawa yang menghantam pendengarannya.
"Senpai, mengenai berkas dokumen yang baru-"
"Ahahahahahaha!"
"Uhh... Senpai-"
"HUAHAHAHAHAHAHAHAHA!"
"Sen-"
"BWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!"
"..." Kakashi hanya terdiam saat tak hanya Minato saja yang tertawa. Tapi hampir semua orang baik kru maupun para aktor tertawa terpingkal-pingkal melihat masker pink barbie yang ia pakai itu. Ia hanya bisa pasrah.
"AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAAA!"
"MUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH!
"HUEHAHEHAHEHAHEHAHEHAHEHAHEHA!"
"HOORGH! HOORRGHH! HOOORGHH! HOOORGH!" (?)
...
Sweatdrop.
"...Scene ini kacau."
Act 05 - Orochimaru VS Naruto
"Hahaha... Sampai segitu saja batasanmu, eh?" suara tawa yang cukup keji itu seakan membuat Naruto muak. Sial! Sekujur tubuhnya mulai kaku. Ia tak dapat membela diri. Lima lawan satu. Sungguh tak adil memang. Naruto memang pintar bertarung. Akan tetapi, jika gerombolan preman itu menyerbunya sekaligus, ia tak akan berdaya.
Dengan segenap tenaga yang tersisa, remaja berambut emas itu berusaha bangkit. Siku-siku tulangnya semakin terasa nyeri. Naruto menggigit bibir bawahnya menahan rintih. Darah terlihat mengalir dari mulutnya. Tangan kirinya juga terlalu lebam untuk digerakkan. Ia hanya bisa bergantung pada kepalan tangan kanan dan kedua kakinya. Sungguh brengsek! Gerombolan preman biadab yang menyusahkan!
"Takkan kubiarkan kalian menyentuh adik-adikku!"
Orochimaru seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar. Tanpa jeda, ia pun kembali menertawakan tekad Naruto.
"Aww... Lihatlah, betapa menyentuhnya perkataan itu. Aku sungguh terharu."
...
...
Orochimaru menautkan alisnya. Ia pun melirik ke arah anggota genknya. "Woi! Giliran kalian sekarang!"
"Hiks..."
"Uhuks..."
"Su-Sungguh mengharukan!"
"Na-Nani?" Orochimaru mulai bertampang aneh saat melihat Kabuto dan yang lainnya telah menitikkan air mata mereka dengan lebaynya. Anggota genknya pun lekas berlutut dan terus menggugurkan air mata palsu yang bercampur dengan air mata sungguhan itu.
"Hiks... Ba-Baru kali ini aku merasa terharu!"
"Huweeee! Narutooooo! Kau sungguh hebat! Berhati mulia karena mau melindungi anak-anak itu!"
"Kau benar-benar jahat, Oro-chan! Uhuks!"
"HUWAAAA! MAMAAAAA! MAAFKAN ANAKMU YANG DURHAKA INIIIEE!"
Segenap kru dan para aktor yang lain mulai sweatdrop melihat scene dramatis dan super duper OOC yang dipersembahkan oleh Kabuto dkk itu. Tsunade hanya dapat menggelengkan kepala. Miris.
"Aku baru tahu jika Kabuto dan yang lainnya ternyata mengidap kelainan jiwa."
Act 07 - Kelalaian Shino
"Akhh! B-Brengsek..." Kiba merintih sakit. Kini, ia sudah berada dalam keadaan terluka parah. Akamaru, anjing kecil miliknya itu sudah terlihat tak berdaya dan tak mampu melindungi Tuannya lagi. Pemuda brunet itu lekas melayangkan tatapan tajam ke arah Shino. Rekannya itu saat ini juga sedang berada dalam keadaan terjepit.
"Sial! Apa yang terjadi dengan serangga-seranggamu itu, Shino! Mengapa kerumunan lebah dan kecoak itu malah berbalik menyengatmu, hah! Dasar kau payah!" Kiba termakan emosi. Aksi penyerangan mereka gagal total akibat kelalaian Shino.
"AAAARRRGGGHHHH! TOLOOOOONG!"
"CUT! CUT! Woi! Shino salah dialog!" Ino mendadak protes. Dan semuanya mulai pucat saat melihat penampakan Shino yang masih dikerubungi oleh ratusan serangga.
"TOLOOOOOOOONG! SERANGGA-SERANGGA INI MASIH MENYENGATKUUUUU!"
"WHAT THE HELL!"
Gubraakss...
Act 07 part 2 - Minato's Arrival
"Matilah kau, Naruto..."
Kedua mata biru Naruto terpejam. Bisikan keji Orochimaru meresap ke dalam benaknya bagai belati. Sungguh, ia tak ingin mati. Ia masihlah ingin memperjuangkan hidup meski dunia sering berlaku kejam padanya. Maut sudah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Dan ia, tak ingin mati dalam keadaan hampa. Ia ingin membawa sebuah kebanggaan. Sebuah kebanggaan hidup yang kelak akan ia tunjukkan pada kedua orang tuanya di surga nanti.
Ia tak ingin mati dalam keadaan rendah.
Salahkah?
"Singkirkan tangan kotormu darinya..."
Suara itu...
Kedua mata biru Naruto terbuka perlahan. Resonansi takdirnya seakan terselipkan benang-benang perubahan. Cahaya harapan datang. Tuhan tak sekejam itu padanya.
"A-Apa?" Orochimaru tampak terperangah. Kedua sorot mata berwarna cobalt terlihat menatapnya dengan begitu tajam. Pemilik mata cobalt itu sudah berada tepat di dekatnya. Orochimaru lekas berparas horor. Ia tak mampu berkutik. Sebuah bisikan tersemat di telinganya.
"Aku bilang... Singkirkan tangan kotormu itu... darinya."
"CUT! Yes! Scene yang sempurna! Kerja bagus kalian berdua!" Ino mengacungkan jempol. Minato tampak mengerutkan dahinya.
"Tunggu sebentar, Minna."
"Eh? Kenapa Minato?" semua mulai bingung saat menatap gelagat aneh pemuda itu. Minato benar-benar tampak skeptis.
"Apa kalian tidak mengendus bau busuk di sini?"
"Heh? Ba-Bau busuk?" Naruto dan yang lainnya pada akhirnya ikut mengendus udara di areal sekeliling mereka. Yang dikatakan Minato benar. Ternyata ada bau busuk yang cukup menyengat di tempat mereka.
"Err... itu..." Orochimaru tampak menggaruk belakang kepalanya. Semua mulai menoleh ke arah pria ular itu.
"Kenapa, Or?"
"Bau busuk itu berasal dari... tanganku. Hehehehe... 'kan scene ini mengharuskan Minato untuk mengataiku sebagai tangan kotor. Jadi... aku mengotori tanganku sendiri dengan... air jamban."
GUBRAAAAAKKKKSSSS!
"DASAR, BAKOROOOO!"
TBC
A/N: Hahaha... gaje parah. Nih fic cuman iseng sih. Saya belum benar-benar kembali di FNI. Saya masih harus fokus di fic One Piece saya. Dan tentunya... UMPTN. TT_TT
Yeah, mind to Review?
