Disclaimer © Aoyama Gosho
Pairing: ShinShi and many other
Genre: romance and undetected :v
warning: banyak banget
happy reading minna~!
nggak suka, mending pergi. hush hush *tabok reader*
My Detective
Chapter 1: Sebuah Barang Curian
Shiho's POV
Aku melangkahkan kakiku menuju rumah sebelah. Siapa lagi kalau bukan rumahnya Kudo-kun. Aku mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Huh, ini sudah siang, jangan bilang dia masih tidur.
"Kudo-kun, aku masuk!" kataku sambil membuka pintu rumahnya. Benar-benar kosong dan kotor. Aku melangkahkan kakiku menuju lantai dua, dimana kamarnya Kudo-kun dan ruang kerjanya.
"Kudo-kun?" aku membuka kamarnya perlahan. Benar saja, dia masih tidur memeluk dokumen-dokumen—entahlah, pokoknya itu tentang kasus terbarunya. Dia hanya menggumam.
Aku tersenyum kecil, sangat kecil—bahkan aku ragu apakah aku sedang tersenyum. Aku menunduk menyejajarkan wajahku dengan wajahnya yang polos. Hei, kenapa saat tidur dia bisa seimut ini? Andai saja, setiap aku bertemu dengannya dia memberikan wajah imutnya, bukan wajah menyebalkannya itu.
"Shi-shiho.." dia menggumam.
DEG
Aku menahan nafas. Dia memanggilku dari alam bawah sadarnya?
"Hei, Kudo-kun.." aku menggoyang-goyangkan bahunya.
"Shiho.." dia makin menjadi. Kenapa wajahnya mesum sekali? Aku jadi curiga. Aku tanpa sadar nyengir. Mengambil nafas dalam-dalam.
"Kudo, kumohon, bangunlah. Kudoooo!" teriakku. Kudo-kun langsung bangun.
"A-apa?" tanyanya linglung. Aku tertawa. Andai dia tau, wajahnya sungguh lucu!
"Jadi main tidak, sih?" tanyaku. Kudo-kun hanya menatapku bingung, lalu melotot kaget.
"Aku lupa!"
.
.
.
Disinilah kami. Hanya duduk di taman kota yang mulai sepi karena sudah sore dan cuaca sedang tak bersahabat, alias dingin. Aku sesekali melirik Kudo yang sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari langit sore. Kenangan, huh?
"Apa yang kita lakukan? Kau bilang, kita akan main keluar?" tagihku yang sudah bosan. Biasanya Kudo langsung mengajakku nonton ataupun ke toko buku. Kudo menatapku dalam. "Miyano, aku lelah," bisiknya. Aku tertegun.
Ia menyenderkan kepalanya di bahuku. Aku tersentak sebentar, ingin mengeluarkan protes, namun terpotong oleh ucapan Kudo.
"Sebentar saja Miyano, sebentar saja."
Aku diam tak menyahut, tidak juga menolak. Dadaku perih mendengar suaranya yang parau. Suaranya seakan dia benar-benar lelah dengan semua ini. Aku menghela napas panjang, lalu menepuk kepalanya pelan.
"Hanya bahumu yang kubutuhkan saat ini," bisiknya pelan. Ia melanjutkan, "Kalau boleh bisa kau mengelus kepalaku lagi?"
Aku terdiam, ingin tertawa. Dia seperti anak kecil! Ah, polosnya detektif kita yang satu ini.
"Semoga kasus kita cepat selesai," kataku, semoga kalimat yang keluar dari mulutku bisa menenangkannya. Tanganku mengelus rambutnya sesekali.
Sekilas kami seperti sepasang kekasih. Eh, apa sih yang baru kupikirkan. Menyebalkan.
"Yah, terima kasih-"
"Asisten?" potongku sarkastik.
"Bukan," dia tersenyum, "Kita partner," lanjutnya. Aku hanya diam, tak menyahut.
Dia membenarkan posisi kepalanya. Aku merasa pipiku menghangat, aku malu.
"Apalagi, nanti malam, KID akan mengadakan pertunjukkan konyolnya lagi," dia mendengus.
"Apa yang akan dia curi?" tanyaku. Pertanyaan bodoh. Bahkan aku bisa menanyakan langsung ke KID.
"Entahlah. Yang terpenting, dia tidak mencuri gadisku," Kudo menggaruk pipinya kaku. Seketika aku sadar. Apa Kudo belum bisa move on dari Mouri-san? Aku membuka mulut, ingin bertanya namun kuurungkan.
"Bukan, aku sudah bisa move on dari Ran, Miyano. Aku sadar, aku tak bisa terus menerus meratapi kematian Ran. A-aku.." dia tersentak bangun sambil mengacak rambutnya.
"Aku menyukai gadis yang sedang akrab denganku," katanya malu-malu.
Pasti Sera! Mereka sedang akrab-akrabnya di kampus. Apalagi mereka mengambil jurusan yang sama. Mereka juga sama-sama detektif. Pasti mereka lebih nyambung.
"Oya, Miyano. Nanti.. bisakah kau menemaniku?" tanyanya.
"Tidak," jawab Kuroba yang tiba-tiba sudah dibelakangku.
"Apa yang kau lakukan?!" tanya Kudo.
"tenang saja, Tuan Detektif. Aku hanya menjemput gadis pujaan hatiku. Sebentar, saja. Nanti dia pasti akan kembali kepadamu," kata Kaito. Aku menarik tanganku yang hendak diciumnya.
"Mesum," kataku sinis.
"A-apa? Mi-miyano? Ka-kalian?" tanya Kudo tergagap. Telunjuknya gemetaran menunjuk ke arahku dan Kuroba bergantian. Aku hanya diam sambil megendikkan bahu.
Kuroba hanya nyengir.
"Mari Shiho-chan. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Jaa, Mentantei-sama~!" Kuroba menarik tanganku.
.
.
.
"Kuroba! Apa yang kau maksud?" aku menghentikan langkah besarnya. Nafasku terengah-engah.
"Aku hanya ingin kau membantuku," katanya singkat.
"Membantu apa?" tanyaku.
"Membantu menyukseskan pertunjukkanku."
"Apa?! Tidak," kataku singkat.
"Hei, mudah, kok. Kau hanya perlu berada di sekitar Kudo. dimanapun dia berada," katanya. Aku melongo. Bingung.
"kau tau maksudku. Jaa, Shiho-chan~!" dia mengecup pipiku lalu menghilang.
Aku tersentak, menyadari sesuatu.
"HENTAI!"
TBC
Author Note:
Hai minna~! Gomen ne, ini fic udah jamuran, jadi aku berniat buat republish fic ini. yah aku tau sih, ngga ada yg nunggu (_ _)
