Title : The Forgotten Memory
Genre : Drama, Tragedy, Family, Romance
Disclaimer : Kuroko no Basuke - Tadatoshi Fujimaki
Rated : T - Semi M
Character : Aomine, Kise, Kuroko and others
WARNING : YAOI (MALE X MALE), EYD AND TYPO.
Cerita ini hanya fiksi belaka. Tidak suka? Silahkan beri kritik.
…
Chapter 1 : From the Beginning
Ia bergegas cepat. Berlari ke satu arah yang ia tuju. Ia tidak peduli bajunya basah oleh keringat. Deru langkahnya cepat seperti meteor. Ia abaikan tabrakan-tabrakan kecil antara bahunya dan bahu orang lain. Ia tak ingin ada orang yang menghalanginya. Ayunan kakinya menerobos angin. Ia mengejar.. mengejar entah siapa.
Langkah kaki itu berhenti di depan sebuah lift. Ia menunggu pintu itu terbuka.
Ia tersenyum ke arah ku.
Sesaat aku terpanah namun bisa segera ku kendalikan. Sosok di hadapanku memiliki tinggi mencapai 185 cm. Kulitnya kecokelatan dengan rambut segelap malam. Matanya sebiru lautan dalam, gelap penuh misteri. Aku melihat bulir keringat mengalir di pelipisnya. Nafasnya terengah tapi ia tetap menyunggingkan senyum padaku. Aku tidak pernah bertemu pria ini, tidak sekalipun. Dia bukan pegawai di gedung ini, bukan juga penggemar yang sering menyapa ku. Lalu dia siapa?
Bukankah setiap pertemuan punya maksudnya tersendiri?
Seingatku, beberapa saat lalu aku masih berada di dalam gedung "Seirin Publisher", Sebuah perusahaan yang menerbitkan buku dari penulis-penulis terkenal. Aku baru saja hendak pulang ketika seseorang mencegat ku di depan pintu lift. Menarik tangan ku dan membawa ku ke sebuah cafe tak jauh dari gedung.
Kami duduk berhadapan dalam keheningan. Bisa saja aku pergi dari orang asing ini, jika ia tidak menatap ku seintens itu. Aku tau ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
"Tolong aku.. " kalimat itulah yang pertama kali keluar dari mulutnya. Aku mengernyit bingung. Aku menatapnya datar, menelusuri setiap inchi wajahnya. Wajahnya begitu kaku, rahangnya tegas, matanya tajam, hidungnya mencuat kokoh, alisnya runcing, bibir itu pun tak berhenti mengucap kalimat itu. Aku tahu, pria ini menyimpan sesuatu di dalam dirinya. Aku melihatnya menyimpan kegalauan yang lama terpendam. Aku melihatnya begitu rapuh dibalik wajahnya yang tegas. Ia memohon pada ku..
Berapa kali aku menolak..
Perangkap itu terus mengejar ku..
"Ku mohon.. tolong aku. Hanya kau yang bisa. Ku mohon sampaikan cerita ini pada mereka, Kuroko-kun."
Aku sedikit terperangah ketika ia memanggil namaku, namun tidak terlalu terlihat karena wajah ku yang datar. Aku diam termangu menunggu ucapan selanjutnya. Aku menyelam menatap kedua bola matanya yang berkaca-kaca. Aku melihat kesedihan disana sekaligus keteguhan yang luar biasa.
"Hanya Kuroko-kun yang bisa menulis kisah cinta ini menjadi lebih indah dan bernilai" sambungnya getir.
Aku membuka suara ku " maksud mu? Kisah yang ku tulis bukan sebuah kisah percintaan. Jika itu maksudmu, maaf saja aku menolak " sergah ku cepat.
"Aku tahu, tapi hanya Kuroko-kun yang bisa karena kita sama" ia berujar getir. Aku semakin tidak paham dengan maksud perkataannya. Sama? Apanya yang sama? Karena kita sama-sama pria makanya ia pikir kita akan saling mengerti? Begitu naif sekali pria ini.
Aku mendengarnya menarik nafas. Ia berbisik pelan namun cukup untuk ku dengar "Aku seorang penyuka sesama jenis dan aku tahu, kau juga sama Kuroko-kun"
Aku terkejut, bagai ditampar badai. Aku berdiri menjaga jarak. Tak percaya dengan kata-kata yang terucap dari bibirnya. Darimana ia tahu? Kenapa pria ini tahu? Dia siapa?. Tidak. Aku harus tenang. Tunjukan wajah datar mu seperti biasa, Kuroko. Pria ini mungkin hanya mengancam mu, mungkin ia ingin memeras mu. Lebih baik pergi sekarang.
Seperti kotak pandora.
Ia membuka yang seharusnya dilupakan
"Tenanglah Kuroko-kun, aku tidak ingin memeras mu atau niat jahat lainnya. Aku hanya ingin kau menulis kisah cintaku dengan seseorang yang penting dalam hidupku. Sebuah cinta terlarang yang menuntut kebebasan. Hanya kau yang bisa, Kuroko-kun"
Cinta terlarang? Sesama jenis? Homoseksual. TIDAK.. Aku bukan seorang penulis yang nekat seperti itu. Selama ini aku hanya menulis kisah-kisah fantasi imaginatif. Bukan sebuah kisah berat yang mengangkat kehidupan kaum minoritas. Memang sedikit banyak aku tahu kehidupan mereka, karena aku pernah menjadi salah satu dari mereka. Tapi itu dulu, dulu sekali. Aku tak mau masuk kedalam dunia itu lagi. Tidak sama sekali.. aku tidak ingin terjerat lagi.
"Aku menunggu jawaban mu, Kuroko-kun. Tenang saja, apapun jawaban mu. Rahasia mu aman padaku"
Seperti dikejar bayang-bayang.
Aku tak punya tempat sembunyi.
Sejak pertemuan ku dengan pria asing itu. Hidup ku semakin tak tenang, walaupun aku bisa menyembunyikan dengan baik dibalik wajah datar ku ini. Hatiku gundah, perasaan ku tak tenang. Aku selalu gagal menulis kisah fantasi. Kerjaan ku terlantar, tak ada kisah fantasi yang bisa ku tulis. Berhari, berminggu hingga berbulan-bulan, akhirnya aku sadar pria itu berhasil menjerat ku.
Aku membuka laci meja, mencari sebuah kartu nama yang pria itu tinggalkan padaku. Sebuah kartu nama berisi nama dan nomor telfon. Aku menatap lama kartu nama itu..haruskah aku menghubunginya?. Mataku menatap keseluruh penjuru kamar. Hingga aku terpaku pada sebuah figura foto berisi dua orang pria berangkulan di sudut kamar. Aku tersenyum getir menatap foto itu. Seharusnya foto itu berada di dalam kotak dan tak tersentuh. Entah sejak kapan aku meletakannya disana.
Cinta terlarang ya? Cinta yang dibuang ya? Bukankah semua orang bebas jatuh cinta? Tak peduli, seberapa hina dan menjijikannya kisah itu.
Aku menghirup nafas panjang dan menghembuskannya cepat. Aku telah menentukan pilihan, ku ambil ponsel yang tergeletak di atas meja dan menekan tombol sesuai nomor yang ada di kartu nama.
"Halo Aomine-kun, bisa kita bertemu besok sore?"
….
Namanya Aomine Daiki.
Aomine, begitu sapaannya. Rupanya masih sama sejak pertemuan di gedung "Seirin Publisher". Ia tetap menawan, gagah dan begitu tampan. Mungkin karena efek seragam yang digunakannya, menambah kesan jantan dan menggairahkan. Membuat mata tak bisa berkedip sekalipun. Ia begitu menganggumkan.
Pesona mu begitu indah..
Akankah kisah mu juga indah?
Dan disinilah kami sekarang. Di sebuah cafe di pinggir kota. Jauh dari Gedung "Seirin Publisher".
"Jadi, Aomine-kun seorang polisi?" tanyaku memecah keheningan. Hanya sekedar basa-basi.
Aomine mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, membakarnya kemudian menghisapnya. Asap rokok mengelilingi udara disekitar kami.
"Ya begitulah. Kuroko-kun, aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Aku juga masih ada jadwal patroli. Jadi ku harap, kau langsung memberi ku jawaban" Tegas dan menuntut. Khas seorang pria yang tak sabaran.
Aku memperbaiki posisi duduk ku. Menyamankan diriku sebelum masuk ke dalam sebuah pembicaraan serius.
"Well.. " aku mengatur nada bicara ku sedatar mungkin. "sebelum aku memberikan jawaban, aku akan mengajukan persyaratan untuk mu"
Aomine menyemburkan asap rokoknya keatas. Yang awalnya ia duduk berpangku kaki, kini posisinya menjadi mengangkang seenaknya. Celana polisinya yang ketat memperlihatkan lekuk kejantanannya.
"Jika maksud mu masalah financial, aku sudah menyiapkannya seberapapun yang kau minta, Kuroko-kun.." sahut Aomine tegas.
Aku tersinggung dengan perkataan Aomine. Memangnya semua hal di dunia ini bergantung pada uang. Ku akui, Aomine keren tapi tak ku sangka otaknya begitu dangkal. Ku rasa, ia hanya mengasah otot-otot tubuhnya tapi tidak dengan otaknya.
"Maaf Aomine-kun, Aku penulis bukan pedagang. Aku melakukan ini karena aku mau. Jangan merendahkan ku, Aomine-kun" ucap ku geram.
"maaf.." kata Aomine menyesal. Tak sepenuhnya terdengar menyesal, khas laki-laki egois. "Aku hanya ingin menunjukan pada mu bahwa aku bisa melakukan apa saja untuk mu agar mau menulis kisah ini" ucapan Aomine membuat ku sedikit terpukau. Sebegitu pentingnya kah kisah ini untuk Aomine?
Aku mengeluarkan laptop dari ransel milik ku dan kemudian menatapnya "kalau begitu, mulailah menceritakan kisah mu dengan pria itu"
Aomine mematikan rokoknya dan menaruh putung rokok itu kedalan asbak diatas meja. Matanya menatap ke langit-langit cafe. Seolah memaksa sebuah memori berputar.
"Pria yang ku cintai itu bernama, Kise Ryota. Ia begitu indah.. "
Dan kisah ini pun di mulai..
Aomine..
Kise…
Dan… Aku…
To be Continue -
Notes :
Cerita ini terinspirasi dari novel Lelaki Terindah karya Andrei Aksana dan tentu saja dengan beberapa perubahan alur dan ceritanya. Bagi yang telah membaca novel tersebut saya pastikan cerita ini akan berbeda dengan novel aslinya.
Saya tunggu kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.
WITH LOVE
RAINY HANAZAWA
