¥Mantan Terindah¥

.

.

"Sebelumnya, aku tak pernah takut akan apapun, tak ada yang cukup membuatku roboh, bahkan hanya sekedar gemetar pun tidak. Hingga aku merasakan ketakutan yang membuat tubuhku terasa mengigil, bergetar hebat, jantung yang berdetak cepat hingga rasa sesak yang membuat sulit bernafas".

"Ketakutan ketika aku benar-benar akan kehilangan dirimu".

.

.

Disclaimer!!!

Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Original Story by Kiki z

.

.

Warning!!!

BL, Typo, AU, OOC, Paragraf tidak sinkron, alur cepat, tidak sesuai EYD

.

.

DLDR!! No Flame!! Saya Sudah mengingatkan

.

.

~0o0~

Enjoy Read

~0o0~

Akashi Seijuro, lelaki tampan dengan masa depan secerah matahari dikala siang, pemegang posisi tertinggi disalah satu perusahan besar. Kalau ingin sesuatu tinggal menjentikan jari semua langsung di tangan, bukan karena ia pewaris tunggal dari gurita bisnis keluarga, bukan!

Akashi bukan anak manja yang bergantung pada kekayaan orang tua. Namun, memang karena ia punya kemampuan di atas rata-rata yang tak diragukan, otaknya sudah encer sejak dilahirkan sama persis dengan ketampanan yang tak memudar walau usia terus bertambah setiap tahunanya.

Ditambah lagi sifat absolute tak terbantahkan. Akashi selalu benar, dia selalu menang, apa yang diinginkan sudah pasti akan didapatkan.

Akashi itu sosok pasangan ideal, bahkan bisa dibilang sempurna.

Aset berupa wajah rupawan, kekayaan yang tak terbayangkan karena tak akan habis dipakai hingga tujuh turunan, otak cerdas dengan prestasi menggunung disegala bidang sudah pasti membuat siapa saja rela dijadikan pasangan.

ah bahkan untuk sekedar teman jalan yang tak berujung pacaran pun tak masalah asal punya kesempatan jalan bersama lelaki yang dikenal sebagai sosok menantu idaman.

Namun, siapa sangka jika seoarang Akashi yang sempurna adalah salah satu pengidap virus 'susah move on dari mantan'.

Banyak yang bertanya-tanya, siapakah gerangan yang berani-berani memutuskan seorang Akashi Seijurou hingga terjebak zona mantan terindah yang membuat galau berkepanjangan?

Ayolah, mendapatkan secuil perhatiannya saja sudah susahnya luar biasa, ini sudah jadi pasangan malah diputuskan. Rasanya orang itu pantasnya dijuluki bodoh pangkat tak terhingga, sudah berhasil dapat tangkapan besar malah dilepaskan.

Namun, bagaimana jika ternyata yang memutuskan adalah Akashi sendiri?

Inikah yang disebut karma atau mungkin yang sebenarnya layak disematkan julukan bodoh pangkat tak terhingga itu adalah sang pangeran merah yang jadi pujaan. Tapi siapa yang berani, toh baru bicara satu suku kata saja dari julukan itu mungkin nyawa sudah tak lagi di bumi.

.

.

.

Udara terasa semakin dingin, meski jarum jam masih menunjukkan pukul 20 lewat 10 menit. Jalanan yang semula dipadati pejalan kaki sejak sore hari mulai renggang, hanya ada beberapa orang yang lalu lalang di atas koridor jalan.

Sebagian mungkin memilih berdiam diri di rumah yang lebih hangat meski sebagian juga masih terlihat berkeliaran di luar karena dirundung bosan.

Di sebuah restoran yang cukup besar, dengan dinding kaca yang dominan. terlihat beberapa pengunjung tengah menikmati makan malam, kebanyakan meja diisi hanya dua orang, sepertinya banyak pasangan muda yang memilih menikmati kencan di luar daripada bertukar pesan lewat media chat yang kini bertebaran. dan makan malam bersama pun jadi pilihan kencan yang dirasa tepat ditengah udara dingin yang mendesak tubuh mencari tempat hangat.

Disalah satu sudut dalam restoran, meja persegi panjang dengan delapan kursi berukiran elegan tengah ditempati oleh beberapa orang, jumlahnya tak sama dengan banyaknya kursi yang disediakan.

Lima orang lelaki tampan dengan rambut beda warna bak pelangi selepas hujan. Merah kehitaman, kuning, biru tua, ungu, dan crimson. Sepertinya tengah reuni kecil, terlihat dari topik yang tengah mereka bicarakan.

"Oi, baka! Apa kesibukanmu sekarang?" Tanya salah seoarang yang kemungkinan berprofesi sebagai polisi, meski seragam tertutupi jaket tebal.

Yang ditanya masih sibuk mengunyah, meski kesal karena panggilan yang tak kunjung berubah sejak dulu. Makanan ditelan sempurna, kemudian didorong dengan segelas minuman soda biru muda dengan dipadu beberapa buah segar menggoda, tak tepat memang jika memesan minuman dikala musim panas itu saat malam hari terlebih saat cuaca cukup dingin, namun siapa yang peduli toh dia membayar dengan uang sendiri.

"Editor" jawabnya pendek.

"Huwaaa" teriak lelaki dengan surai kuning berwajah tampan histeris, entah dibuat-buat atau memang sungguhan.

Namun tak ada yang mau ambil pusing memikirkan, memang sudah biasa jika seoarang kis ryouta kalau bersikap demikian, teman-temannya mungkin akan bertanya-tanya jika si pirang yang kini jadi pilot itu diam saja, atau mungkin mereka akan bersujud penuh syukur di tambah dengan memberi amal di kuil jika si kuning berubah menjadi sosok kalem dengan suara cempreng yang sudah tanggal.

Kejam memang, namun keselamatan pendengaran jauh lebih penting ketimbang si kuning yang tak bisa diam, apalagi semua yang duduk disana masih lajang. Tak ada korelasi memang, namun asal tahu saja jika suara cempreng si kuning cukup berfotensi mematikan saraf pendengaran.

"kupikir kagamicchi akan memilih jadi pemadam kebakaran-ssu, atau tetap bermain basket hingga bisa masuk NBA -ssu" sambungnya tanpa diminta, yang lain sebenarnya enggan untuk mendengarkan.

lihat saja si biru tua yang asik mengorek kupingnya, sesekali menguap.

lalu si ungu yang lebih memlih asik dengan potongan kue yang piringnya sudah menumpuk, lalu si merah tua yang juga sibuk dengan makanannya dan yang terakhir, yang paling mungil meski tak ada yang berani mengakuinya, masih asik dengan ponsel pintar dalam genggaman.

"Kalau bermain basket aku masih sering melakukannya di akhir minggu, dan bisakah volume suaramu itu dikurangi sedikit biar tak merusak pendengaranku " balas lelaki bersurai merah kehitaman tanpa dosa, kagami taiga toh memang dari awal dia yang menjadi lawan bicara dari duo kuning-biru tua yang dulu menjadi rivalnya.

"Kau masih berisik saja kise, ku kira banyak menghabiskan waktu diudara membuat suara melengkingmu itu terbawa angin" Aomine Daiki masih menguap sesekali.

Lembur beberapa malam, membuat tidurnya makin berkurang, padahal dahulu jika dihitung-hitung waktu tidurnya jauh lebih banyak ketimbang aktifitas lainnya.

"kise-chin, berisik" tambah si ungu yng ikut menyuarakan protesnya, meski dengan wajah yang masih terlihat malas.

"Jahat-ssu" kise mulai menangis dengan air mata yang nyatanya tak sedikitpun muncul dari sudut matanya meski ekspresi sang model seolah-olah tengah berlinangan air mata macam cerita gadis yang tengah dibully oleh saudara tirinya.

Adegan drama tak juga dapat jeda, rupanya orang-orang disana memilih acuh, biar saja si kuning berdrama ria sepuasnya, toh kalau sudah lelah juga akan berhenti sendirinya. Pikir mereka semua, dan benar saja akhirnya si tampan yang langganan jadi bulyan berhenti, Mata beriris kuning milirik pada satu-satunya orang yang tak protes pada dirinya.

"Akashicchi sendiri bagaimana? Tanyanya yang tak langsung membuat lelaki berambut crimson itu mengalihkan pandangan dari ponsel pintarnya.

terkesan sombong dan kurang sopan memang namun, tak masalah bagi rekan-rekannya itu, sepertinya ada yang penting hingga si crimson yang dahulu menjadi pemimpin mereka itu masih tak bergeming juga, dan semua yang ada disana cukup faham seperti apa Akashi Seijurou.

Hingga tak ada yang berniat ikut nimbrung atau hanya sekedar menginterupsi, anggap saja jika si kuning memang memiliki otak yang bergeser lebih jauh dari kawannya yang lain karena menganggu Akashi.

"Maaf aku terlambat" hingga satu suara yang begitu merdu benar-benar mengalahkan benda pipih persegi panjang itu, begitu pula tatapan berbagai iris beda warna yang kini mengalihkan pandangan pada atensi sosok yang tengah berdiri di belakang Akashi.

Akashi memang tak menengok namun tangannya dengan cepat memasukkan ponsel pintar itu ke dalam saku celana. Sempurna sudah dunia Akashi yang tadinya diambil alih oleh kumpulan garfik dan angka yang terus bergerak pada ponsel pintarnya terabaikan hanya dengan sebuah suara yang merafalkan tiga kata saja.

TBC

.

.

Hallo Semua!!!

Sebenarnya saya mau buat ini oneshoot, Cuma gak kuat nulisnya. Kalau dipotong takut mood kabur ide hilang. . . hahaha

Fic ini gak banyak, Cuma dua atau tiga chapter, sebagai bentuk balasan dari babang sei yang selalu nyakitin bininya. . . hihihi

Bukan fic angst kok, jadi tenang aja. .