[DISCLAIMER]
The story belongs to it's real author. I just remake it into ChanBaek version.
.
LOVE STORY OF BAEKHYUN
백휸의 사랑 이야기
Baekhyun X Chanyeol (GS)
.
Remake story by Shin Je Wo
.
WARNING ! Ff ini mengandung kata-kata yang tidak cocok untuk chinggudeul yang berusia 17 tahun kebawah..
.
제 01 하
.
.
Dentuman musik yang mengalun kuat di sebuah Bar terkemuka di kota Seoul seakan tak menyurutkan langkah kaki para pengunjung tempat itu untuk berdansa. Suasana gelap dan meremang sengaja diciptakan untuk semakin memanaskan tempat itu. Beberapa dari mereka tampak bercumbu mesra bersama pasangannya ataupun Pelacurnya.
Ya, tidak diragukan lagi jika tempat itu memanglah tempat yang akan dicari semua pria Seoul untuk melepaskan kepenatan setelah seharian bekerja. Apa lagi kalau bukan bercinta dan memuaskan hasrat serta gairah yang mereka miliki.
Lee Sooman, seorang pria yang memiliki banyak gadis untuk diperjual belikan kepada para pelanggannya. Pria itu selalu dicari beragam pria yang datang kesana untuk memenuhi nafsu liar mereka. Pria berperawakan keras dan kejam, pemilik tempat itu tersenyum senang melihat perkembangan bisnisnya berjalan lancar.
"Ini sempurna." desisnya menyeringai sembari memagut bibir gadis yang duduk disebelahnya.
"Bos, ada seorang tamu yang mencari anda." intrupsi salah satu anak buahnya. Sooman melirik kebelakang bahu anak buahnya. Terkesiap melihat seorang pria yang berdiri tegak di belakang punggung anak buahnya.
"Oh, Mr. Park." sapanya tersanjung. la segera melepaskan diri dari gadisnya dan bergerak menghampiri pria yang menatapnya tak berekspresi.
Pria itu berdiri santai dengan kedua tangan yang tenggelam dalam saku celana, melirik sekelilingnya dingin. Dibelakangnya tampak seorang pria yang sedari tadi setia menemani dirinya. Pria berperawakan tampan itu memiliki postur tubuh sempurna, tinggi, otot-otot yang sempurna di sekitar tubuhnya, kulit putih yang hampir mirip warna pucat namun tampak bersinar dalam kegelapan. Rambut pria itu tampak sedikit acak namun tak mengurangi kadar ketampanannya.
"Senang bertemu denganmu." ujar Sooman dengan tatapan berbinar. Pelanggan besar, batinnya bersorak. Park Chanyeol, pria tampan dan kaya raya. Memiliki perusahaan maskapai penerbangan terbesar di Asia. Perusahaannya tersebar luas dimana-mana, selalu maju dengan pesat setiap saat sehingga menambahkan keuntungan pundi-pundi sahamnya.
"Mr. Lee, aku butuh seorang gadis." ucapnya singkat tanpa ekspresi namun selalu menampakkan garis tegas disekitar rahangnya.
Sooman menyeringai lebar dengan mata yang menunjukkan kegembiraan, "Oh, tentu saja. Aku memiliki banyak gadis disini." Sooman melirik kesudut ruangan, menyipitkan kedua matanya pada sekumpulan gadis-gadis yang tampak menunggu panggilannya. "Nah, kau bisa lihat kesana, ada begitu banyak gadis yang menunggumu." tunjuknya pada sekumpulan gadis itu.
Chanyeol melirik kesana, menatap sebentar kemudian kembali membuang wajahnya. "Yang lain, itu terlalu membosankan." ucapnya tak berselera. Matanya mulai menyusuri setiap sudut Bar itu, menghela nafas gusarnya karena belum juga menemukan gadis yang tepat untuk temannya malam ini.
Bercinta, itu sudah pasti. Ia membutuhkan seorang gadis untuk menemaninya bercinta malam ini dan gadis itu harus sesuai dengan apa yang ia inginkan. Semuanya persis seperti sampah, makinya kesal.
Sooman tampak gugup melihat raut wajah kesal pria itu, otaknya berikir cepat. Tamu besar tak boleh lari, batinnya. Kemudian matanya menangkap seorang gadis yang tampak tertawa lebar bersama beberapa gadis lainnya.
"Oh, tunggu sebentar Mr. Park." Sooman menyuruh salah satu anak buahnya mendekat, membisikkan sesuatu padanya, kemudian anak buahnya terlihat mendekati wanita yang duduk di depan meja Bar dengan anggunnya.
"Mungkin kau akan menyukai gadis ini, dia produk unggul milikku yang selalu digilai para pria."jelas Sooman sumringah.
Chanyeol tampak mendengus malas mendengarnya, namun matanya mengikuti kemana anak buah Sooman berjalan, kepalanya sedikit miring untuk melihat wajah gadis itu. Namun sayang, tubuh tegap anak buah Sooman menghalangi pengelihatannya.
Gadis itu tampak mengintip sedikit dari celah tubuh tegap pria dihadapannya. Sebelah mata yang yang bening tampak terlihat oleh Chanyeol, membuat ia mulai merasa penasaran pada gadis itu. "Bisakah kau mempercepat waktu?" tegurnya pada Sooman dengan wajah yang mulai tak sabar.
Sooman ingin menjawab namun mulutnya kembali terkatup saat gadis itu tampak mendekati mereka. "Nah, dia datang" gumamnya penuh kemenangan.
Chanyeol menoleh kesana, memperhatikan seorang gadis yang tampak berjalan anggun mendekati mereka. Gadis itu nmengenakan gaun berwarna putih selutut, dengan kerah baju bermodel V, menunjukkan sedikit belahan dadanya. Rambutnya tergerai indah kebawah, menutup punggung mulusnya. Sama sekali tak tampak seperti pelacur murahan, pikir Chanyeol.
"Hai," sapa gadis itu dengan senyuman kecil yang memukau. la menoleh pada Sooman, "Ada yang bisa kubantu?" tanya gadis itu.
Chanyeol tak melepas tatapannya dari sang gadis, merasa cukup tertarik dengan aura gadis bertubuh kecil itu. Tubuhnya tidak tinggi namun tampak profesional, berisi di bagian-bagian tertentu yang memang diperlukan setiap pria.
"Mr. Park, perkenalkan. lni Byun Baekhyun dan Baekhyun, ini Mr. Park Chanyeol" ucap Sooman memperkenalkan.
Baekhyun menatap Chanyeol dengan seulas senyum, "Senang bertemu denganmu, Mr. Park" sapanya sopan.
Chanyeol hanya mengangguk kecil dan melirik Sooman. "Berapa harganya?" tanya Chanyeol tanpa berbasa-basi. Wajah Baekhyun tampak tersentak, ia menatap Chanyeol tak percaya. Sementara Sooman tersenyum senang bercampur gugup.
"Kau, ingin dia?" tanya Sooman memastikan.
"Ya, dan aku tidak suka terlalu lama berbasa-basi" jawabnya cepat.
"Oke, kalau begitu kita akan mempercepat segalanya" ujar Sooman senang. la melirik Baekhyun sejenak, gadis itu tampak memutar bola matanya kesal. Ya, malam ini Sooman sudah berjanji padanya agar ia memilih pelanggannya sendiri, mengingat ini adalah malam terakhirnya untuk bekerja disana, sebagai pelacur.
"lni terlalu mahal untuk dilewatkan, Baek. Dia salah satu pria terkaya di negara ini" bisik Sooman membujuk. Kemudian kembali tersenyum cerah pada Chanyeol, "200 ribu Won" ujar Sooman memberi harga.
"Sampai matahari terbit"
"ltu memang pelayanan kami"
"Dan tanpa kondom"
Wajah Sooman seketika memucat, ia melirik Baekhyun yang terang-terangan menunjukkan wajah tak setujunya. "Oh-oh, Mr. Park, tapi gadis ini tidak akan bisa disentuh tanpa benda itu" jelas Sooman gugup.
"500 ribu Won" tawar Chanyeol menatap tajam Baekhyun, matanya berkilat menujukkan ketertarikan besar pada gadis itu.
"Sebesar apapun kau menawar, aku tidak akan menerimanya jika kau tidak mengikuti peraturanku" jelas Baekhyun masih dengan senyum anggunnya.
Sial, maki Chanyeol. "Kau ada disini untuk ditiduri, bukan untuk membuat peraturan" cela Chanyeol, wajahnya mulai mengeluarkan raut tak ingin dibantah.
Senyuman anggun itu mulai menghilang dari wajah Baekhyun, ia menatap tegas pada pria itu. "Tidak denganku, Mr. Park. Aku tidak akan membiarkan satu pria manapun memasukiku tanpa benda itu, tak terkecuali kau" ujarnya tajam.
Chanyeol tersenyum, senyuman miring dan dingin. la melirik Sooman yang tampak menegang, takut jika tamu besarnya lolos begitu saja. Pria itu juga sadar jika Baekhyun adalah tipe gadis yang tak menyukai pelanggaran aturan main, sama sepertinya. "700 ribu Won, aku ambil" Chanyeol menoleh kebelakang, pria tegap yang sedari tadi menemaninya maju selangkah. "Dia yang akan melakukan pembayaran padamu" ucapnya pada Sooman. Setelah itu menatap Baekhyun yang tampak mengerjap.
"Dan kau Nona, aku menunggumu di mobilku"
.
.
.
.
"Kau tidak menepati janjimu, Mr. Lee" desis Chanyeol kesal, ia menatap pria bertubuh tegap itu tampak berbinar menatap sebuah cek digenggamannya. Gadis itu mengerang kesal, namun mencoba bersabar mengingat setelah ini ia akan kembali bebas dari pekerjaan yang selama dua tahun sudah ia geluti.
"Maaf, Baek. Tapi kau tau siapa pria itu, bukan? Lihat, dalam sekejap kita sudah untung besar" ujarnya girang. "Dan bukankah ini hari terakhirmu? Anggap saja ini penghormatan besar untukmu, pria kaya dengan wajah tampan" gumamnya.
Oh, yang benar saja, cibir Baekhyun. "Kalau begitu, aku minta bagianku. Tidak perlu mengirimnya ke rekening Bank karena aku butuh uang cash." tuturnya.
Setelah mendapatkan bagiannya, Baekhyun segera keluar dari sana dengan langkah ringan. Senyuman tak henti-hentinya merekah dibibirnya. Hidup normal, sebentar lagi ia akan kembali merasakannya. Mata gadis itu menyipit ketika melihat seorang pria melambai padanya, pengawal si pria kaya, batinnya.
"Silahkan masuk, Nona Byun" pria itu membuka pintu mobil dengan sopan, tubuhnya sedikit menunduk.
"Terima kasih" ucap Baekhyun, ia masuk kesana. Chanyeol sudah duduk nyaman disampingnya, kakinya terlipat keatas, Baekhyun melirik penampilan pria itu sekilas. Chanyeol mengenakan celana jeans hitam dengan atasan kemeja putih yang ujung bajunya ia biarkan diluar. Terkesan urakan namun tetap tidak mengurangi kadar ketampanannya. "Lalu, kemana kau akan membawaku?" tanya Baekhyun ringan.
"Dream Downtown."
.
.
.
[Baekhyun's POV]
Sepertinya Sooman benar, pria ini bukan pria sembarangan. Lihat saja kemana ia membawaku, Hotel Dream Downtown. Salah satu Hotel termewah di Korea Selatan. Letaknya tidak jauh dari area hiburan malam Seoul. Oke, malam yang cukup indah, malam penutup pekerjaan sial ini dengan pria kaya yang tampan, Oh! Sepertinya aku tertular sikap serakah Sooman.
"Terima kasih, Sungwoon." aku tersadar mendengar suara lembut pria ini. Park Chanyeol, ternyata memiliki suara lembut dan mendayu. Ku lirik pria yang tampak sibuk dengan ponselnya, sesaat dahinya sedikit berkerut kemudian gigi atasnya menggigit bibir bawahnya pelan. Ya Tuhan, dia tampak seksi.
"Ayo." aku melirik telapak tangannya yang terjulur kearahku, mengajakku untuk keluar dari mobil Maybach Landaulet mewahnya. Aku mengulurkan tanganku padanya dan dia menggenggamnya. Hangat, telapak tangannya hangat.
"Aku akan menghubungimu besok pagi." ucapnya singkat pada pria yang bernama Sungwoon. Sungwoon mengangguk patuh padanya, kemudian melirikku dan memberikan anggukan kecil. Segera kubalas dengan senyuman kecilku.
Tanganku kembali ditarik oleh Chanyeol, satu hal yang aku rasakan dari genggamannya. Protektif, genggaman ini terlalu protektif dan posesif, seakan tidak membiarkan aku lari. Cih, aku rasa dia tidak perlu cemas, aku dibayar untuk ini dan pastinya akan aku selesaikan dengan baik.
Kami memasuki sebuah lift, kulihat ia menakan tombol 10 disana. Dahiku mengerut, tidakkah sebelumnya ia melakukan registrasi pada resepsionis dulu?
"Hotel ini milikku." gumamnya pelan tanpa menatapku. Wah, sepertinya dia memiliki kelebihan membaca pikiran orang lain. Aku hanya mengangguk mengerti dan memalingkan wajah.
Pintu lift terbuka, dia kembali menarik tanganku keluar. Kakinya melangkah ringan memasuki loronglorong hotel ini. Kami berhenti disebuah pintu berwarna coklat tua, ia membuka pintu itu dan mempersilahkanku masuk. Kamar ini tidak seluas yang kuduga, bahkan seakan diatur memang hanya ditempati oleh dua orang.
Mataku menyorot ranjang besar di dudut ruangan, besar namun tidak tinggi. Mungkin aku akan pas tidur disana, lalu bagaimana dengannya? Tubuhnya tinggi dan aku yakin ia tidak akan tidur dengan nyaman disana.
"Kau ingin menggunakan kamar mandi lebih dulu?" tanya pria ini, seperti biasa, suarnya terdengar tenang dan lembut. Seperti lantunan lagu sendu pengantar tidur.
"Oh, tidak."jawabku.
"Oke, kalau begitu aku yang pakai. Kau bisa langsung bersiap-siap."
Aku mengangguk sekali sebelum ia masuk kedalam kamar mandi. Kulangkahkan kedua kakiku mengitari ruangan ini, kusentuh sprei ranjang empuk ini. Lembut, lebih lembut tiga kali lipat dari sprei ranjangku. Kakiku kembali melangkah mendekati jendela kamar, disini terpampang jelas pemandangan indah yang tersaji dari kota ini. Lampu malam yang berkelap-kerlip menerangi kota sibuk ini.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Suara lembut itu kembali terdengar olehku, kepalaku menoleh begitu saja kebelakang. Dia sudah berdiri bertelanjang dada disamping ranjang. Dan tubuhnya, oh Tuhan, benar-benar memukau. Aku sudah terlalu banyak menyentuh tubuh pria selama ini dan demi Tuhan, ini yang terhebat.
"Kau ingin aku yang kesana atau kau yang kemari." ucapnya lagi, eksprisinya begitu dingin dan tak pernah menghangat.
Aku tersenyum kecil, mengedutkan sudut bibirku. "Tetap disana, Mr. Park." aku melangkah perlahan ketempatnya. Menatapnya sededuktif mungkin. Aneh, pria ini sama sekali tidak tersenyum kearahku. Dan ini untuk pertama kalinya dalam masa kerjaku menemukan pria seperti ini.
Tangannya bergerak cepat menarik pinggangku ketubuhnya, dadaku dan dadanya bersentuhan, menciptakan sensasi panas bagi tubuhku. Oh, tidak! Jangan katakan jika disini aku yang bergairah. Romaku bergedik naik saat tangannya membelai leher jenjangku, mengibaskan rambut yang masih menutupinya. "Lehermu indah." kudengar dia menggumam.
Aku kembali tersenyum kecil, pujian yang selalu diberikan oleh setiap pelangganku. Tanganku merambat naik, menyusuri rambut coklatnya, meremasnya pelan ketika bibirnya menyentuh permukaan kulitku. Oh, bibirnya teramat lembut.
Tangannya tak diam, merambat kebelakang punggungku, meraba kulit mulusku dengan ibu jarinya. Desahan kecil keluar dari bibirku yang masih berada dalam bibirnya. Aku merasakan ibu jarinya semakin turun, mencari resleting gaun untuk segera melepaskannya dari tubuhku.
Amat perlahan bibir dan ibu jarinya bergerak hingga aku cukup tak fokus dengan keduanya. kurasakan gaun itu telah merosot di kakiku dan bibirnya terlepas dari bibirku, erangan terengah terdengar dari bibir kami. Mataku masih terpejam, menikmati gelombang gairah yang menyuluti tubuhku.
Dan hal pertama yang aku temukan saat membuka mata adalah mata coklatnya yang tajam. Ia menatapku penuh kilatan gairah dan demi Tuhan, aku benar-benar terhanyut didalamnya. Mulutnya tak terkatup sempurna ketika mata coklatnya menjelajahi tubuhku, menelanjanginya dengan tatapan deduktif.
Aku seperti terbakar di perlakukan seperti ini, pria ini tak menyentuhku, hanya menelisik tubuh indahku dengan kedua matanya, namun aku benar-benar sudah tak sabar untuk menariknya ketubuhku. "Bisa kita mulai?" bisiknya pelan. Kepalaku mengangguk begitu saja seiring tangannya mendorong tubuhku hingga terhempas diatas ranjang.
la menindihku, melumat bibirku dengan rakus, menjelajahi isinya. Lidahnya begitu lihai bermain disana hingga aku tak menyadari tangannya yang sedang mencoba melepas pengait Braku.
Kulengkungkan tubuhku kedepan agar ia mudah menelusupkan tangannya kepunggungku, tanganku tak henti mengitari punggung kokohnya. Dia hangat dan aku suka itu. Braku terlepas dan ia melemparkannya kebawah, bibirnya beranjak turun kebawah, menyapa dadaku yang baru saja hadir dihadapannya.
Sekali lagi, bibirnya benar-benar menghanyutkan tubuhku hingga aku tidak dapat melakukan apapun. Aku terlalu terlena dalam sentuhan intimnya. Sentuhannya tidak lembut namun tidak juga kasar, aku belum pernah menemukan pria yang menyentuhku seperti ini, benar-benar pintar mengobarkan gairahku.
"Jangan hanya diam." bisiknya tegas ditelingaku, daun telingaku menjadi sasaran gigitan kecil giginya.
Aku yang mengerti jika ia menungguku, segera memepekerjakan kedua tanganku. Merambat kebawah tubuhnya, melepaskan ikat pinggang
Guccinya dan segera menurunkan resleting celana jeansnya. Sentuhan pertama yang aku lakukan menimbulkan desisan tak tertahankan darinya, aku tersenyum kecil melihat erangannya. Kulakukan hal itu sekali lagi hingga ia tersadar jika aku tengah mempermainkannya.
"Kau ingin bermain?" desisinya tanpa ekspresi, Ya Tuhan! Kapan dia akan mengeluarkan senyumannya? Aku kembali tersenyum geli melihatnya, kakiku menurunkan celana jeansnya hingga celana itu terlepas dari dirinya. Dia sudah sangat... besar.
"Tergantung, permainan apa yang ingin kau lakukan," balasku, jari telunjukku mengitari dada bidangnya, menyelusuri garis tengah dada itu hingga kepusat tubuhnya. "Kau sangat siap ternyata." cemoohku.
"Ya, begitu juga dengan kau." balasnya, aku merasakan tangan hangatnya membelai dadaku lembut, meremasnya perlahan dan membuat aku mendesah tak sadar. Dimulai dari sini, segalanya terasa indah, panas dan menyenangkan. Aku terlalu terbawa oleh suasana panas yang ia ciptakan. Park Chanyeol, pria terakhir yang menjadi pelangganku.
[Baekhyun's POV End]
.
.
=TBC=
.
.
Author's Note :
Annyeong.. Balik lagi dengan ff remake ChanBaek version :) Ff ini aku buat sebagai pengganti Mannequin's Love Story yang akan segera tamat
Chapter pertama nih, Gimana kesan kalian? Next or No ? Jangan lupa ngasih masukan Review ya !
