ENJOY!
.
.
Kisah ini di mulai enam tahun yang lalu. Catatan, ini bukan kisah putri disney walau kalimat pertamanya menggambarkannya begitu, ok? Kembali pada tempat yang seharusnya. Jika kau kembali ke enam tahun yang lalu, maka kau belum bisa menemukan kebersamaan Seokjin dan Namjoon. Memang kau kira mereka tidak pernah tidak saling mengenal? Sebelum kau mengenal seseorang kau pasti tidak mengenalnya pada kali pertama, begitu pula dengan Seokjin dan Namjoon.
Ini bermula di sebuah toko roti kecil di Paju. Jika kau ingin tahu Paju itu di mana, Paju itu berada di luar Seoul. Jangan bayangkan toko roti sebesar tous les jours, karena toko roti itu.. toko roti milik Seokjin dan besarnya hanya setengah dari toko roti dengan nama besar itu. Dan jangan bayangkan hidup Seokjin sebagai anak dari sebuah pengusaha yang hidupnya bergelimangan harta, karena di sini, ayah Seokjin bekerja sebagai.. mantan pemilik toko roti milik Seokjin.
Ya, pendapatan mereka hanya berasal dari usaha roti itu. Tapi sepertinya sebentar lagi tidak, karena adik Seokjin sedang bekerja keras untuk lulus tahun ini agar bisa membantu kakaknya dengan bekerja sebagai pegawai bank. Tapi hidup tanpa gelimangan harta bukan pertanda dari ketidak-bahagiaan jika kau mulai berpikir bahwa hidup Seokjin di selimuti oleh kesedihan dan kesengsaraan. Memang keluarganya hidup sederhana, tapi mereka hidup bahagia dan sejahtera. Mereka menanam sayur dan berternak ayam, jadi mereka tidak perlu mengeluarkan uang hanya untuk mengisi perut mereka.
Kembali pada toko roti Seokjin.
Memang toko roti milik Seokjin kecil, tapi hey.. jangan hanya menilai dari luar. Toko roti milik Seokjin itu terkenal meski memang tidak se-terkenal tous les jours. Kualitas itu yang paling di cari di daerah toko roti milik Seokjin berada dan karena Seokjin adalah pemanggang yang handal, tidak heran toko rotinya selalu terisi dengan pelanggan setiap harinya. Um koreksi, tidak setiap hari, karena Seokjin menutup tokonya setiap libur nasional.
Tambahan, .Seokjin tidak bekerja sendiri, dia dibantu oleh teman berwajah dingin namun lembek di dalamnya.
"Min Yoongi!" Itu namanya.
"Ya?"
"Jimin kembali lagi dan memberikanmu ini.. lagi." Seokjin menyerahkan amplop merah dengan pita hijau yang dia dapat tadi pagi pada Yoongi yang mengulurkan tangannya. Dan seperti yang sudah Seokjin duga, Yoongi berdecak. Sudah dua bulan ini Yoongi mendapat seorang penggemar, aih, Seokjin gemas dengan wajah chubby penggemar Yoongi itu. Sepertinya bocah laki-laki dengan nama Jimin itu berhasil melihat ke dalam bendungan es yang Yoongi bangun pada luar dirinya. Sebenarnya Jimin itu baik, Seokjin mengenalnya sebagai teman lama Taehyung-adik Seokjin-. Hanya saja Yoongi memang kepala batu, gadis itu sudah memutuskan untuk tidak pernah berurusan dengan pria, laki-laki, atau semacamnya, dan itu tidak akan pernah berubah.. katanya.
Seokjin yakin itu bisa diubah, hanya masalah waktu saja.
"Ini bahkan belum natal, dasar bocah bodoh. Apa dia tidak bisa fokus kuliah saja?"
"Dia sudah lulus, asal kau tahu."
"Aku tidak peduli."
"Dan dia sedang mencari pekerjaan agar bisa mengumpulkan uang dan melamarmu."
Seharusnya Seokjin menahan ucapannya sampai Yoongi selesai dengan minumannya agar counter tidak dibasahi dengan air hangat dari mulut gadis itu. "Aish, bersihkan itu!" Tentu saja Seokjin kesal, Seokjin itu pecinta kebersihan dan tidak tahan melihat walau hanya beberapa debu berkeliaran di sekitarnya. Jangan salahkan Seokjin, itu sudah mendarah daging dari orang tuanya.
"Kau yang membuatku mengeluarkannya kembali! Ish, kudoakan kau berjodoh dengan orang dengan sifat berlawanan denganmu!"
Jika doa Yoongi terkabulkan sedangkan doanya untuk mendapat tambahan dana agar bisa membuat orang tuanya tinggal di rumah yang lebih besar tidak, akan Seokjin gantung Yoongi di atas pohon cemara yang secara ajaib bisa tumbuh di taman dekat toko roti miliknya.
"Aku harap tidak, aku bisa mati jika hidup dengan orang seperti itu. Bayangkan, membersihkan kekacauan yang bukan kau ciptakan, cih.. aku bukan pelayan." Gerutu Seokjin. Jika Seokjin sudah menggerutu biasanya Yoongi akan terkekeh diam-diam, karena Seokjin terlihat menggemaskan tapi sayangnya Yoongi langsung mendapat sebuah pukulan di kepalanya jika Seokjin menangkapnya menggambarkan bahwa dirinya menggemaskan. Awalnya Seokjin tidak seperti itu, mungkin itu efek dari sembilan tahun pertemanan mereka?
"Apa kau jadi pergi ke Seoul?"
Seokjin berhenti mengelap kaca dan menatap Yoongi sedih, "Ya, sayangnya harus. Taehyung terus merengek padaku agar datang pada kelulusannya nanti." Bibirnya bergerak untuk mengerucutkan diri. Terkutuklah Kim Taehyung karena membuatnya meninggalkan toko, orang tuanya, dan Yoongi. Ah.. tidak, Seokjin tidak akan tega melihat adiknya sendiri terkena kutukan. Aih, adiknya yang merepotkan..
"Kalau kau kembali nanti jangan lupa membawa calon su-"
"Enyah kau!"
Puk.
"Ya! Kain itu belum di cuci sebulan! Ah.. wajahku.."
"Berhenti mengeluh dan cepat buka tokonya, sebentar lagi semuanya datang."
.
.
.
Ini dia yang mungkin kalian cari di sini, Kim Namjoon yang masih berumur 22 tahun, yang masih bimbang dalam tawaran ayahnya dalam urusan pekerjaan. Apa yang harus dia putuskan.. menjadi direktur di bawah pimpinan ayahnya? Atau mencoba pekerjaan lain.. seperti direktur dari perusahaan milik ayahnya Hoseok mungkin? Hoseok pasti juga tidak akan keberatan jika dia merebut sedikit perhatian dari ayahnya bukan?
Secara, Namjoon itu bisa merebut semua perhatian dengan wajah dan otaknya, eheh..
"Kenapa termenung seperti itu? Apa ada masalah?" Namjoon itu sudah jatuh pada kelembutan ibunya ketika bicara bahkan sejak dia masih mengemut teether, ekhm.. sebenarnya dia tidak begitu yakin, bahkan dia tidak pernah ingat masa-masa itu. Mungkin.. sejak dia mulai berhenti mengompol pada umur lima tahun? Yah, gunakan saja itu sebagai gambaran.
"Hanya memikirkan tawaran ayah."
"Tawaran ayah membuatmu bingung? Bahkan kau tidak ragu-ragu ketika teman anehmu itu menawarkan blue movie." ok, Namjoon tahu itu sindiran dan dia merasa tersindir. Itu memang salahnya ok, tapi apa perlu diungkit kembali? Masa lalu adalah masa lalu, sebuah batu loncatan yang hanya dia gunakan ketika ingin melompat. Itu kesalahan 'kecil' yang membuatnya belajar, bahwa jika kau menonton blue movie, maka jangan berharap hidupmu akan damai. Jangan berpikir bahwa Namjoon sama sekali tidak menyesali perbuatannya, dia menyesal.. yah 45% menyesal dan sisanya tidak. Film itu juga mendidik baginya, dia jadi tahu cara.. kau tahu? Lupakan saja, ratingnya tidak akan pas jika dilanjutkan.
"Kau sudah besar, yakinkan saja dirimu dan buat keputusan."
Namjoon menghela nafasnya dan terkekeh, "Kurasa nasihat itu lebih cocok untuk ibu ketika membeli tas."
"Itu cocok juga untukmu."
Namjoon bangun dari duduknya, "Ibu tahu? Sepertinya aku akan mandi dan menyegarkan diri saja, itu lebih baik daripada berdebat tentang sebuah nasihat." Namjoon tersenyum dan melangkahkan kakinya setelah memberikan ibunya sebuah ciuman manis di pipi wanita berumur setengah abad lebih itu.
Sekarang pertanyaannya.. apa mandi membantunya?
Yah.. sedikit.
Mungkin jika dibuat menjadi persentase, itu sekitar.. 15% membantu dan sisanya tidak. Tapi membantu ataupun tidak itu bukanlah masalah, karena Namjoon belum mandi selama setengah hari ini. Apa pilihanmu? Bathtub atau shower? Kalau Namjoon lebih memilih bathtub, kenapa? Itu mengurangi resiko tangannya menghancurkan, merusak, mengacaukan, atau gunakan kata lain yang bermakna sama dengan itu. Jika menggunakan bathtub, yang perlu Namjoon lakukan hanya memutar keran dan relaks setelahnya. Memang resikonya masih ada, dia bisa saja merusak keran bathtub-nya, tapi jika dibandingkan dengan shower masih lebih mudah bathtub. Jika Namjoon menggunakan shower, maka resiko dari.. kebocoran pipa, putusnya selang, patahnya keran dari shower itu akan menguras lebih banyak uang dibandingkan kerusakan bathtub.
Yang memiliki sifat menghancurkan itu tangannya, bukan bokongnya, jadi tidak ada masalah dengan bathtub, ok?
"Haah, airnya hangat, tapi hatiku dingin."
Oh.. jangan beripikir bahwa Namjoon menggelikan, dia itu hanya kesepian. Meski dia mempunyai segalanya, tapi hatinya tidak memiliki segalanya. Hatinya butuh seseorang untuk mengisi kekosongan di dalam sana. Cukup, itu menggelikan setelah dilihat lagi. Intinya, Namjoon akan segera mencari pendamping hidup setelah urusan pekerjaan selesai.
Tapi.. siapa?
.
.
.
"Seokjin! Roti pisangnya habis, bisa tolong panggang lagi?!"
.
.
Hai! Perlukah ini kulanjut atau.. ngga perlu? Saran untuk cerita ke depannya akan sangat membantu, jadi kalau ada yang punya ide silakan ditulis di kolom review, atau kalo ada yang kurang dari cerita ini silakan beri tahu :) Makasih yang udah meluangkan waktu buat baca cerita ini :) Namjin is life hehe.. Have a nice day! :) Peace.
