Melihatnya dari kejauhan.

Mengaguminya.

Tersenyum seperti orang gila sepanjang malam.

Menangisi seseorang yang bahkan tidak dikenal.

Sesuatu seperti inikah yang bisa disebut cinta?

Semua orang mengenalnya, anii, sebagia besar orang di muka bumi ini mengenalnya, tapi kupikir, akulah yang laling mengenalnya.

Dia orang yang moody sekali. Beberapa hari yang lalu, dia marah sekali karena slippers nya terinjak tanpa sengaja. Namun di lain hari, dia ternsenyum sampai telinga.

Seingatku, dia memberikan studio yang cukup besar untuk berlatih.

Huftt terkadang aku tidak mengerti apa isi kepalanya. Dia sering tersenyum seperti idiot pabboo.

Di lain hari dia akan menangis diam-diam di kelas yang gelap dan sepi.

Dia, Park (pabbo) Chanyeol.

"Ada apa dengan mukamu? Makin jelek". Kulihat dia masuk kelas dengan hoodie menutupi surai coklat terangnya dan jangan lupakan muka kusutnya.

"jangan mengajakku bicara, aku tidak akan menjawabmu". Ketus sekali

"heol... Bukankah baru saja km menjawab pertanyaanku?".

"he he he... Iya juga". Itu dia. Seringaian bodohnya lagi.

"bosan sekali". Aku duduk di meja memandangi ujung sepatuku yang kugoyang2 asal.

"hajima. Jangan mengganggu anak-anak yang lain. Ganggu aku saja". Dia sedang mengeluarkan gitarnya.

"anii... Aku juga tidak berminat mengganggu yang lain. Paling asik mengganggumu. Happ!!!". Aku melompat ringan meja. Dan berjalan cepat ke arahnya.

"kamu datang lebih awal. Lagi. Hari ini." aku memandangi jari-jarinya yang mulai memetiki senar gitarnya. Entah. Kupikir itu C minor? Atau D?

"aku terbangun karena jongdae berteriak nyaring di dekat kamarku".

"mungkin maksudmu, berlatih vokal".

"suaranya terlalu berisik untuk ukuran seorang penyanyi. Bisa gila aku. Yyya!! Turun dari situ!". Alisnya menjadi satu diantara kerutan di dahinya. Dia selalu melarangku naik ke atas lemari.

"aku suka di sini". Lagi-lagi kupandangi ujung sepatuku yang kuayun pelan.

"turun atau tidak kuberi makan hari ini". Oohh aku selalu benci ancaman inj.

"aa waeee!!??". Tapi detik selanjutnya aku turun dr sana juga.

"berhenti beterbangan seperti lalat. Atau aku akan makan ttopokki di depanmu. Tanpa kuberi secuil". Chanyeol memandangiku sambil menyeringai penuh kemenangan.

"hishh!!! Arasso! Apa salahnya sih? Berjalan hanya terlalu lambat! Dan aku sering ditabraki teman-temanmu".

"mereka juga temanmu".

"mungkin maksudmu, mereka dulu temanku". Lalu chanyeol menatapku yang mulai memudar.

"aaaah sial! Aku selalu salah bicara. Haishh!! ". Kudengar langkah kaki chanyeol berjalan tergesa menuju rooftop.

Chanyeol pov.

yya!! Aku salah. Ok? Jadi sekarang berhenti bersembunyi karena aku sedang malas mencarimu". Aku berteriak sambil mengedarkan mataku di sekeliling. Mencoba mencari hawa paling dingin di sekitarku. Karena disitulah dia berada.

"yya!! Aku sedang membuat laguku. Jadi jangan seperti ini. Araaaa aku yang salah. Silahkan beterbangan sesukamu. Byun baekhyun!".

Aku mencoba mencari-cari wujudnya diantara tumpukan kardus bekas di atap sekolah ini. Nothing. Di sela jendela besar. Opsoo. Huft... Dan di sanalah dia. Berdiri mematung di tepi pagar. Tempatnya dulu... Mengakhiri hidup nya.

" baekhyunaa~~". Suaraku lirih. Tapi kupastikan dia mendengarnya.