Fanfiction

Cast : Jongin, Sehun

Genre : Romance, Drama

Warning : Sexual Content

Summary : Si introvert Jongin yang menghabiskan nyaris dua belas jam sehari didepan komputer jatuh cinta pada seorang blogger manis nan seksi bernama bubblyoh. Jongin ingin sekali bertemu dengan bubblyoh walau tanpa ia sadari ia sudah mengenal bubblyoh sejak dulu. KaiHun. Yaoi. Rated M.

Part One

"Mmmhhmm…"

"Ka-kalian lihathh..ahh…lu-lubangkuhh..nghh…shhh…ohhh…"

"Shit, yes baby. Lubangmu sangat serakah.."

"Ohh..angghhh…ahhh…y-yeshh…ohh..deeperhh…deeperhh…pleasehhh…"

"Fuck you! Shithh! Ahh!"

"Mmmhh…c-closehh…closehh..uhh..nyahhh…ahhhh…hngghh…"

"Babyhh..mmhmm..ahh!"

"AAHHH! NYAHH! OOHHH!"

Suara-suara penuh gairah yang hampir setengah jam memenuhi kamar kecil milik seorang mahasiswa bernama Kim Jongin berubah menjadi sunyi. Hanya suara nafas kasar yang tidak teratur terdengar dari pemuda yang terduduk lemas didepan komputer dan juga speaker diatas meja belajarnya yang mengeluarkan nafas tersenggal-senggal yang merdu.

Mata Jongin memandang layar komputernya yang menampilkan seorang pemuda berkulit putih bersih dari dada hingga paha. Dada yang rata dengan sepasang puting merah muda yang bengkak lalu perut datar yang dihiasi cairan putih hingga paha dalam pemuda tersebut. Diantara paha yang jenjang nan langsing itu sebuah kejantanan yang berukuran menggemaskan yang berwarna merah dan basah.

"God..astaga.." Jongin bergumam pelan melihat kekacauan yang sudah ia buat tangannya. Pemuda itu mendesah panjang, lagi-lagi ia beronani dengan bantuan si cantik itu. Ini sudah tiga kali minggu ini dan Jongin mulai merasa takut jika ia akan menjadi seorang maniak onani.

"Jongiiiiin!" Sebuah suara memekakkan telinga yang familiar terdengar. Jongin dengan cepat meraih gulungan tisu didepannya lalu membersihkan kekacauan yang ia buat serta tidak lupa menutup laman blog bintang panas kesukaannya.

"Jongin! Nanti malam jam delapan!" Pintu kamar Jongin terbuka dengan suara kasar. Jika daun pintu itu bisa mengeluh pasti ia sudah menjerit setiap kali pemilik suara nyaring nan melengking itu mendekatinya.

"Baek! Ku mohon, ketuklah pintu dulu! Dan jangan merusak pintu kamarku!"

"Nanti malam jam delapan di—"

"Ya, ya, ya! Sekarang keluar dari kamarku!" Jongin memandang sebal ke arah pemuda mungil yang kelewat cantik untuk menjadi seorang laki-laki. Pemuda itu adalah tetangganya sejak kecil dan kebetulan mereka berkuliah di universitas yang sama meskipun beda jurusan. Sudah saling mengenal selama dua puluh tahun membuat keduanya seolah kakak beradik yang selalu bertengkar setiap lima menit.

"Aku hanya mengingatkanmu Kim, tidak usah galak-galak begitu." Baekhyun berkata kalem dan tersenyum melihat sahabat baiknya yang kesal. Menggoda Jongin adalah hal menyenangkan.

"Kau baru saja mengingatkan setelah makan siang tadi. Lalu dua jam yang lalu dan sekarang kau kemari hanya untuk mengingatkanku pada pesta tahun baru yang selalu kau bicarakan hanya karena ada DJ Loey yang tampan?!" Jongin memandang sinis ke arah Baekhyun. Sungguh, tidak mungkin Jongin melupakan pesta tahun baru yang sudah dua bulan terakhir terus Baekhyun bicarakan.

Semua hanya karena DJ Loey yang akan jadi guest star disana.

Sudah enam bulan Baekhyun terobsesi pada DJ Loey yang tampan, berbakat, tinggi, senyum ramah yang bla bla bla. Jongin rasanya ingin mati saja kalau Baekhyun sudah mulai membicarakan tentang DJ Loey yang super tampan—ewh—itu.

"Aku hanya ingin mengingatkanmu Kim, siapa tahu kau sibuk beronani dengan si bubblyoh—"

"Aku tidak beronani Bae—"

"Hm? Begitu?" Baekhyun menyeringai lebar. "Lalu, apa ini? Dan itu? Dan aroma menjijikkan ini?" Baekhyun menunjuka gumpalan tisu yang berada dilantai dan diatas meja.

Jongin tahu ia tidak pandai berbohong terlebih pada Baekhyun. Orang yang sudah lama mengenalnya. Pemuda itu tahu betul bagaimana Jongin. Bahkan kadang Baekhyun memahaminya lebih dari ia memahami dirinya sendiri.

"Berhentilah terobsesi dengannya Kim." Jongin memutar matanya mendengar ucapan Baekhyun barusan. Bukankah Baekhyun juga terobsesi dengan DJ Loey?

"Kita sudah semester lima Kim, tidak kah seharusnya kau mulai memikirkan mencari pacar atau setidaknya teman kencan."

"Aku sudah punya te—"

"Teman kencan sungguhan Kim, bukan sekedar teman chatting yang bahkan kau tidak bisa membuktikan semua kebenaran yang ia katakan. Plus, temanmu itu seorang porn blogger."

"Dia bukan—"

"Ya, dia seorang porn blogger. Kau tidak akan bisa membantah hal itu. Dia bahkan tidak mau memberi tahu namanya." Baekhyun berkata kalem lalu menutup pintu kamar sahabatnya perlahan. Jongin menghela nafas panjang setelah ia kembali sendiri.

Apa salahnya berteman dengan seorang blogger yang suka mengunggah video pendek panas atau foto-foto menggoda? Toh selain memiliki tubuh molek yang menggoda juga suara desahan yang merdu, bubblyoh adalah orang yang menyenangkan untuk diajak mengobrol.

bubblyoh…

Jongin menghela nafas panjang.

Sudah tiga bulan sejak ia menemukan bubblyoh disebuah situs blog yang terkenal. Malam itu sudah larut dan Jongin masih terjaga didunia maya melihat foto-foto anjing hingga video seram tentang sekolah yang dihantui. Tiba-tiba Jongin melihat sebuah foto ramen yang menggiurkan.

Merasa sedikit lapar, Jongin membuka gambar tersebut yang ternyata baru saja diunggah oleh bubblyoh dengan caption 'late night snack. sorry my tummy.'. Jari Jongin asal saja membuka profil si bubblyoh ini. Rupanya blog ini memiliki followers yang banyak. Dua ratus ribu.

Jongin terkejut melihat post yang ada di blog bubblyoh.

Porn blog.

Jongin cukup sering melihat porn blog diinternet tapi bubblyoh berbeda. Pemilik blog ini tampaknya pemuda yang sangat cantik dan bertubuh langsing bak wanita. Mata Jongin sibuk mengamati setiap post yang ada diblog tersebut.

Ada foto seorang pemuda yang memakai kemeja biru muda kebesaran. Ada foto dada rata dengan puting merah muda yang menegang. Ada foto kaki jenjang yang mengenakan kaus kaki selutut. Delapan puluh persen post disana adalah foto seorang pemuda yang tidak tampak wajahnya namun menunjukkan seluruh tubuhnya.

Pemuda itu memiliki penis mungil yang sangat bersih dan berwarna kemerahan. Pantat bulat yang seksi dan tampaknya sangat nikmat untuk dimainkan. Lalu perut rata serta dada montok seperti dada wanita. Sayangnya Jongin tidak menemukan satupun wajah pemuda tersebut.

Blog tersebut baru berumur tiga bulan saat Jongin menemukannya jadi masih belum banyak post disana. Sekitar dua puluh foto syur si bubblyoh, lalu ada sebuah foto seekor anjing berwarna putih, foto-foto makanan dan sebuah post perkenalan diri.

'Halo! Aku bubblyoh! Mari berteman!'

Itu saja perkenalan diri yang ditulis bubblyoh.

Malam itu Jongin terjaga karena membaca seluruh komentar-komentar yang ditinggalkan pada semua post di blog bubblyoh. Berharap ia mampu mengetahui sedikit lebih banyak tentang bubblyoh. Namun nihil.

Yang ia tahu bubblyoh jarang sekali membalas komentar orang-orang dikolom komentarnya. Yah, siapa juga yang mau membalas komen 'i want to bang you real hard'? Bubblyoh memiliki seekor anjing dan dia suka sekali makan minum yang manis-manis.

Jongin tentu saja menambahkan bubblyoh di following-nya. Dan tidak lupa ia meninggalkan sebuah komentar disebuah foto bergambar tangan lentik memegang gelas bubble tea.

'Tanganmu cantik sekali.'

Dan ternyata komentar itu membuat bubblyoh mengirimkan pesan padanya. Keduanya terus bertukar pesan hingga saat ini. Hingga Jongin mulai terbiasa mengecek blognya satu jam sekali berharap bubblyoh meninggalkan pesan dikotak masuknya. Hingga ia terus memikirkan bubblyoh dan tak seorang pun yang pernah Baekhyun kenalkan untuknya pernah singgah dipikirannya walaupun hanya sejenak.

"Hey Jongin!"

"H-hey Sehun.."

"Kau keluar dari perpustakaan!" Sehun tertawa menggoda Jongin yang berdiri didepannya membawa sebotol cola. Oh Sehun, pemuda berparas cantik yang merupakan teman sekolah Jongin. Sehun dan Jongin sebenarnya sudah mengenal sejak kecil. Rumah mereka berdekatan membuat keduanya menjadi teman sekolah bahkan sejak taman kanak-kanak.

Meskipun begitu, Sehun dan Jongin tidak pernah benar-benar dekat. Sehun yang selalu menjadi siswa populer disekolah sementara Jongin adalah si culun yang lebih suka membaca buku. Sewaktu sekolah Sehun ikut pemandu sorak sementara Jongin ikut klub kimia. Dan hal itu tidak berubah hingga mereka kuliah.

Sehun tetaplah si cantik yang populer.

Dan Jongin tetap si pendiam yang pintar.

Mereka tidak bermusuhan, hanya dunia mereka yang berbeda membuat Sehun terlihat lebih superior. Pribadi Sehun yang cerewet menjadikan Jongin canggung jika harus berlama-lama dengan Sehun karena ia tidak tahu harus bagaimana mengimbangi obrolan pemuda cantik tersebut.

"Er, Sehun, ibuku menanyakan apakah ada sesuatu yang kau inginkan dari rumah karena ibuku akan kemari minggu depan." Jongin berkata gugup sambil memandang hidung Sehun. Well, Jongin tidak berani memandang mata Sehun jadi hidung adalah yang terdekat dari mata Sehun.

"Uh, aku minta bawakan sweater kuningku yang tertinggal dan juga botol minum merah mudaku. Lalu kaus kaki tambahan lalu…" Sehun menggigit bibirnya sambil berpikir dan Jongin secara otomatis menundukkan pandangannya. Bibir Sehun adalah hal kedua dari diri Sehun yang Jongin hindari.

Mengapa?

Karena bibir Sehun adalah mimpi basah pertama Jongin.

Jongin ingat betul dulu ketika ia dan Sehun masih junior high school. Sehun sedang makan es krim disebelahnya, menunggu bis bersama ketika pulang sekolah. Entah bagaimana perhatian Jongin tiba-tiba terpaku pada bibir merah muda Sehun yang sedang kotor oleh es krim vanila.

Keesokan harinya Jongin mendapati dirinya terbangun dengan seprai basah. Hingga saat ini Jongin masih sering malu dengan kenyataan jika ia memimpikan Sehun—bibir Sehun lebih tepatnya—sebagai objek mimpi basahnya.

"…lalu…lalu…ah iya, celana olahragaku." Sehun berkata dengan senyum cerah.

"Uh, baiklah akan ku katakan pada ibu." Jongin berkata gugup. Ia bisa merasakan beberapa pasang mata memperhatikannya karena mengobrol dengan Sehun. "Kalau begitu aku akan, uh, ke-ke…"

"Kenapa terburu-buru? Temani aku dulu sampai Tao datang. Dia selalu terlambat karena terlalu banyak memikirkan pakaian apa yang dipakai." Sehun menahan Jongin yang sudah akan pergi.

"Eh…" Jongin bingung bagaimana harus menolak.

"Ayolah." Sehun memasang wajah merajuknya dan Jongin tanpa sadar menganggukkan kepala. "Yes! Ayo berdansa!"

Jongin tidak pernah berdansa, yah, setidaknya tidak didepan umum. Jongin hanya mengikuti langkah Sehun menuju lantai dansa dan mencoba mengikut irama lagu yang diputar begitu keras.

Sehun tertawa melihat Jongin yang sedikit canggung saat awal-awal mereka menari. Pemuda cantik itu memotong jarak diantara dirinya dan Jongin, memeluk leher Jongin.

Dada Jongin bergemuruh merasakan hangat tubuh Sehun.

Belum pernah ia seintim ini dengan seseorang kecuali keluarganya. Apalagi bibir Sehun yang tiba-tiba begitu dekat dengan wajahnya. Perut Jongin rasanya seperti diisi oleh naga yang menghembuskan nafas api. Begitu panas membakar seluruh organ dalamnya.

Jongin berusaha keras untuk menghiraukan bibir Sehun dengan menari.

"Ku tebak kau masih sering menari dikamarmu." Sehun berbisik ditelinga Jongin dan membuat sekujur tubuh Jongin merinding. Jongin yang selama ini dikenal orang adalah Jongin yang rajin dan pendiam. Tapi mereka tidak tahu Jongin memiliki rahasia kecil. Rahasia yang tidak diketahui siapapun kecuali Sehun saat ia berusia dua belas tahun.

Bahkan Sehun pun mengetahuinya secara tidak sengaja ketika melihat membawakan titipan ibunya untuk Jongin yang saat itu sedang sakit. Bukan melihat Jongin berbaring diatas tempat tidur malah Sehun menemukan Jongin sedang menari penuh penghayatan dikamar pemuda tersebut.

"Uh, kadang."

"Jangan bohong. Seorang kutu buku tidak akan memiliki otot lengan sekuat ini, dan juga bahu sekokoh ini lalu kaki selincah ini." Sehun terkekeh melihat wajah Jongin yang menegang. Sehun pikir Jongin gugup karena pemuda itu ketahuan berbohong olehnya padahal alasan kegugupan Jongin adalah bibir tipis Sehun yang sedari tadi terus berbisik ditelinganya. Nafas panas Sehun yang mengenai daun telinganya. Ucapan Sehun tentang lengan dan bahunya.

"Hey Sehun! Sekarang kau memacari kutu buku?!" Seorang pria berhidung runcing tiba-tiba memeluk Sehun dari belakang.

"Kau lama sekali!" Sehun melepaskan lengannya dari leher Jongin dan mencubit Tao yang baru saja datang.

"Ah, Kris sedang manja jadi aku harus memberi—"

"Ya! Ada Jongin disini!" Sehun kembali mencubit Tao keras.

"Aw!" Tao mengaduh kemudian tertawa. "Aku lupa ada anak SMP disini."

"Jongin, ayo bergabung. Aku akan kelantai atas!" Sehun tersenyum pada Jongin yang terlihat semakin kikuk dengan kehadiran Tao.

"Uh, tidak. Terima kasih. Aku takut temanku mencariku nanti." Jongin menolak dengan halus lalu dengan cepat meninggalkan Sehun dan Tao.

"Sehun? Woah, aku tidak tahu kau kenal Sehun!" Baru Jongin keluar dari lantai dansa, Baekhyun sudah menyambutnya dengan seringai menyebalkan.

"Dia teman sekolahku dulu." Jongin menjawab singkat.

"Kau berteman dengan Sehun?!"

"Tidak dekat."

"Tapi kau kenal Sehun!" Baekhyun berkata cerah. "Tolong kenalkan aku pada Sehun ya? Dia kenal Loey!"

"Baek, aku tidak mengenal Sehun sedekat itu. Kami hanya pernah sekolah bersama." Ya, sekolah bersama selama sembilan tahun dan tumbuh dilingkungan yang sama.

"Tapi kau sudah berdansa dengannya!"

"Lalu apakah itu berarti aku mengenalnya dengan dekat?" Jongin mulai kesal pada Baekhyun.

"Berarti kalian kenal cukup dekat sampai kalian bisa berdansa bersama." Baekhyun berkata cemberut.

"Sudahlah, kau tidak usah terlalu terobsesi dengan Loey." Jongin meraih sebuah botol bir yang disediakan untuk pengunjung. "Kau akan tampak seperti kurcaci kalau bersebelahan dengannya. Lagi pula aku pikir tipe Loey bukan cowok pendek cerewet sepertimu."

"Ya!" Baekhyun mencubit lengan Jongin keras-keras. Jongin hanya tertawa dan sembunyi-sembunyi melihat lantai atas, mencari sosok Sehun.

Jongin terheran-heran kenapa tadi ia bisa begitu berdebar ketika dekat Sehun. Memang Sehun itu cantik dan menarik tapi ia menganggap Sehun sebagai seorang teman saja. Tidak lebih. Mungkin hanya sedikit ketertarikan pada bibir Sehun namun tidak pernah ia membayangkan ia akan berdebar karena kehadiran Sehun.

Pasti semua ini karena aku tidak banyak bergaul. Lalu tadi banyak juga yang memperhatikanku saat aku bersama Sehun, jadi mungkin aku gugup karena hal itu. Jangan konyol Kim, kau tidak mungkin suka dengan si Thehun.

bubblyoh: 'Aku yakin kau sudah menonton The Avengers yang terbaru. Dasar kau pengkhianat.'

Jongin tersenyum melihat pesan dikotak masuk blognya.

jonginkim: 'Aku ditraktir temanku menonton, mana bisa ku tolak.'

bubblyoh: 'Seharusnya kau menonton minggu depan!'

jonginkim: 'Aku akan menonton lagi minggu depan, tenang saja.'

bubblyoh: 'Hei jangan, aku tahu kau sedang tidak punya banyak uang.'

Jongin menaikkan sebelah alisnya, terkejut melihat pesan yang baru masuk. Dari mana bubblyoh tahu dia tidak punya uang?

jonginkim: 'Dari mana kau tahu?'

bubblyoh: 'Kau sudah makan ramen tiga hari berturut-turut.'

jonginkim: 'Aku suka ramen.'

bubblyoh: 'Semua orang suka ramen tapi makan ramen selama tiga hari berturut-turut itu artinya kau sedang miskin.'

Jongin tertawa.

Siang yang panas ini ia habiskan dikamarnya, didepan komputernya, berchatting ria dengan bubblyoh. Tidak seperti biasa, bubblyoh online dijam-jam sibuk seperti ini. Jam mengobrol mereka biasanya diatas pukul sembilan malam.

bubblyoh: 'Aku sedang sakit.'

jonginkim: 'Kalau kau memberi tahu alamatmu akan kubawakan kau makanan dan obat.'

Jongin mencoba sekali lagi. Well, Jongin yang setiap hari selalu mengobrol dengan bubblyoh lama-lama penasaran dengan identitas asli si pria cantik nan lucu ini. Jongin sudah berulang kali menanyakan nama asli bubblyoh namun tidak pernah mendapat jawaban. Dan Jongin belum menyerah.

Jongin menyukai bubblyoh.

Jongin nyaman mengobrol dengan bubblyoh.

Bagi Jongin tidak masalah ia harus menunggu hingga bubblyoh mau membuka jati dirinya karena baru pertama kali ini Jongin merasa begitu cocok dengan seseorang. Biarpun orang itu tidak mendalami kimia seperti dirinya, biarpun orang itu tidak menyukai science fiction seperti dirinya. Jongin suka mengobrol dengan bubblyoh.

Jongin rasa ia jatuh cinta dengan bubblyoh.

Oh, jika Baekhyun mendengar hal ini pasti ia akan mendapat wejangan selama tiga hari tiga malam tentang bahayanya internet.

bubblyoh: 'Hahahaha, kau akan membawakanku makanan? Kau mau membawakan aku ramen? Lagi pula hawa sedang panas, kau di asrama saja nanti makin hitam.'

Jongin mendengus. Bubblyoh mungkin tidak mau menunjukkan identitas aslinya pada Jongin namun Jongin sudah memberikan informasi dirinya pada pemuda tersebut sejak sebulan lalu. Mulai dari nama, umur, foto hingga cerita-cerita kesehariannya dikampus.

bubblyoh selalu saja bisa membelokkan pertanyaannya tentang asal usul pemuda tersebut. Tapi Jongin bukanlah orang yang mudah menyerah. Jika hari ini ia tidak berhasil mendapatkan setidaknya nama asli bubblyoh, masih ada hari-hari esok.

jonginkim: 'Baiklah Princess, nanti kalau aku sudah punya uang akan kubawakan kau steak.'

bubblyoh: 'Princess? Berhenti memanggilku begitu!'

jonginkim: 'Kenapa? Kau memang seperti princess, Snow White lebih tepatnya.'

bubblyoh: 'Aku pria!'

jonginkim: 'Lalu?'

bubblyoh: 'Berarti aku tidak bisa menjadi princess.'

jonginkim: 'Tapi kau sudah menjadi princess dikerajaanku.'

bubblyoh: 'Kerajaanmu? Kerajaan apa yang rajanya hanya makan ramen setiap hari.'

Jongin lagi-lagi tertawa.

jonginkim: 'Raja sedang dikunjungi Ibunda Permaisuri. Sampai nanti Princess!'

Jongin pun mematikan komputernya dan berlari keluar kamar. Tidak lupa mengambil ponselnya yang sedari tadi berkedip-kedip dengan nama 'Ibu' muncul dilayarnya.

Ibunya sudah menunggu dihalte depan universitas!

Jongin benar-benar lupa waktu. Hari ini ibunya datang berkunjung menjenguknya. Niat Jongin hanya ingin berganti pakaian dikamar malah keterusan mengobrol dengan bubblyoh.

Kini hari sudah petang.

Ibu Jongin sudah kembali pulang ke Busan. Meninggalkan Jongin dengan setumpuk tinggi barang bawaan. Ada sebuah koper, dua buah tas dan dua kerdus. Semua itu barang miliknya dan Sehun.

Ah, Sehun.

Jongin malas sekali harus ke kamar Sehun sekarang. Tubuhnya sudah lelah karena sang ibu sedari tadi mengajaknya jalan-jalan di Seoul tanpa mau istirahat sejenak. Tapi karena Jongin sangat yakin jika nanti ibunya akan menelepon Sehun dan memastikan jika kimchi titipannya sudah sampai ditangan pemuda tersebut.

"Ah, apa Ibu membuat kimchi untuk seluruh penghuni asrama? Berat sekali astaga." Jongin memeluk dua kotak besar kontainer yang semuanya berisi kimchi buatan ibunya dan ibu Sehun.

Setelah lima belas menit yang penuh perjuangan, Jongin akhirnya sampai didepan pintu kamar Sehun. Beruntung pintu kamar Sehun tidak dikunci sehingga Jongin tidak usah menunggu Sehun membukakan pintunya.

"Oh, astaga. Lenganku…lenganku…" Jongin menjatuhkan kontainer tersebut diatas meja kopi milik Sehun. "Sehun…hahh…kau punya air?"

Tidak ada jawaban.

Jongin mengedarkan pandangannya dikamar kecil yang mirip sekali dengan kamarnya dilantai tiga. Jongin berdecak melihat Sehun yang rupanya tertidur pulas diatas kasur dengan laptop masih menyala didepannya.

"Astaga orang ini…" Jongin hanya menggelengkan kepala lalu mengambil sebuah botol air mineral dan menegaknya cepat. Lega rasa hausnya sudah hilang, Jongin mendekati Sehun yang sama sekali tidak bergeming dengan kegaduhan yang dibuat Jongin.

Lagi-lagi Jongin berdecak.

"Hawa memang panas tapi jangan tidur seperti ini. Pintu kamar tidak dikunci lagi! Bagaimana jika ada orang lain masuk kesini?" Rasa kesal muncul dihati Jongin melihat Sehun yang tertidur hanya mengenakan kaus kebesaran dan juga boxer super pendek yang bahkan tidak sampai per empat paha jenjang Sehun.

Jongin memindahkan laptop Sehun ke atas meja belajar Sehun kemudian berusaha membenahi posisi Sehun yang berantakan. Sensasi aneh kembali menyerang Jongin. Naga itu kembali kedalam perutnya. Tubuhnya terasa memanas tanpa alasan yang jelas.

Mata Jongin terpaku pada bahu mulus Sehun yang terekspos karena kaus kebesaran Sehun. Sepertinya halus sekali. Ingin Jongin menyentuh bahu tersebut sejenak saja, untuk mengetahui bagaimana lembutnya kulit Sehun. Namun Jongin menahan dirinya dan hanya membenarkan kaus Sehun agar sedikit tertutup.

Cobaan datang lagi ketika membenarkan kaki Sehun.

Kaki mulus, putih nan jenjang itu sangat menggoda untuk dilecehkan. Jongin sampai harus minum tiga gelas air lagi supaya otaknya mendingin. Dengan perjuangan luar biasa Jongin akhirnya berhasil membenahi posisi tidur Sehun dan juga menyelimuti Sehun dengan selimut tipis.

"Kau masih saja tidur seperti orang mati." Tanpa Jongin sadari tangannya membelai rambut hitam Sehun kemudian mengecup puncak kepala pemuda tersebut dengan lembut, kebiasaan yang masih belum berubah sejak kecil. Yah, menjadi tetangga membuat Sehun dan Jongin sering terjebak bersama.

Sehun dan Jongin sering sekali harus belajar bersama dengan satu guru privat yang sama. Walau biasanya Sehun malah tidur-tiduran membaca komik dan Jongin yang akan belajar sungguh-sungguh. Akhirnya Jongin jadi sering membenahi posisi tidur Sehun yang memang berantakan. Dan tidak lupa memberi kecupan selamat tidur karena sewaktu kecil ia diajari jika kecupan selamat tidur membuat seseorang mimpi indah.

"Kenapa badanmu panas.." Jongin sedari tadi memang sudah membatin kenapa suhu tubuh Sehun sedikit panas dari biasanya. Ketika tangannya menyentuh dahi Sehun baru ia sadar jika Sehun bukan hanya sedikit panas tapi sangat panas.

"Sudah tahu udara sedang sangat panas masih saja tidak menjaga kesehatan. Ini pasti karena kau kebanyakan main dengan teman-temanmu." Jongin mengomel pelan melihat keadaan Sehun. Biarpun bibirnya mengomel tapi kaki Jongin tetap berjalan menuju wastafel dan mengambil sebuah baskom kecil serta handuk didalam lemari Sehun. Tentu saja Jongin tahu letak benda-benda dikamar Sehun, kan yang membereskan kamar Sehun dan kamarnya sewaktu pindahan adalah ibu Sehun.

"Apa aku bangunkan untuk makan malam dulu ya.." Jongin menatap Sehun yang sedang tertidur pulas dengan bimbang. "Hah, merepotkan sekali orang ini!"

Jongin menarik kursi belajar Sehun dan duduk disisi tempat tidur. Tangannya meletakkan kain basah didahi Sehun dan menatap pemuda itu dalam-dalam. Tidak salah Sehun selalu menjadi idola sejak kecil. Lihat saja wajah cantiknya itu. Bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis berwarna merah muda.

Sial, bibir itu!

Jongin menggelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran aneh yang muncul setiap kali bibir Sehun melintas dikepalanya. Oh tidak, ini bahaya. Kenapa sekarang Jongin jadi sering berdebar jika berdekatan dengan Sehun?

Kenapa tadi ia melihat bahu Sehun saja bisa seperti orang cacingan? Kenapa kaki Sehun jadi menarik dimatanya? Kenapa Sehun yang sedang tidur melongo tetap terlihat cantik?

Jongin menggeleng-gelengkan kepalanya sekali lagi.

Tidak mungkin! Tidak mungkin aku menyukai Sehun! Orang yang aku sukai adalah bubblyoh! Mungkin…mungkin ini karena aku jarang berinteraksi dengan yang cantik-cantik. Yeah, mungkin saja…

Jongin berusaha menyingkiran kemungkinan ia jatuh hati pada Sehun.

Karena baginya itu sangat konyol.

Dia dan Sehun tidak pernah benar-benar dekat. Dunia sosial mereka berbeda. Cuma kebetulan saja mereka bertetangga sehingga mengenal satu sama lain. Jongin lebih cocok dengan orang yang memiliki ketertarikan sama dengannya. Jelas bukan Sehun, pemuda itu lebih tertarik pada fashion atau musik dari pada kimia atau sejarah.

Jongin suka bubblyoh yang bisa mengerti kelakarnya.

Jongin suka bubblyoh yang tidak bosan ketika ia bercerita tentang kuliahnya atau teori konspirasi yang baru saja ia baca di internet.

Jongin suka bubblyoh yang menyukai ide untuk menghabiskan waktu tua disebuah desa dipinggir pantai.

Bukan Sehun.

Sehun itu bercita-cita tinggal di kota besar seperti Seoul, New York atau London.

Sehun selalu terlihat bosan jika Jongin bicara tentang sekolah.

Sehun sering memukul kepalanya jika ia berkelakar karena menurut Sehun tidak lucu.

Jongin memandang Sehun yang sedang tidur dengan damai.

Cantiknya…

Naga didalam perut Jongin meraung keras. Mendorong Jongin agar menyentuh pipi gembil Sehun. Membelai bibir merah muda itu. Mengecupnya sekali saja. Toh pemiliknya sedang tidur pulas.

Tidak…tidak…ini tidak benar.

Jongin dengan langkah seribu meninggalkan kamar Sehun menuju kamarnya.

Jantungnya berdetak sangat kencang.

Dan semua karena teman masa kecilnya yang selama ini ia anggap sebagai sumber kebisingan dan salah satu manusia paling norak didunia ini.

jonginkim: 'Hey, apa kau sudah tidur?'

jonginkim: 'Aku merindukanmu.'

Jongin memandang pesan yang barusan ia kirim pada bubblyoh begitu sampai dikamarnya. Berharap bubblyoh sedang online sehingga Jongin bisa mengobrol dengan pria tersebut untuk mengalihkan rasa berdebarnya yang tidak masuk akal.

Ah, kata mengobrol mungkin kurang tepat.

jonginkim: 'Little Jongin merindukanmu.'

Jongin memandang foto panas bubblyoh yang kemarin malam dikirimkan padanya. Well, begitulah. Hubungan Jongin dan bubblyoh memang bukan sekedar teman mengobrol saja. Mereka teman berbagi fantasi liar.

Tiga lantai diatas kamar Jongin, sebuah laptop yang masih menyala menerima sebuah notifikasi pesan masuk.

jonginkim: 'Little Jongin merindukanmu.'

"Hmmh..Jongin jangan makan pudingku..nyamm…" Seorang pemuda yang sedang tidur pulas bergumam pelan. Tidak sadar jika ada seseorang yang sedang sangat menunggu kehadirnnya.

Seseorang yang sudah membuatnya gila selama tiga bulan terakhir.

To Be Continue

Halo semuanyaaaaa

Seri baru nih ehehehe, tapi engga bakal panjang-panjang kok.

By the way ini bukan seri maljum lho yaaa hahaha

Cuma kebetulan aja di up pas maljum hehe.

Seri ini emang rated M tapi bakal lebih banyak romancenyaaa

Karena Author lagi tobat hahahaha.

Bakal tetep ada anuanunya tapi engga banyak yaaa ;)

Semoga suka sama seri baru iniiiii dan jangan lupa reviewnyaaaa

Kritik dan saran juga sangat ditunggu

Gomawo^^