Hidup menyebalkan, begitu selamanya. Tiap orang hanya membuat hidup semakin susah. Rasanya aneh untuk tetap merasa bahagia saat semua membuatmu tidak nyaman dan susah. Kenapa kamu tetap tersenyum dan terlihat bahagia saat semua menyusahkan dirimu. Kamu bodoh Kim Seokjin, sangat bodoh karena tetap terlihat bahagia.

.

.

.

.

Hella, Fellas, this satan is back with NamJin, my fav couple. Ehe. This time about beast and beauty. Well, i always assume RM is a beast that need love while Jin is a fragile princess that can't loving anyone anymore. Ahahaha, this is an irony upon irony story!!!

.

.

.

.

.

.

*Island Breezes*

.

.

.

.

.

.

Between hate and jealous

This feelings killing me

.

.

.

.

.

.

.

Prologue

Kim Namjoon tetap bertahan di bangkunya, menanti seluruh isi kelas kosong sambil memperhatikan dari belakang kelas. Perhatiannya tetap jatuh kepada orang yang sama. Kim Seokjin.

Lelaki yang berbeda darinya. Kim Seokjin yang ceria, ramah, dan bertutur ramah. Bagaikan Seokjin hidup dalam menara kastil sebagai putri yang dikelilingi banyak bangsawan danmjoon berada di ujung gunung seorang diri sebagai mahluk buas dari utara.

Namjoon yang kasar dan Seokjin yang lembut. Seokjin murid kesayangan para profesor dan Namjoon yang sering membuat para profesor gusar. Mereka berdua yang selalu berebut tempat di posisi pertama.

Seokjin yang pas-pasan dan Namjoon yang bisa membeli mobil kapan pun ia mau. Seokjin si pekerja keras dan Namjoon yang tidak pernah bekerja keras.

Ada sebuah perasaan menyebalkan dalam diri Namjoon kepada lelaki itu. Perasaan yang membuatnya selalu menatap dan bahkan mengikuti langkah kaki lelaki bersurai hitam lembut itu.

Seluruh kelas telah pergi. Seokjin tetap di tempatnya begitu pula Namjoon. Seokjin mengangkat pandangan hingga manik hitam keduanya bertemu. Seokjin tersenyum pahit, senyuman kesakitan, masam, sebuah senyuman yang berbeda dari yang selama ini Seokjin tunjukan kepada semau orang. Sebuah senyuman yang hanya ditunjukkan kepada Namjoon.

Sebuah ekspresi untuk Namjoon seorang dari Seokjin.

Namjoon berdiri dengan tergesa-gesa, bergerak secepat mungkin ke arah Seokjin. Menarik kerah Seokjin dan menciumnya dengan penuh napsu, kasar. Seokjin melenguh saat lidah Namjoon masuk ke dalam mulutnya memberikan sensasi tersendiri. Tangan kekar Namjoon menahan tubuh Seokjin dan menekan leher Seokjin untuk ciuman yang lebih dan lebih.

Susah payah Seokjin memukul bahu Namjoon karena nafasnya habis. Dengan kasar Namjoon menggigit bibir Seokjin, hingga rasa besi terasa bagi keduanya, sebelum Namjoon melepaskan tautan mereka. Melihat wajah Seokjin yang memerah hingga cuping telinga, Seokjin yang terengah-engah dengan emosi takut sekaligus bernafsu, sebuah pemandangan hanya untuknya.

Namjoon mendekatkan tubuhnya, Seokjin menegang, Namjoon berbisik tepat di telinga Seokjin. "Aku tunggu nanti malam." Membuat Seokjin mengangguk pelan.

Namjoon menatap wajah Seokjin sekali lagi, meraih wajah cantik itu, dan menghapus air mata. "Nah, jangan menangis." Lalu meraba darah pada bibir Seokjin dan menjilat penuh sensual.

Seokjin segera berdiri, "aku ada shift hingga jam 8 malam, sampai nanti." Dengan cepat segera berlalu meninggalkan Namjoon di ruang kelas sendiri.

Namjoon tersenyum, ada 6 jam lagi sebelum jam 8 malam. Namjoon tak sabar. Ia ingin menghilangkan perasaan menjengkelkan ini dalam hatinya segera mungkin.

.

.

.

.

.

.

.

Curhat dikit ya, kalo ga mau baca gpp.Gini ada manga judulnya Hearty karya Yoshida Yuuko, itu recommended banget, masih ongoing dan naenanya masih lama nongolnya. Nah, dengan manga itu sebagai inspirasi ff ini aku harap kalian mau baca komiknya. Benar-benar cinta yang klasik dan menyakitkan, seperti ff ini dah ='v

Just make sure once upon a time you will read Hearty,

Sincerely, Eixa Tuven.