Title : Darkness Against the Enemy
Cast : Chanyeol Baekhyun Xiumin Sehun
Genre : Adventure, Romance, Hurt, Yaoi
Note : Cast bertambah seiring berjalannya cerita.. bagi yang kurang suka sama ceritanya atau tidak sesuai karena ini bxb gak usah dibaca
.
.
.
.
.
_o0o_
Mata itu seperti langit. Ia akan terlihat cerah ketika tidak memiliki beban, namun akan terlihat semakin gelap ketika beban itu semakin menumpuk. Lalu setelahnya akan menumpahkan seluruh isi di dalamnya yaitu hujan.
Satu-satunya yang dapat menolong adalah matahari, ia akan datang lalu menciptakan pelangi yang indah. Membuat langit tersenyum dan mengembalikan kecerahannya lagi.
Aku adalah langit, dan aku membutuhkan matahari untuk menerangi kegelapanku.
_._._._._._._._._._._._._._._._._._
.
.
.
.
.
Prolog
Mata elangnya menatapku tajam, menampilkan sedikit seringaian di bibir. Memojokkanku di sudut ruangan sempit. Aku tidak takut dengan perlakuannya itu, hanya saja aku penasaran dengan apa yang dipikirannya.
"Apa yang membuatmu bersusah payah membawaku ke sini?" Aku membuka suara terlebih dahulu.
Dia meneliti dari ujung rambut hingga kaki. Menatapku dengan tatapan remeh, kemudian berkata, "Aku tidak menyangka, kau yang selalu mengalahkanku di lingkaran merah adalah orang yang cacat."
Aku sedikit tertegun mendengar ucapanya. Badanku menegang, kekakuan menjalar di seluruh tubuhku. Namun aku masih berusaha untuk tenang, mencoba menelisik apa yang sebenarnya dia rencanakan.
"Mungkin kau tidak sadar jika aku mengetahuinya sejak semalam," dia semakin menyudutkanku, menghimpit leherku dengan lengan kokohnya. Aku yang berada di kungkungannya sedikit tercekik.
Perkataannya mengingatkanku akan perlakuannya semalam. Menampilkan memori buruk yang sudah ku lupakan jauh-jauh. Aku sadar saat dia melucuti seluruh pakaianku dan mencabuliku dengan kasar, namun aku yang tengah mabuk berat tak bisa berbuat apa-apa.
"Apa maksudmu tentang menyebutku cacat?" Aku menatapnya datar. Aku bukanlah orang bodoh yang tidak mengetahui maksud ucapannya setelah mengingat kejadian semalam.
Dia tertawa mengejek, kemudian raut mukanya berubah licik. Matanya memicing kearahku dan mengatakan, "Aku tahu kau telah mengetahui maksud dari ucapanku setelah aku melihat perubahan ekspresimu," dan dia menyeringai di akhir kalimatnya.
Aku membuang muka, mencoba menghindari kontak mata dengannya. Dia, orang yang berada di depanku, mempunyai berjuta cara untuk menjatuhkanku. Dia adalah orang yang sangat licik. Jika aku salah sedikit dalam bertindak, maka dia akan memakainya sebagai senjata. Jadi untuk saat ini aku harus sangat berhati-hati.
"Kenapa kau membuang muka seperti itu?" Dia menarik daguku, membuatku mendongak menghadap langsung ke arah wajahnya.
Aku mencoba melepas tangannya di wajahku, bertanya langsung pada intinya, "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?"
Dia terdiam sebentar. Menatapku tajam, lebih tajam dari sebelumnya. Kemudian dia memukul wajahku bertubi-tubi. Aku tidak melawan. Setelahnya, dia meninggalkanku sendirian di ruangan gelap itu. Aku tersungkur di pojok ruangan, kepalaku sedikit pusing. Kemudian entah apa yang terjadi, aku tak sadarkan diri. Hingga akhirnya aku terbangun ketika cahaya matahari mulai mencoba masuk melalui celah yang ada di ruangan sempit itu, memaparkan sedikit cahayanya tepat mengenai wajahku.
Aku mencoba untuk berdiri, keluar dari tempat itu, lalu mendobrak pintu yang terkunci dari luar dan mengumpat sekenanya. Jujur saja, tubuhku terasa sakit semua terutama bagian wajah. Dia memang bedebah gila yang tak berperasaan.
