LAST DANCE

Main pair:

[Kim Jongin, Do Kyungsoo]

Disclaimer:

EXO (c) SM ENTERTAINMENT

WARN! YAOI, OOC, TYPO, AU!

I hope you enjoy this story~

.

.

.

.

TARIAN terakhir.

Lelaki dengan kulit eksotis bergeliat. Meliukkan tubuh seakan tak punya tulang. Berkeringan di dahi dan dada. Rambut sedikit basah dengan tenaga lebih.

Ia lantas kembali menari. Iringan lagu bersemangat membuat api membara. Memutar lalu melompat, bak sebuah angin tak tentu arah. Irama dan gerakan yang pas. Siapapun yang menatapnya akan terhipnotis.

Mungkin ini adalah tarian terakhirnya.

Kim Jongin masih sibuk bergerak. Membiarkan udara menjadi panas. Peluh-peluh dibiarkan berceceran. Kulit tan semakin terlihat menggoda. Seakan-akan dunia milik sendiri. Berenang dalam pikiran dan irama. Tangan dan kaki berpindah, mengikuti lagu berdentang.

"Kau masih menari?"

Pria yang lebih pendek menatap. Sedikit senyuman terpatri ketika menatap sang kekasih menari. Sedangkan Jongin segera menghentikan gerakan. "Ya, hyung."

Do Kyungsoo perlahan masuk. Menapakkan kaki di lantai dansa. Merasakan hangatnya ruangan. Sang kekasih berdiri tegak disana. Senyuman tak luput dari wajah, "Padahal besok sudah hari pernikahan kita. Dan kau masih sibuk menari, Kim Jongin."

"Hehe, hyung ingin menari bersama?" tawar Jongin.

Namun dijawab gelengan oleh Kyungsoo, "Tidak. Kau saja."

Lelaki tinggi mendengus. Sedikit kecewa ketika sang kekasih menolak untuk menari bersama. Sedangkan Kyungsoo hanya terkekeh ringan. Menatap bagaimana lucunya Jongin merajuk.

Namun, bukan Kim Jongin namanya jika tak punya ide.

Ia lantas berjalan mendekat. Berusaha menggapai tubuh Kyungsoo. Menatap lekat mata bulat dalam-dalam, "Hyung."

Kyungsoo tahan nafas. Tubuh Jongin terlalu dekat. Wajah tampan nan menggoda mulai menggerogoti penglihatannya. Ia berdebar, namun berusaha tenang. "Apa?"

Lengan kekar menggapai pinggang ramping Kyungsoo. Mendekatkan tubuh mungil itu dalam dekapan. Menyentuh tangan dengan lembut, "Aku tidak menerima penolakan. Ayo, menari bersama."

"Baiklah. Jika itu maumu."

Jongin menampikkan wajah senyum. Musik berenejik tiba-tiba berubah menjadi lembut. Mengayunkan kedua tangan seakan tak akan lepas oleh waktu. Dua pandangan bertemu; bersapa dalam diam. Pinggang semakim direngkuh. Tak akan membiarkan lepas.

Lelaki mungil diayun, diajak menari. Berdansa dengan alunan musik merdu. Menikmati tarian terakhir mereka.

Tarian terakhir, sebelum mereka melepas status lajang besok.

.

.

.

.

END