Disclaimer: Hetalia © Hidekazu Himaruya. Tidak ada keuntungan apapun yang saya peroleh dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: Drabble, plotless.

Pairing: Norway x Nyo!Russia.

Summary: Lukas menghapus air matanya dan Anya tak menolak.


.

Wipe Your Tears

© y o r i

.


Menurut Lukas tiada yang lebih menarik daripada melihat interaksi Slavik bersaudara. Sejak pertama mereka bertemu untuk rapat multi-nation, sepasang iris biru delegasi Norwegia itu tak berhenti memperhatikan mereka. Dmitri Braginsky sang kakak tertua yang baik hati dan bijaksana, Anya Braginskaya yang cantik dan bertutur kata halus, serta si bungsu Nikolai Arlovsky yang posesif dan pengidap sister complex akut. Padahal, rasanya si bungsu Nikolai bukanlah adik kandung keluarga Braginsky.

Imaji-imaji Anya Braginskaya tak kunjung lenyap dari pikiran Lukas bahkan semenjak rapat pertama, hingga kini. Sosok gadis yang menarik perhatiannya, kecantikan luar biasa khas bangsa Slavik, pembawaan kalem dan senyum yang manis. Juga kemampuannya dalam berkomunikasi yang membuatnya disegani (terkadang ia mampu bertutur kata menusuk sembari mengulas senyum inosen).

Namun, kali ini Lukas melihatnya sedikit risau.

Gadis itu menggenggam ujung mantel berwarna soft pink-nya. Ekspresi ketakutan tergambar jelas di wajahnya yang cantik, dari kejauhan terdengar suara yang semakin lama semakin terdengar kian mendekat.
"Syestra! Menikahlah denganku!"

Dan Anya yang bingung hendak harus kemana akhirnya tanpa pikir panjang menghambur ke arah pemuda Norwegia. "Bo-Bondevik, sembunyikan aku dari Nikolai."

Suara Anya yang halus sedikit bergetar, membuat Lukas tidak bisa tinggal diam melihatnya. Matanya menjelajah sekitar, namun sayang lorong di gedung pertemuan ini buntu, kecuali satu ruang—sepertinya kabinet—untuk penyimpanan alat-alat kebersihan.
"Kau tenang dulu, Nona Braginskaya—"

"Syestra! Dimana kau?"

Ucapan Lukas terhenti ketika mendengar suara Nikolai yang semakin mendekat, membuatnya tidak punya pilihan lain selain menggandeng tangan gadis Slavik itu dan membawanya ke kabinet lalu mengunci pintunya rapat.

Derap langkah semakin terdengar—pasti itu Nikolai. "Huh? Syestra?! Sepertinya tadi aku melihatmu lewat sini, tapi kemana sekarang kau pergi?"

Kedua lengan Lukas tanpa sengaja memeluk Anya erat, ruangan sempit di kabinet (untung saja tidak dipenuhi oleh alat-alat kebersihan di dalamnya, sehingga mereka bisa bersembunyi)—membuat mereka mau tidak mau harus berbagi tempat. Sebisa mungkin tidak boleh mengeluarkan suara.

Ketika selanjutnya langkah terdengar menjauh, pemuda Norwegia itu melepaskan rangkulannya.
"Kau baik-baik saja?"

Ada air mata tipis yang terlihat di pelupuk mata gadis cantik itu. "Terima kasih, Bondevik. Ni-Nikolai menakutkan, dia selalu mengejarku jika Kak Dmitri tidak mengawasinya."

Entah apa yang membuat Lukas menggerakkan tangannya untuk menghapus air matanya.

"Arlovsky tidak akan menyakitimu, kau tenang saja. Ia mencintaimu sebagai kakaknya, bukankah begitu?"

Nada gemetar masih terdengar dari mulut gadis yang biasanya bertutur halus namun menusuk itu. "Bukan aku tidak menyayangi Nikolai, hanya ... hanya saja dia adikku, dan sikap posesifnya mengerikan."

"Tenang, Anya ... Aku akan melindungimu."

Keterkejutan Anya Braginskaya bukan hanya ketika pemuda Skandinavia itu menyebut nama depannya, melainkan ketika Lukas kembali memeluknya dalam sebuah dekapan nyaman yang menenangkan.

.

.

=End=


A/N: Satu, saya suka Norway x Anya juga. Dua, saya WB dan cuma bisa bikin beginian orz. Thanks for reading ^^