Between of Us

Main Cast :

Mark Lee

Na Jaemin

Etc.

Genre :

Brothership, school life, drama

.

.

.

Sinar matahari yang silau membuat Jaemin harus menutupi wajahnya menggunakan telapak tangan.
Siang itu memang sedang panas sekali. Jaemin sempat bertanya-tanya dalam hati, apakah neraka sudah bocor?

Memang pertanyaan yang konyol.

Namun Jaemin tak peduli pertanyaan itu konyol ataupun tidak, toh hanya ia yang tau.
Sebenarnya ia tidak perlu repot-repot menahan sinar panas yang mencoba merembeti wajahnya, tetapi hal ini adalah bagian dari hukuman guru kedisiplinan karena Jaemin datang kesekolah tepat 15 menit setelah bel berbunyi. Kata simpelnya, ia telat.

"Songsaengnim, apakah hukumanku masih lama?!" tanyanya sedikit berteriak kepada sang guru yang sedang berdiri mengawasinya dari bawah pohon.

Gurunya menggeleng, "Tunggu sampai bel jam pelajaran berikutnya berbunyi!"

Decakan sebal keluar dari mulut Jaemin. Kenapa setiap sekolah menerapkan peraturan seperti ini?
Murid telat, langsung dihukum dengan bermacam-macam hukuman. Mulai dari berlari di lapangan, membersihkan lapangan indoor,menyikat toilet, merapikan buku perpustakaan, dan masih banyak lagi. Sedangkan guru yang telat, belum tentu langsung dihukum. Sangat tidak adil, bukan?

Ya kurasa Jaemin harus tahan dengan peraturan itu hingga tiga tahun kedepan.

.

"Mau mengabaikan perintahku lagi?"

Jaemin memutar kedua bola matanya malas. Kupingnya sudah cukup panas mendengar ocehan yang terus keluar dari mulut orang dihadapannya.

Mark Lee, nama orang tersebut. Dia merupakan teman seangkatan Jaemin, namun hanya berbeda kelas. Dan juga, Jaemin memanggilnya Hyung karena tahun kelahiran mereka memang berbeda. Mark lahir terlebih dulu.

"Sudah berapa kali kau bertanya seperti itu, Hyung?" Nada kesal sangat ketara di balik suara itu. Jaemin menidurkan kepalanya di atas meja ketika Mark mulai mengoceh lagi. Kalau sudah seperti ini, tidur merupakan pilihan terbaik. Anggap saja ocehan itu adalah dongeng pengantar tidur yang biasa dibacakan oleh ibu-ibu untuk anak mereka.

Namun ketika kelopak matanya mulai merapat, sebuah pukulan mengenai telak kepalanya. Cukup menyakitkan!

"Urgh!" Jaemin mengeram sambil mengusap pucuk kepalanya yang berdenyut-denyut. "Sakit!"

"Lagian siapa suruh kau mengabaikanku?!" Mark meninggikan suaranya, namun ketika sadar mata beberapa siswa menatap kearahnya, ia kembali mengecilkan volume suaranya.

"Kurasa ini akibat dari setiap doa ku agar kau banyak bicara,Hyung."

Kedua alis saling menyatu. Mark sama sekali tak paham apa maksud Jaemin. "Maksudmu?"

Jaemin mengangkat kembali kepalanya lalu menyenderkannya di atas telapak tangan dengan siku sebagai penyangganya. "Percaya atau tidak, aku selalu berdoa agar kau berubah menjadi orang yang talkactive. Tapi rasanya aku ingin menarik kembali doaku itu. Kau yang talkactive malah mirip seperti ahjumma-ahjumma yang sedang menawar harga dipasar."

Mark merengut. Enak saja dirinya disamakan dengan ahjumma!
Namun ia mengabaikan rasa kesalnya yang sudah memuncak. Mark memilih topik lain yang lebih enak untuk dibahas.

"Ibuku terus menanyaimu." Kata Mark.

"Menanyaiku?" Jaemin bertanya heran, "Kenapa bibi Lee menanyaiku?"

Mark menaikan kedua bahu yang terbalut almamater sekolahnya yang berwarna kuning. "Entah. Mungkin ia merindukanmu." Sedetik kemudian, bibirnya mengerucut. "Setiap kali kau datang kerumah, pasti aku selalu diabaikan. Padahalkan yang anak kandungnya adalah aku!"

"Keke~salahmu tidak memiliki wajah seimut wajahku!" Jaemin menusukan telunjuknya ke pipi, dan memiringkan kepalanya. Mencoba bergaya seimut mungkin. Namun pukulan– atau yang biasa disebut ttakbam menghampiri keningnya. Menimbulkan bunyi 'tak' yang cukup keras.

Lagi-lagi ia harus mendumal sambil mengelus-elus keningnya yang mungkin akan terlihat merah jika poninya disingkap.
"Sepertinya ttakbam adalah hobimu ya,Hyung?"

"Siapa suruh kau berakting menggelikan seperti itu. Cukup Donghyuk saja, kau jangan ikut-ikutan." Mark berkata santai. Nada suaranya sama sekali tidak tersirat kebersalahan, dan itu membuat Jaemin ingin memakannya hidup-hidup.

Eeh? Memakannya?

Apa kau yakin?

Jaemin tanpa sadar menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pikirannya mulai menjelajah kemana-mana. Gawat!

Suara kursi yang bergeser membuat Jaemin menggerakan kepalanya. Mark sudah berdiri. "Sudahlah,aku kembali ke kelas dulu," ucapnya. Langkahnya terhenti sejenak di ambang pintu kelas, ia menolehkan kepalanya, menatap Jaemin yang masih duduk santai dikursinya. "Jangan lupa, pulang bersamaku nanti."

"Siap, Hyung!"

.

.

.

Tbc

Maaf yang kemarin aku gak tau kalo make format copy/paste malah jadi begitu -_-

Ini yang bener. Udah di publish di wattpad.

Review?

Kalo banyak, bakal aku lanjut