Walaupun Sasuke sepintas terpesona oleh sinar matahari pagi yang menembus sisi jendela di belakang Sakura, cahayanya pagi itu menerangi sebagian wajah Sakura yang terlelap dalam damai dan bahu mungil Sakura yang putih polos. Gadis itu sepertinya terlalu pulas sampai tidak menghiraukan suara cicitan burung yang seakan membangunkannya.
Disaat menikmati pemandangan menarik di hadapannya, suara lenguhan menggugah lamunannya. Sakura sepertinya terbangun.
"Bangun tukang tidur," bisik Sasuke di telinga Sakura.
Sakura mengerjapkan matanya pelan, masih tak menyadari situasi. Sampai sebuah elusan lembut di pipinya, gadis itu berusaha bangkit sehingga selimut berbulu yang membungkus tubuhnya terlepas dan meluncur di pangkuannya. Ia mengucek matanya pelan, menyesuaikan cahaya di sekitar ketika Sasuke masih diam tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.
Gadis itu memegangi kepalanya yang terasa berputar.
"Kenapa kepalaku sakit begini?!" gumamnya parau. Kesadaran Sakura masih belum kembali, tapi saat ia berbalik hendak turun dari ranjang, matanya serasa mau copot.
Seorang pria tampan nampak berbaring menyamping persis di sampingnya, mata hitamnya yang tajam tengah memandang Sakura lekat-lekat seolah-olah tak ingin melepaskan sedetikpun. Sakura menelusuri penampilan lelaki itu dengan terbelalak, ia mengenakan kemeja yang semua kancingnya terlepas sehingga menampilkan dada bidang dan absnya yang sontak membuat wajah Sakura merona.
"Sakura," Sasuke memanggil namanya serak.
Sakura memandangnya syok, terlihat sangat kaget.
Dalam keheningan, Sasuke menunggu penuh harap Sakura menjawab ketegangan ini sepersis yang ia harapkan. Tentu saja, Sasuke tahu apa yang sebelumnya terjadi dan nampaknya Sakura tidak ingat kejadian semalam.
"Sasuke?" akhirnya Sakura membuka suara, "Ke-kenapa kau bisa ada di kamarku? Apa..." ia menelan ludah susah payah, dalam hati mengutuk rona merah yang menjalar ke muka pucatnya. Ia merasa sedikit berbeda di beberapa bagian tubuhnya. Dengan was-was Sakura mengambil cermin, dan seketika matanya membulat. Ia hanya mengenakan spaghetti strap blouse dan celana pendek.
Tapi bukan itu yang membuatnya kaget setengah mati, melainkan bekas kiss mark terlihat di beberapa tempat sekitaran leher dan pundak telanjangnya. Sakura memeriksa sampai ke bagian dadanya dan melihat tanda merah keunguan itu juga berada di sana.
Seketika pula ia memekik kencang dan melempari apa pun yang bisa ia raih pada Sasuke tanpa pikir panjang.
Alih-alih melarikan diri, pria itu justru senang saat Sakura memanggil nama kecilnya.
"BRENGSEK, KOTOR, BEJAT, SETAN, PENJAHAT, MESUM! APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU HAHH! SASUKE SIALAN" jeritnya tanpa jeda.
Sebuah boneka beruang kecil terlempar ke arah Sasuke, tepat di hidung mancungnya. Cukup keras sehingga menimbulkan bercak merah.
Baru saja boneka itu jatuh dari muka Sasuke yang masam sekaligus terkejut, guling kesayangan Sakura melayang, namun kali ini Sasuke berhasil menghindar.
Merasa tak puas, Sakura merangkak mendekatinya. "Penipu, ternyata kau diam-diam menyelinap kemari lalu berbuat nista padaku." pekik Sakura seraya tangannya memukul kepala Sasuke.
"Hei hei hei. Itu tidak seperti yang kau pikirkan," elak pria itu berusaha melindungi kepalanya dari amukan Sakura. "Sudah kuduga kau lupa karena kebanyakan minum alkohol kemarin."
Mendadak Sakura terdiam sementara Sasuke sudah memenjarakan kedua tangan Sakura agar tidak kena pukul lagi.
"Aku apa?"
Wajah tengilnya menyeringai. "Kau ingin aku jelaskan padamu? Tapi dengan satu syarat," jeda sejenak. Sasuke menyadari tatapan terhenyak Sakura begitu ia mencondongkan kepala ke arahnya.
"Satu penjelasan lengkap untuk satu ciuman."
BRUGH... Jejak telapak kaki langsung tertera saat Sakura menendang dada Sasuke dengan sangat kencang. Bahkan ia sampai terjungkal keluar kasur.
Lelaki itu terbatuk-batuk dan mengerang dengan wajah merah, "... Baik-baik aku akan jelaskan." ujar Sasuke pasrah. Majikannya galak sekali, padahal semalam gadis itu bersikap jinak padanya. Yah walaupun tidak benar-benar jinak.
.
.
.
.
.
.
My Butler
Chap. 1
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Romance
Pair : SasuSaku
Rate : M
Warning : Alternative Universe, OOC, typo, super aneh bin gaje.
DLDR!
.
.
.
.
.
Diiringi pandangan menjijikkan dari orang-orang penghuni klub, Sakura dan Ino menuju teman-teman mereka yang telah menunggu. Sakura menghempaskan pantatnya di samping Sasori yang langsung menyambutnya dengan senyuman.
Hari-hari mendekati berakhirnya libur musim panas seperti ini memang cocok bergabung dengan teman-temannya. Pada awalnya Sakura kira mereka akan berlibur ke pantai, seperti yang dilakukan temannya yang lain. Namun bersantai di klub menurut Sakura bukan hal buruk. Terlebih hari ini mood Sakura sedang turun.
Ia tak menyangka hal ini bakal terjadi padanya. Ia masih ingat saat pertama kali bertemu Sasuke. Pria itu berusia dua puluh tiga tahun sedangkan dirinya delapan belas tahun. Dengan kepribadian dinginnya Sasuke seenak jidat memaksa Sakura untuk menuruti perintahnya, memang siapa yang pelayan siapa yang majikan?!
"Kalian kenapa baru datang? Ini sudah jam dua belas lewat," tanya Sai memulai perbincangan.
Ino melirik Sakura, tatapan tajam diarahkan padanya. Sakura menghela napas berat, "Orang kolot itu yang mencegatku agar tidak datang kemari. Tapi beruntungnya Ino pandai berbohong. Jadi ya begitulah.." jawab Sakura teramat malas.
"Orang kolot?" gumam Naruto keheranan.
"Uchiha Sasuke. Pengawal pribadi Sakura." jawab Sasori menyumbang suara.
Naruto hanya ber'oh' ria.
Sasori merangkulkan tangannya ke bahu Sakura."Sejak kapan kau mau-mau saja diperintah oleh orang sepertinya?" tentu saja Sakura langsung memelototinya.
"Singkirkan tanganmu atau aku patahkan sekarang juga!" ancam gadis itu sinis.
Naruto tertawa dibuatnya sedangkan Sasori cemberut.
"Awalnya aku juga tidak mau." Sakura meminta bir kepada seorang bartender berwajah mirip hiu. "Ini semua berkat Kakek yang keras kepala, padahal aku sudah cukup dewasa untuk hidup sendiri."
Selama dua bulan ini Sakura tinggal berdua dengan Sasuke, lumayan jauh dari rumah orang tuanya. Tapi karena kedua orang tua Sakura sedang di luar negeri dan ia yang mulai menginginkan kebebasan dengan tinggal di sebuah apartemen, hanya saja Jiraiya tidak mengizinkan Sakura sendirian. Ia khawatir jika pola hidup Sakura yang sering bermain ke klub malam, maka dari itu Jiraiya mempekerjakan seorang butler sekaligus bodyguard untuk cucu semata wayangnya.
Mungkin hobi minum Sakura diturunkan dari Neneknya, Tsunade. Sakura merasa beruntung kala dirinya dilanda masalah Ino mau menemaninya ke klub sekadar menenangkan diri, Ino juga yang akan mengantarkan Sakura meskipun sudah berulang kali gadis itu menceramahi Sakura yang sama-sama kepala batu. Kendati Ino tak keberatan Sakura mudah sekali mabuk.
Yang lain ikut memesan minuman, tapi Ino memilih jalan aman, ia hanya minum jus jeruk, terlebih ia tidak begitu suka alkohol. Rasanya aneh dan membuatnya mual.
"Apa tidak apa dia mabuk begitu?" tanya Sasori.
Ino menoleh, bir di gelas Sakura sudah habis dan kini gadis itu tengah memesan yang baru. "Biarkan sajalah. Dia lagi bermasalah dengan otaknya."
Sasori mengernyitkan keningnya bingung sambil tak melepaskan pandangannya dari gadis berambut merah muda itu. "Memangnya soal apa?"
"Bukan apa-apa," Ino tersenyum penuh arti.
Kepala Sakura menunduk lesu, dengan malas menggoyangkan gelas kaca dan menghabiskannya dalam dua tegukan, tiba-tiba bayangan Sasuke melayang di kepalanya. Misteri terbesarnya adalah bagaimana perasaan Sasuke terhadapnya. Apakah hanya sebatas pelayan-majikan?
Sakura selalu mencoba menghalau perasaannya, tidak ingin berlarut-larut mencoba mengurai di balik sikap Sasuke terhadapnya atau salah mengartikan tindakan lelaki itu yang hanya melaksanakan tugasnya sebagai seorang butler.
Pengawal suruhan Kakeknya adalah laki-laki yang ia sukai. Ia mendesah keras. "Masa bodoh." katanya ironis sambil menenggelamkan rasa muaknya dengan meneguk banyak minuman.
Sedemikian misteriusnya Sasuke, lebih baik Sakura tidak menduga-duga bagaimana tanggapan yang mungkin akan Sasuke balas untuknya. Barangkali Sakura dengan nekat menyatakan perasaan.
Ia tak mau berharap banyak. Itu sebabnya Sakura berjuang menghindari Sasuke selama seharian ini.
Sayangnya, Sakura tahu bahwa minuman itu tak seampuh obat penenang.
"Sudah cukup Sakura, wajahmu merah begitu!" ujar Sasori sembari menjauhkan botol di genggaman Sakura. Tapi seakan tak berguna, Sakura justru meraih minumannya kembali. "Itu bukan urusanmu, kerdil." gumam Sakura setengah meracau. Sasori mendengus kesal.
Sekonyong-konyong Sakura bangkit berdiri dengan gontai, "Aku mau ke toilet," perutnya mual dan kepalanya mulai pening.
"Sakura,"
Panggilan Ino tak lebih dari angin lalu.
Terhuyung karena mabuk, Sakura segera terduduk di kloset kamar mandi. Tubuhnya serasa bakal ambruk kapan pun. Pemandangan di hadapannya berputar-putar, perutnya seakan dikocok, tapi Sakura mencoba mempertahankan kesadarannya. Tangan Sakura mencengkram ujung pakaiannya seraya mengatupkan kelopak mata. Ia tidak mengira mabuk kali ini berakhir memalukan seperti ini.
Begitu merasa lebih baik, ia keluar dari bilik toilet.
Setelah membasuh wajahnya yang dipenuhi keringat Sakura mengambil tisu dari dalam saku jaket, saking terlalu buru-buru ia sampai tidak menyadari ada barang yang jatuh dari sana.
Sambil memegangi kepalanya yang masih sakit, Sakura mengusap asal wajahnya lalu keluar dengan sempoyongan.
"Tetap di situ atau aku akan mengadukanmu pada Jiraiya-sama!" teriakan menggelegar itu menggentikan langkah kaki Sakura. "Sudah kubilang Nona tidak boleh ke tempat bejat seperti ini lagi,"
Gadis berpakaian blouse cokelat tipis yang dilapisi jaket berbahan levis dan celana jeans panjang itu memalingkan muka. Tubuhnya serasa kaku. Terbeliak oleh kehadiran seseorang yang tiba-tiba.
Sasuke, dengan wajah marah muncul dalam keadaan yang tak diinginkan Sakura.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sakura nyinyir.
Sasuke berjalan mendekat. "Aku adalah pengawalmu, sudah suatu keharusan aku berada di sekitarmu agar bisa melindungi Sakura-sama." jawabnya santai.
Sakura menghela napas. "Kau pulang saja sana. Aku tidak butuh bantuanmu di sini," usirnya seolah-olah menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya ia masih mabuk dan seakan ingin mengatakan ia memecat Sasuke secara tak langsung.
Tapi sayang, pria sepertinya tak dapat mudah diperintah oleh majikan keras kepala macam Sakura.
Sasuke mengamati baik-baik penampilan Sakura yang jauh dari kata rapi. Rambutnya yang menjuntai acak-acakan dan sedikit basah di beberapa bagian, wajah Sakura merona padam, air bening menetes dari hidung mancung Sakura ke bibir merahnya yang kecil tebal dan basah, hal itu membuat bagian lain dari diri Sasuke bergetar.
"Bukan urusanmu aku bermain ke sini dan mabuk-mabukan sesukaku. Lagipula aku akan pulang sebentar lagi," Sakura memijat pelipisnya yang nyut-nyutan.
"Sakura-sama baik-baik saja? Jangan-jangan Nona sudah mabuk?" tanya Sasuke khawatir.
Namun Sakura berbalik dan melangkahkan kaki menuju tempat teman-temannya berada. Hatinya senang mendengar Sasuke mencemaskannya. Akan tetapi bagi Sakura itu saja belum cukup, yang ia butuhkan adalah kepastian lelaki itu terhadapnya.
Mencegah dirinya untuk tidak terperangkap dalam pesona Sasuke, Sakura bisa mendengar langkah kaki mantap dan pelan sepatu sport lelaki dewasa itu yang mengikutinya.
Ino, Naruto, Sasori, maupun Sai tak dapat berkata apa-apa saat melihat kedatangan Sakura bersama seorang pria asing yang memiliki aura gelap di sekelilingnya.
Ketika Sakura duduk di tempatnya semula, ia memesan segelas wine karena kenyataannya Sasori sudah menghabiskan milik Sakura. Punggung Sakura terasa panas oleh kehadiran Sasuke di belakangnya, sepertinya mengawasi Sakura. Gadis musim semi itu berjuang menepis hasratnya untuk balas menatap pria itu.
Persis saat bibirnya nyaris menyentuh pinggiran gelas kaca, dengan cepat Sasuke meraih tangan kecilnya, mengambil gelas berisi minuman berwarna merah tersebut, dan sambil menyerahkannya secara sembarang pada Naruto, tanpa beban Sasuke menarik Sakura berdiri.
Namun Sakura yang masih mabuk berontak lemah, hingga ia harus menggendong gadis itu.
Entah karena tidak berpengalaman atau apa, Sasuke malah membawanya seperti mengangkut sekarung beras, kepalanya yang pening jadi tambah berat. "Apa-apaan ini! Lepaskan aku, Sasuke!"
Percuma saja. Lelaki berambut bak pantat ayam itu tidak memedulikan suara serak Sakura berteriak di telinganya.
Lalu ketika sampai di apartemen.
Sasuke membopong Sakura sambil sesekali gerutuan keluar dari bibirnya. "Sial, kalau tidak toleran minum alkohol jangan pura-pura kuat. Mana berat sekali."
"Hei bertahanlah sebentar lagi," katanya begitu Sakura hampir saja terjatuh jika ia tidak memegangi bahu gadis itu kuat.
Suasana apartemen mereka sangat sepi, sampai terdengar langkah terseret Sakura dan Sasuke yang mengunci pintu.
Laki-laki itu membawa gadis dalam dekapannya ke kamar. "Pergi sana, orang bodoh!" gumam Sakura seraya mendorong-dorong Sasuke. Tapi daya cengkram Sasuke lebih kuat dibanding Sakura yang sedang mabuk.
Saat berhasil menidurkan Sakura di ranjang. Sasuke duduk di tepi, merasa lega sekaligus lelah. Bahu tegapnya kesemutan sampai ke lengan akibat menopang tubuh Sakura. Entah dirinya yang mendadak lemah atau Sakura yang mengalami berat badan berlebih, padahal tubuh gadis itu ramping.
Tidak ia duga menjadi butler Haruno akan serepot ini. Kemudian tawa kecil yang jarang keluar dari mulutnya menggema ke seisi ruangan Sakura. Walaupun Nona mudanya memiliki mulut yang pedas dan menyebalkan tapi terkadang ia terhibur oleh perilakunya yang galak.
Rambut merah muda Sakura yang berantakan hampir menutupi seluruh wajahnya.
Saat suara lenguhan memecah lamunan, Sasuke melirik Sakura yang berusaha melepaskan jaketnya tanpa tenaga. Setelah menghembuskan napas berat pria itu beranjak mendekat. Rambut panjang Sakura ia sampirkan ke belakang telinganya.
"Oi! Oi! Nona Sakura, bangun sebentar, kau harus bangun dan melepas jaketmu," seru Sasuke, menampar pelan pipi Sakura yang mulus.
Namun gadis itu malah mengeluarkan suara dengkuran halus yang menandakan sudah terlelap. Sasuke berdecak, "Mau bagaimana lagi. Yah bukan salahku,"
Sasuke berniat menghiraukan gadis itu, namun melihat wajah lelah Sakura entah mengapa ia tidak tega.
Akhirnya dengan pasrah Sasuke meraih tubuh Sakura, menopangnya dengan sebelah tangannya sedangkan tangan yang lain melepas paksa jaket Sakura hingga menyisakan blouse berbahan kaos dengan pertengahan datar yang tidak terlalu rendah di bagian dadanya.
Berkali-kali Sakura meronta sehingga prosesnya sulit dilakukan. Sasuke juga mengganti celana Sakura dengan celana yang nyaman untuk dipakai tidur. Tentu saja walaupun enggan ini demi Sakura agar bisa tidur tanpa terganggu oleh jeans ketat panjang yang dikenakan sebelumnya.
Tanpa sadar mata Sasuke menyapu ke seluruh tubuhnya, dari sepasang kaki Sakura yang jenjang dan putih terawat, perut datar gadis itu sedikit mengintip dari bajunya, tangan ramping Sakura terpatri di sebelah kepala dan di atas paha rampingnya yang dibalut short pants yang hanya mampu menutupi sedikit pahanya, nyaris memperlihatkan bokong Sakura, wajah merona merah Sakura menjadi pemandangan paling menarik baginya, dengan helai rambut yang selalu terlihat berkilauan dan halus bertebaran di bantal. Melihat Sakura berbaring di hadapannya dengan berpakaian seperti itu, ingin rasanya Sasuke menyentuh kulitnya yang sehalus kapas.
Tentu saja sejak dulu Sasuke menyadari bahwa Sakura memang cantik, indah, dan mempesona. Ia menduga tak ada seorang pun yang kuasa menahan gejolak ketika disuguhi pemandangan menakjubkan semacam ini. Tapi ada sesuatu yang lebih menggebu yang sanggup membuatnya menegang.
'Tidak Sasuke, dia itu majikanmu. Kau tidak boleh menyerangnya, terutama di saat gadis muda itu tengah dalam keadaan tidak sadar.'—batin Sasuke sangat berusaha menahan hasrat memiliki Sakura.
Lelaki itu menyelimuti Sakura sebelum pikiran-pikiran tak senonoh semakin melenyapkan sisa kewarasannya. Setelah bangkit dari duduknya, Sasuke mengamati Sakura yang masih terlelap, padahal dia sedikit kasar saat memindahkannya tadi.
Sakura tiba-tiba meraih tangan Sasuke dan membantingnya hingga ia tersungkur ke arahnya, ringisan keluar dari mulut Sasuke.
Pada saat itu, dalam keheningan, Sakura yang diambang antara sadar tidak sadar mendekatkan wajahnya, dalam pandangan gadis itu ia seperti melihat ilusi Sasuke memandangnya meskipun terlihat buram.
Seketika itu juga, hatinya berdebar kencang. "Ternyata kau sudah bangun," Sasuke menjauh dari posisi mereka yang dilihat bagaimana pun berbahaya, terutama statusnya hanya sebagai pengawal Sakura.
Gadis itu terlihat biasa saja saat melirik pakaiannya, entah belum sadar atau saat Sasuke mengganti bajunya ia pura-pura tidur.
Sakura membuka mulutnya, "Kau tahu apa yang akhir-akhir ini mengusik pikiranku?" mulainya setengah cegukan. "Bila kau tak datang ke sini mungkin perasaan terkutuk ini tidak pernah muncul. Sampai saat ini aku masih kagum padamu," efek mabuk membuat Sakura mengatakan segala unek-unek di dalam hatinya.
Sasuke menajamkan tatapannya, kembali pada pikirannya yang sukar ditebak.
"Aku menyukaimu."
Sayang, senyum tipis nan singkat pria itu tak terlihat oleh Sakura. "Benarkah?" Tatapannya beralih ke helaian poni tipis yang menjuntai di kening Sakura.
Sakura mengamatinya, bertanya-tanya apa yang sebenarnya ada dalam kepala pria itu. Apa orang di hadapannya ilusi sungguhan? Kenapa pernyataan cintanya seakan-akan merupakan sesuatu yang biasa?
"Kau tidak terlihat kaget," ucap Sakura perlahan.
Hening.
"Bagaimana dengan perasaanmu padaku? Apa aku bagimu?"
"Kau mabuk, Nona Sakura,"
Sasuke mengalihkan pembicaraan, masih di posisinya tanpa menatap Sakura, tapi ketegangan yang mengalir darinya mulai membuat Sakura makin berdebar.
"Berhenti memanggilku Nona, aku tidak manja!" bentak Sakura kesal. Sasuke cari aman, sebaiknya ia menurut saja.
Sakura ingin Sasuke dapat menceritakan isi hatinya. Bagaimana pun juga ia telah mengatakan secara gamblang—meski dalam keadaan setengah mabuk—kepada Sasuke, hal pribadi yang tak pernah diceritakan pada siapa pun. Adalah sangat mengganggu baginya saat Sakura memiliki kesempatan untuk melakukan itu, namun sebaliknya, keinginan agar Sasuke bisa sedikit saja penuh perhatian dalam hal ini, pria itu tidak berkata apa-apa. Bahkan reaksinya teramat dingin.
Kemarahan Sakura terhadap Sasuke yang masih saja diam semakin meningkat.
Sakura tidak mampu menahan diri. "Hanya itu? Apa dugaan bahwa kau gay itu benar sampai kau tidak terkejut mendengarku menyatakan hal semacam itu? Apa kau sama sekali tidak berdebar?"
"Bukan, bukan seperti itu,"
"Lalu apa? Aish–kepalaku pening sekali," bisiknya lemah. "Kalau memang benar kau bukan gay bisa kau ceritakan tipe perempuan seperti apa yang kau suka?"
"Dengar," Ia memotong pembicaraan. "Mau aku gay atau tidak itu bukan urusanmu, lagipula status kita hanya sebagai pelayan-majikan, tidak lebih, tidak kurang." ujarnya keras kepala.
"Aku tidak akan peduli jika saja rasa ini tidak pernah hadir!" bentak Sakura keras. Sakura bertarung dengan dirinya untuk membiarkan mulutnya terus menyemburkan kata-kata yang selama ini ia pendam. "Buktikan!"
"Apanya?" gumam lelaki itu tak acuh.
Tak mampu menahan kemarahannya, Sakura seketika bangun dan menghadap Sasuke yang masih duduk terdiam. "Buktikan padaku kalau perasaanmu padaku cuma sebagai pengawal, maka aku akan dengan lapang dada menerima keputusanmu meskipun aku harus mundur mengejarmu." ia terhenti sejenak. Mengabaikan napasnya yang memburu beserta debaran hatinya yang menelusup ke sekujur tubuhnya.
Sasuke merendahkan tatapannya dan bergelut dengan hasratnya sendiri yang ingin merengkuh Sakura.
"Sekalipun kukatakan yang sejujurnya semua perdebatan ini takkan pernah usai. Aku pikir kita sudah memutuskan supaya tidak ada yang ikut campur satu sama lain." bola mata hitam Sasuke berkilat oleh suatu emosi yang campur aduk. "Kakekmu ingin aku melindungimu saat bertemu denganku di tempat perbudakan dan saat itu aku sedang membutuhkan uang. Perasaanku tidak berubah. Aku sudah mengatakan semua yang mesti kau tahu."
"Apakah itu alasanmu bersedia menjadi pengawalku?" tuntut Sakura dalam kebingungan yang mengguncang. "Kau... Aku tidak bisa menerimanya."
"Kenapa kau menyukaiku?"
"Tidak tahu, tanyakan saja sama sikap baikmu yang selalu pengertian padaku."
"Aku bukan orang seperti itu. Kalau bukan Kakekmu aku tak sudi berada di sekitarmu,"
Gadis itu menguatkan diri, dan saat itu juga menyadari berapa banyak ia mengubur rasa sakit di dalam dirinya yang lemah oleh pria itu. "Kau bukan pembohong ulung, Sasuke."
"Baik." ia menghela napas dengan getir. "Jika itu yang kau mau. Kau bisa keluar dari apartemen ini, jangan pernah temui aku lagi, mengenai Kakek itu urusan gampang aku bisa—Hmmp..."
Dan tanpa pertanda sama sekali, tangan kekar Sasuke menarik tengkuk Sakura mendekat dan menempelkan bibirnya tepat di bibir tipis merah muda menggoda itu.
Jantung Sakura berdentum-dentum ketika Sasuke memberondong bibir Sakura dan membuat tubuhnya membeku. Bahkan saat ini rasa suka dalam diri Sakura terhadap laki-laki konservatif itu terasa semakin menderas, tapi Sakura menikmati setiap gesekan sensual bibir Sasuke di kulitnya.
Sakura memejamkan mata, hampir tidak habis pikir pada tindakan Sasuke, seenak hati berkata sarkastik kepadanya lalu sekonyong-konyong menciumnya.
Bau Sasuke terasa maskulin, dan saat tangan Sakura terpatri di lengannya untuk mendorongnya, ia merasa sengatan panas dari kulit pria itu ketika Sasuke justru balas menarik pundak telanjangnya.
Sakura mulai bertanya-tanya apakah ini semua hanya mimpi. Kalau memang begitu ia berharap kenangan indah ini terus tertanam dalam memorinya.
Sasuke mengecap bibir bawah Sakura lalu bibir atas Sakura, lidahnya keluar dan menyentuh sudut bibir Sakura dan mengusapnya pelan bibir gadis itu membuat Sakura sedikit terlonjak kaget, saat Sasuke tanpa sengaja menggigit bibir Sakura reflek perempuan itu menonjok pipinya.
Sakura menarik napas panjang-panjang setelah Sasuke terpental dari kasur. Wajahnya merah padam akibat efek alkohol dan sentuhan Sasuke.
Terkesiap oleh pukulan serta penolakan Sakura, lelaki itu duduk di posisinya terjatuh, tak bergeming dengan ekspresi bodoh.
TBC...
A/N : waduh saya buat fict baru lagi, konfliknya emg pasaran sih tapi author sgt berusaha membuat cerita ini menarik...
Maaf semuanya saya blm bisa selesaiin TF chapter 9, sbnrnya masih bingung mau gmna nuturin penyelesaian Utakata yg tepat, bagi saya agak rumit, tp saya akan berusaha.
Karena lg bingung akhirnya cari inspirasi yang sekiranya nyambung sm fict TF, tp malah dpt ide ini abis nonton anime black butler..hohoho! Tiba2 kebayang punya butler kek Sebastian! Kya kya kya!*tebar bunga*
Eh gila saya nulis hot scene di fanfict ini -_- agak embarrassing sih tp mau coba sesekali.. Wwwwww
Baru kali ini nulis yg namanya alkohol kek bir sm wine, jd klo misalkan ada yg aneh tolong dimaklumin :'3 oh, chap dpn kayaknya gk ada jus lemon deh em... Tapi cuman hot scene *sama aja baka* persiapin granat aja yak buat yg sasulover :'v
Saya udh buat cerita yg lumayan pendek ini sampai tamat. Akn saya update sekali seminggu jika ada kesempatan.
Sampai jumpa.
By,
Karen
