Gadis itu dengan kesal berjalan menjauhi meja bos besarnya. Dengan tampang cemberut dia mendudukan tubuh rampingnya di kursi yang baru saja jadi miliknya. Tangan lentiknya dengan segera menari indah di atas keyboard, matanya memandang lurus ke arah layar computer. Membaca satu persatu tugas yang diberikan oleh bosnya dan mulai mengerjakannya dengan teliti.
"Tuan sombong itu selalu menyebalkan, aku sangatttt benci dia. Semoga Tuhan memaafkan segala kesombongannya itu." Gadis cantik itu menggerutu pelan dengan nada sinisnya. Sementara itu atasan si gadis yang duduk tak jauh darinya hanya tersenyum jahil saat melihat kelakuan sekretaris barunya itu.
Fairy Tail milik Hiro Mashima
Be Mine by Nalu D
Warning : Gaje, Typo, OOC, Gomenasai!
RnR, dipersilahkan!
Lucy POV
Hari ini tepat aku dua bulan sudah aku bekerja disini. Disebuah perusahaan yang bisa dibilang ternama. Aku bekerja sebagai seorang sekretaris dari pemilik perusahaan ini. Aku sendiri bernama Lucy Heartfilia, 22 Tahun, rambut pirang, kulit bisa dibilang putih dan tinggi kurang lebih 160cm. Kedua orang tuaku sudah lama meninggal, karena itulah saat ini aku hanya tinggal sendiri, di apartemen yang terbilang sederhana dan pastinya uang sewa yang masih bisa dijangkau oleh keuanganku.
Seperti biasanya, tugasku sebagai sekretaris adalah mengatur jadwal harian bos ku. Mengatur deretan rapat penting yang tak terhitung jumlahnya, memenuhi semua permintaan bosku—tentu saja menyangkut pekerjaan selain itu aku tidak mau, lalu menangani beberapa pertemuan jika bos ku menyuruhnya. Kadang aku juga ikut serta dengan bosku jika dia menyuruhku ikut untuk menghadiri beberapa pesta besar para pengusaha juga beberapa meeting penting lainnya.
Jika boleh jujur, pekerjaan ku ini cukup enak dan bisa dengan cepat ku kuasai. Dan menurutku semua yang ku kerjakan lumayan baik. Sayangnya, bosku itu orangnya sombong dan kekanakkan. Selalu berkata seenak jidatnya dan memintaku untuk melakukan hal yang tidak-tidak.
Misalnya saja tadi pagi, dia memintaku untuk membuatkannya nasi goreng pedas khas bikinan emaknya dirumah. Dia pikir aku koki? Lagipula ini itu kantor bukan restoran dan juga harus khas emaknya? Dipikir aku emaknya apa? Jelas aku menolaknya mentah-mentah. Alhasil dia mengeluarkan rentetan kata-kata jeleknya lagi. Ya ampun, sungguh dia sangat kekanakkan.
DUG DUG DUG
Tiba-tiba saja terdengar suara pukulan meja yang cukup keras. Ku alihkan pandanganku dari layar computer dan melihat ke arah sumber suara, rupanya suara itu berasal dari meja si tuan menyebalkan. Saat mata kami bertemu dia mengangkat sebelah tangannya lalu menggerakan tangannya yang menandakan dia menyuruhku untuk mendatangi mejanya.
Ya ampun, apa sih salahnya memanggil namaku? Apakah suaranya terlalu mahal sampai-sampai dia memanggilku dengan begitu tidak sopannya? Sial, dia sungguh menyebalkan.
"Batalkan semua meeting hari ini dari jam 1 siang sampai seterusnya." Titahnya begitu aku sampai di meja kebesarannya itu.
"Baik." Aku hanya menjawab singkat. Jika aku bertanya alasannya, yang ada dia hanya akan menceramahiku dengan kata-katanya yang kekanakkan. Sudah sepuluh detik berlalu, kurasa hanya itu yang ingin diperintahkannya. Kalau begitu aku akan kembali ke mejaku dan mulai menyusun ulang jadwalnya serta memberitahukan para klien.
"Hey, kau mau kemana? Aku kan belum selesai. Dasar bodoh." Seketika aku menghentikan langkahku dan berjalan kembali ke arahnya. Tentu dengan perasaan kesal setengah mati. Jika kau belum selesai, cepat katakan!
Aku hanya berdiri berusaha memasang wajah tenang meskipun aku jengkel setelah dia mengatai Bodoh untuk yang kesekian kalinya. Detik demi detik telah berlalu dan dia masih belum mengatakan apapun. Urgh, apa sih maunya? Kenapa dia malah memandang layar komputernya dan seakan menghiraukan aku yang ada disini?
Tak lama kemudian, akhirnya dia mendongakkan kepalanya dan melihat ke arahku. Dengan sigap, aku membuka telingaku lebar-lebar dan bersiap menerima tugas selanjutnya, tapi…
"Sedang apa kau berdiri disini? Cepat kembali bekerja!" Oh My God!
Ada apa dengan si tuan sombong ini? Bukankah dia yang menyuruhku untuk kembali? Ingin rasanya aku berteriak marah ke arahnya, tapi aku masih butuh uang dan pekerjaan ini yang terbaik kecuali bosnya. Aku berusaha menekan amarahku yang semakin menjalar dan berjalan kembali ke kursiku dengan hentakan kaki yang lebih keras dari biasanya.
.
.
.
Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 1 siang. Tinggal setengah jam lagi dan aku akan bebas dari cengkraman bos sombong itu. Ah, aku sudah tidak sabar. Kemudian aku melihatnya berdiri. Yuhuuu, dia pasti bersiap untuk pergi. Kuharap dia pergi selamanya dan tak pernah kembali.
Kulihat dia mulai berjalan dan meninggalkan kursi kerjanya. Semakin lama semakin dekat padaku. Kupikir dia hanya akan melewatiku begitu saja, tapi anehnya dia justru menghampiri mejaku. Ini aneh sekali, sangat jarang terjadi.
"Kau ini bodoh atau bagaimana? Kenapa aku tak menerima jadwalku selanjutnya?" Suara baritone yang ditekannya itu membuatku merinding sekaligus kesal setengah mati.
"Bukankah tadi pagi Anda meminta saya untuk membatalkan semua meeting mulai dari jam satu dan seterusnya?" Aku berusaha mengingatkannya kembali pada apa yang dia katakan.
"HUH? Apa maksudmu? Aku memintanya untuk besok bukan hari ini." Tapi kau tak mengatakan besok Tuan Sombong.
"Anda mengatakannya hari ini." Baiklah, bisa kurasakan tatapannya semakin menajam. Mata onyxnya benar-benar menghujaniku dengan tusukan. Dia sangat mengerikan.
"AKU TAK INGAT PERNAH MENGATAKAN HARI INI." Dia tetap mengelak. Seandainya dia bawahanku, aku ku hajar habis-habisan. "Aku tidak mau tahu, atur ulang jadwalnya. Dan aku ingin semuanya selesai tepat pukul 2 siang ini. PUKUL 2!"
Lagi dan lagi. Kenapa sih dia ini nyusahin orang terus? Dan juga kenapa dia harus menekankan suaranya pada pukul 2? Pendengaranku ini masih bagus dan aku tak bodoh. Justru yang bodoh itu adalah dia.
Sekali lagi, aku berusaha menenangkan diriku. Aku menyadari posisinya. Dia adalah atasanku, sebagai bawahan aku hanya diijinkan untuk mengangguk dan menerima apa yang diperintahkan atasanku itu tak perduli sebodoh apapun perintahnya.
Tanpa berkata apa-apa lagi, dia pergi meninggalkanku sendirian. Untuk sesaat entah kenapa rasa kesal itu berganti dengan sesuatu yang lain. Mungkin karena terlalu kesal dan sering ditahan akhirnya aku merasa sakit hati. Dan tanpa kusadari air mataku mulai mengalir.
Menyadari hal itu, dengan cepat ku hapus air mataku dan menarik napas dalam. Merasa agak tenang, dengan segera ku kerjakan apa yang baru saja diperintahkan olehnya. Waktuku kurang lebih tinggal 1 jam. Aku harus cepat menghubungi para klien dan meminta maaf atas keegoisan bos ku ini.
.
.
.
Hari yang sangat melelahkan. Karena ada penataan ulang jadwal, aku harus lembur. Sudah pukul 8 malam. Mataku mulai perih dan tubuhku mulai sakit. Kepalaku juga pusing. Menghadapi bos sepertinya bukanlah hal yang mudah. Membutuhkan tenaga dan mental besar agar bisa bertahan disisinya. Tak heran jika sekretarisnya terus berganti-ganti. Dari apa yang kudengar, aku adalah orang ke 21 yang menjadi sekretarisnya itu.
Dengan sikap angkuh juga bodohnya yang tak ketolongan itu, wajar saja jika banyak dari mereka yang ingin segera pergi dan menjauh darinya. Tapi aku tak akan menyerah, menyerah adalah kekalahan. Akan kutaklukan bos sombong itu hingga dia mengakui jika aku memang layak menjadi sekretarisnya.
Baiklah, ayo semangat. Tugasku tinggal sedikit setelah ini ayo pulang. Mengingat kata pulang membuat semangatku kembali meninggi.
KLEK
Tap…tap…tap…
Terdengar suara pintu dibuka dan langkah kaki seseorang. Saat aku mendongakkan kepalaku, rupanya si bos sombong itu. Ku kira dia sudah pulang. Huh, abaikan saja dia. Lebih baik aku kembali bekerja.
"Ini." Tiba-tiba saja dan tanpa kusadari dia sudah ada didepanku. Tangannya menyodorkan sekaleng kopi. "Kau pasti lelah, minumlah dulu."
HUH?
Ada apa dengan perubahan sikapnya itu?
Berkali-kali ku kerjapkan mataku. Ku cubit tanganku pelan, sakit. Bukan mimpi rupanya.
Tangannya masih tersodor ke arahku, dengan ragu ku ambil sekaleng kopi yang sejak tadi disodorkan. "Te..rima kasih." Ucapku pelan.
"Maaf karena siang tadi aku berkata kasar. What the hell?
Setelah mencaci makiku, dia meminta maaf? Oh my! Bos yang satu ini bagaikan punya dua kepribadian. Tak sanggup berkata-kata aku hanya mengangguk pelan.
DEG
Tangan itu, tangan yang baru saja menyodorkanku sekaleng kopi saat ini tengah mengacak puncuk rambutku pelan. Tangan itu terasa begitu hangat dan lembut, menciptakan suara gemuruh di dadaku. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat ke arahnya.
"Terima kasih untuk kerja kerasnya hari ini, Luce."
Ini bukan mimpi, aku jelas melihatnya. Dia tersenyum. Tuan sombong nan angkuh itu tersenyum ke arahku. Dan juga ini kali pertamanya dia memanggil namaku. Luce?
Terserah dia mau memanggilku apa, yang jelas senyumannya saat ini benar-benar mengalihkan duniaku. Membuat dadaku semakin bergemuruh. Bisa kurasakan wajahku memanas.
Sebelum aku sempat berkata lagi, dia pergi meninggalkanku. Tak lama kemudian, aku mendengarnya tertawa. Sebuah tawa yang terdengar mengejek bagiku.
Urgh!
Kenapa aku baru menyadarinya? Rupanya bos ku hanya bermain-main denganku. Uh, sungguh dia sangat menyebalkan aku membencinya!
Meskipun begitu, aku heran kenapa bahkan setelah dia pergi, tempat yang tadi disentuhnya masih terasa hangat membuat jantungku semakin berdegup kencang. Aku penasaran, apa kiranya yang ku alami ini?
TBC
