Camo
Kim Jongin – Oh Sehun / Just freakin fantasies / Mature
Kamuflase adalah cara terbaik untuk bertahan hidup…
…
…
…
_WARNING! NOT FOR CHILDREN…
MAKE SURE U R IN 18+ FOR READ THIS FICTION!
HARD TO WARN YOU!_
…
…
…
"Hai tampan!" Aku mengerling, membelai wajah yang begitu memesona. Memberikan ribuan sengatan sensasi menggelikan yang begitu gila.
Seduktifitas menguasaiku sepenuhnya. Aku hanya menggoda tapi aku juga merona.
Melepas bathrobe sewarna tulang dan menjatuhkannya kelantai.
Wow! Aku sangat mengagumi tubuh ini!
"Sempurna!" Menatapi ujung kaki hingga kepala. Aku meringis setengah gila.
Mata coklat itu memandangku, matanya sayu dan bulat. Tatapan penuh sensualitas menggairahkan. Hidungnya juga kecil dan gigi depan bagai kelinci. Aku sungguh mengagumi. Oh Tuhan! Kau sempurna Kim Jongin!
Aku membaca mantra itu berulang kali ketika menatapi bayangan diri didepan cermin.
Aku butuh air suci untuk menjernihkan pikiranku. Memandang tubuhku yang Indah seperti jalang.
Menggigit bibir bawah menggoda. Seolah aku tengah berlatih menjadi seorang penghibur hanya untuk pria tinggi yang akan kutemui. Aku ingin bercinta dengannya. Idiot!
Aku hanya memuja tubuh manusiaku, ingin merasai bagaimana persetubuhan luar biasa yang beberapa kali kudengarkan, mendapatkan sensasi kejut fantastis yang menggairahkan. Suhu tubuhku selalu panas hingga Baekhyun mengira aku demam dibeberapa waktu.
"Jongin!" Baekhyun nongol dari balik pintu. Menampakkan kepalanya yang mungil ketika aku masih telanjang didepan cermin. Keahliannya dalam menemukan kombinasi kunci begitu mengejutkan.
"Sehun telah menunggumu dibawah!" Mengambil bathrobe dengan santai sebelum memutar badan melihat Baekhyun.
"Wow, tubuhmu makin Indah saja, Jongin!" Aku yakin Baekhyun akan membola lagi. Kalimat itu sudah terlalu sering diucapkannya ketika mendapatiku bertelanjang.
"Aku sudah mendengarnya ribuan kali, Baek!" Meneguk segelas air diatas nakas, aku meraih kemeja serta celana bahan yang menggantung Indah diantara sisian kayu lemari pohon oak yang kokoh.
"Kusarankan untuk tetap memakai bathrobe ini jika kau menginginkan Sehun malam ini!" Baekhyun melangkah masuk, duduk pada sisian ranjang sembari melihatiku berganti. Hal itu sudah jadi kebiasaannya.
"Kau gila? Aku tak ingin mengorbankan diri untuk menempuh bermil – mil jarak untuk mencapai Virginia!" Lalu memasang syal tipis diatas jas hitam yang kububuhkan. Sempurna aku nampak sempurna! "Memangnya kau mau mendapati teman tampanmu ini demam hanya karena kasus bathrobe?"
"Aku tak akan memaksa! Hanya saja aku menyarankan!" Sial! Baekhyun itu orangnya persuasif serta provokatif.
Sudah cukup pikiran liar menginvasi sementara tuntutan profesi sebisa mungkin harus kupenuhi. Keinginanku hanya fantasi semata. Sehun orang yang sangat teratur dan profesionalitasnya patut diacungi jempol. Aku hanya dituntut untuk menelan ludah serta menahan ereksi tiap kali menangani satu kasus dengannya.
Tubuh atletisnya sungguh menggairahkan. Mengacaukan pikiran dan aku selalu terpana. Mungkin dia tahu, Baekhyun bilang, aku secara terang – terangan mendambanya.
Menuruni tangga dengan pukulan pantofel yang cukup keras, sebenarnya aku gugup ketika mendapati Sehun tengah melipat kaki diatas sofa. Mantel panjang yang dikenakannya membuat penampilan semakin maskulin.
Menggigit bibir bawah, melihat tangannya yang kokoh serta bahu lebar, aku bisa merasakan kehangatan dalam rengkuhannya. Pikiranku menjadi sangat liar, membayangkan satu waktu bercumbu dengan intensitas dalam dan panjang. Gila! Sial! Otakku jadi tak waras.
"Sudah siap?" Aku tersentak berlebihan. Matanya masih fokus kedalam koran berbahasa Spanyol yang khusus diantar tiap jam enam lewat paket.
Dia berdiri dihadapanku, dengan aura arogansi yang kuat dia memandangku rendah. Tatapannya mengintimidasi, jika pertahanan mentalitas tak sekuat baja, mungkin aku sudah menciut dan berlari ke sudut ruangan dengan isakan tertahan.
Dia pria putih berpostur tinggi. Seorang Kanada yang terlempar jauh ke Seattle demi pengejaran buronan berlian. Kami berasal dari Departemen penyelidikan yang sama, dan dia sudah berada di Washington jauh sebelum aku bergabung.
Aku berasal dari laut pasifik, dan tak ada yang mempercayainya. Haha! Bodoh! Hanya anak – anak di daycare yang akan mempercayai kata – kataku. Membayangkan tempat asalku sebagai negri bawah laut yang Indah seperti di negri dongeng.
"Aku siap" Kataku mantap. Menatap matanya yang tajam bagaikan belati.
Kami akan memulai perjalanan ke kota Virginia. Status terakhir sang buronan beberapa jam lalu setelah mendapat kabar dari kantor Departemen.
"Apa kau sudah bawa mantelmu, Jongin?" Jondae keluar dari kamar dengan hidung memerah. Suaranya serak dan syal tebal melilit lehernya lebih dari satu. Aku heran, dia memilih hari ini dari hari – hari sibuk yang lain untuk mendapatkan flu di musim panas.
"Ya, aku sudah!" Menunjukkan satu mantel panjang ditangan kiriku. Disaat itu Baekhyun keluar dengan dua koper besar.
"Kepala tim forensik Park akan datang beberapa jam lagi. Kalian bergegaslah, kami akan menyusul!" Seperti melakukan pindahan besar – besaran, kami membawa awak anggota yang tak sedikit.
Ada satu kasus pembunuhan di distrik delapan terjadi di kota Farmville semalam, setelah itu dini hari terjadi pencurian di sejumlah toko perhiasan didekat simpang lima. Aku dan Sehun akan berangkat lebih dulu, sedang Baekhyun akan menunggu tim forensik hingga malam nanti, dan mungkin Jongdae juga akan ikut rombongan Baekhyun jika pusing dikepalanya sudah menghilang. Dia terkena demam semalaman.
Aku dan Sehun bersama menaiki mobil Porsche 911 milik Sehun pribadi. Warnanya putih dan modelnya terlalu nyentrik untuk ukuran detektif sekelas Oh Sehun.
Mataku berkeliling melihat interior mobilnya. Bukannya norak, tapi aku hanya mengkalkulasi ruang gerak didalam sini untuk sebuah percintaan singkat. Sial! Otakku konslet lagi.
Dengan kecepatan maksimum Sehun membelah jalanan Seattle. Kurasa tak sampai tiga jam kami akan menemui Virginia. Sebuah kota suburban yang sebagian penduduknya merantau di luar kota, dan akan pulang saat petang tiba.
Tak ada percakapan apapun diantara kami selain aku yang bersenandung secara random. Aku melihat sekilas kearah Sehun. Nampaknya ia sama sekali tak terganggu, jadi aku melanjutkan acara bernyanyi gagu. Tak hafal lirik, hanya mengikuti akhiran lagu lawas dari kumpulan pemuda The Beatles. Aku tahu sebenarnya Sehun lebih menyukai aliran music metal rock yang menggebu. Tapi selama dia terlihat nyaman, sepertinya tak masalah.
Kami berhenti di pemberhentian 59 di kilometer 66. Sehun memesan dua hamburger ukuran jumbo serta pepsi besar dari drive thru. Kemudian melajukan mobilnya mencari tempat teduh untuk rehat selama beberapa menit.
Tak ada percakapan apapun diantara kami. Bukannya aku tak ada topik pembicaraan apapun, hanya saja lidahku menjadi kelu jika dihadapannya.
Aku memakan burger dalam gigitan besar, dan tiba – tiba mendapati Sehun terkekeh disampingku. Ini pertama kalinya aku mendapati Sehun tertawa konyol selama hampir dua tahun mengenalnya.
"Mulutmu cukup besar untuk menghabiskan burger daging ini dalam dua gigitan ternyata" Katanya. Aku tak tersinggung, tapi kalimatnya sungguh membuatku kesal.
"Aku begitu lapar" Ungkapku jujur. Aku tak sempat sarapan ketika mendapati Baekhyun mengetuk pintu secara brutal. Entah kenapa pemuda mungil itu tak membobol kunci kamarku saja daripada mengorbankan tangannya beradu dengan pintu kayu.
"Ada noda saus di bibirmu!" Ia kembali terkekeh. Dengan bodoh, aku justru mengarahkan bola mata kebawah, mencari – cari bibirku. Namun, hal yang tak terduga terjadi, tiba – tiba Sehun meraup bibirku kedalam bibirnya, menjulurkan lidah untuk membersihkan noda saus. Aku membola, kenapa harus dengan cara ini?
Pikiranku kembali gila. Sehun kembali memporak – porandakan pertahananku yang berangsur waras. Jantungku kembali berdetak tak karuan.
Aku mendorong dada Sehun untuk menjauh. Nafasku memendek atas tindakan tak terduganya. Dia kembali tertawa, mungkin menertawakanku yang sudah memerah. Dia melihat jalanan lewat kaca depan mobil nyentriknya, sebelum kembali memandangku dan kembali mencium bibirku.
Gila! Apa aku dan Sehun akan bercinta disini? Ah, sepertiya pengaruh Baekhyun dan Jongdae sungguh berdampak padaku. Para manusia itu keterlaluan mencekokiku dengan semua film biru mereka. Jadi ini yang namanya bercumbu mesra?
Ciuman Sehun sungguh terburu, mendorongku hingga aku terhimpit antara tubuhnya dan bangku penumpang. Aku gila oleh seduktifitasnya.
Tubuhku memanas tiba – tiba, kepalaku pusing tujuh keliling entah kenapa. Nafas tercekat dan keringat membanjiri. Aku tahu ada yang salah dengan diriku.
Memukul dada Sehun sekali lagi secara brutal. Aku menuntutnya untuk melepaskanku. Tengkukku terasa memanas, memberi gelenyar dahsyat disetiap saluran nadi. Aku memejam, sebuah tanda seperti bekas sayatan dipundak kiriku terasa menyakitkan. Seperti tertikam, aku tak tahu kenapa hal ini terjadi.
Membuka pintu kemudian berlari keluar menuju salah satu pohon dipinggir danau. Nafasku tersenggal dan meremat kuat – kuat bajuku. Satu ciuman sungguh berdampak besar bagiku. Aku tak tahu, apakah percintaan juga akan semenyakitkan ini.
Merogoh saku jas, aku mencari – cari pil hitam yang selalu kubawa. Sepertinya aku akan berubah saat ini juga. Ini bukan waktu dan tempat yang tepat. Meski air terbentang luas dihadapanku, tapi Sehun akan tahu dan hal itu berbahaya.
Tapi sial! Sekali lagi aku mengumpat, aku tak menemukan satupun pil yang kusimpan disaku jas, aku kelimpungan dan disaat itu Sehun datang menghampiriku.
Aku masih menggigit bibir dengan kencang, menahan pening dan hawa panas yang menjalari tubuhku. Gelora untukku menyelam kedalam air semakin membahana. Namun aneh, hawa sejuk seolah berhembus ketika Sehun meremat pundakku, pundak kiriku tepat pada luka sayatanku.
"Jongin, kau ok?" Tanya Sehun sedikit khawatir. Nada gelisah yang baru pertama kali kudengar.
Aku hanya menatapnya sekilas, meraih satu tangannya untuk kugenggam. Perasaan aneh menghampiriku lagi, sebelum satu suara menginterupsi rasa sakitku.
"Dia penawarmu mulai sekarang, Jongin! Kau tak akan membutuhkan pil hitam itu lagi" Satu ikan berdahi benjol sejenis arwana melintas. Aku dapat berkomunikasi dengan mereka. Aku hanya menatapnya tak mengerti, sementara dia berenang – renang mengejek. Aku mendelik padanya. Aku mengenalnya sebagai Nirva. Ikan idiot yang selalu muncul dimanapun.
"Hei, bagaimana bisa?" Aku berteriak tak terima ketika ikan itu tiba – tiba menyelam lebih jauh meninggalkanku. Lagi – lagi aku lebih idiot daripada Nirva, hingga membuat Sehun mengernyitkan dahi.
Bukannya tak suka jika pada akhirnya aku harus bergantung pada Sehun. Namun, aku tak ingin Sehun mengetahui rahasia terbersarku jika intesitas waktu bertemu kami menjadi lebih sering. Aku hanya beberapa kali membayangkan Sehun sebagai obyek fantasiku, itu saja. Selebihnya aku mengaguminya.
"Kau ok?" Mungkin sekarang Sehun sudah menganggapku gila.
Aku hanya menggeleng, memberitahunya bahwa aku baik – baik saja. Wow! Seorang Oh Sehun mengkhawatirkanku?
"Maaf tadi…" Aku meraih kerah kemejanya, membungkam bibir Sehun dengan bibirku kilat. Aku bahkan terkejut akan spontanitas.
"Kita harus segera sampai Farmville dua jam lagi!" Lalu berlari meninggalkan Sehun. Ah idiot!
…
…
…
_To Be Continued_
Just freakin blah my brain XD
Satu ide konyol menginvasi pikiran XD
Bukannya lanjutin ff lainnya, eh malah buat ff chapter lagi dengan fantasi gila XD
Ini tu gara – gara Oni yang terus bilang aku mesum, makasih lo ya :)
Sama fanart yang kamu kasih tu berfaedah sekali :)
Masih gak ngerti ya? Ehehehe… ditunggu aja kelanjutannya XD
Emang ada yang mau? XD
Mian XD
Em, dan aku mendapati bahwa review itu sungguh berdampak besar bagi si penulis ya XD
Duh, ngomong apaan sih aku?
Btw, semoga suka XD
(Best Regards… Caesarinn)
