1 lagi fanfiction WonKyu untuk WKS,...
HOPE U ENJOY MY ABSURD FANFICTION,...
Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Aku benar-benar bisa gila. Bagaimana aku bisa hidup di tengah kota Seoul yang kejam ini hanya dengan uang yang tak seberapa. Kutoleh Changmin yang tengah sibuk dengan pizza nya, mungkin dia bisa mencarikanku pekerjaan. Tapi aku tak yakin dia akan memberiku pekerjaan yang normal dengan gaji yang lumayan besar.
"Hey, Changmin ah?" panggilku pelan.
"Hmm?" jawabnya dengan mulut penuh.
"Bantu aku, aku butuh pekerjaan, atau paling tidak beberapa lembar uang."
Kulihat dia menaikan sebelah alisnya. Sepertinya bingung. Baiklah, apa permintaanku kurang jelas, atau memang otaknya terlalu bodoh untuk mencerna perkataanku. Karena ia tak mengeluarkan sepatah katapun, tapi mungkin dia menunggu makanan yang belum selesai dikunyahnya itu turun ke tenggorokannya sebelum menanggapiku.
"Baiklah, sepertinya pangeran tampan kita sedang dalam masalah ekonomi," ucapnya setelah susah payah menelan pizza di dalam mulutnya.
"Kenapa kau tidak mendekati gadis-gadis kaya itu dan meminta uang pada mereka untuk sebuah kencan seperti yang biasa kau lakukan?" lanjutnya setengah meledekku.
"Yak! Itu bukan kencan, tapi. Mereka memintaku mengajari beberapa materi yang tak mereka pahami."
"Aku tidak pernah tahu jika mengajari orang bisa membuat leher mu merah, apa kau alergi?" sindirnya lagi.
Aku mendengus kesal. Pasalnya setiap kali mereka memintaku mengajari mereka pasti selalu di akhiri dengan penyerangan sexual terhadapku, meskipun hanya sebatas ciuman kasar. Yah, aku tahu aku memang sangat tampan dan menggoda. Tapi berlahan-lahan hal itu membuatku sedikit takut pada mereka. Dan, apakah mereka tidak bisa menahan sedikit. Benar-benar menjijikkan.
"Jangan memulainya Shim Changmin."
"Baiklah Pangeran, aku hanya bercanda. Jangan dianggap serius." ujarnya smabil tertawa.
Bagus. Tertawa sana sampai kau tersedak dan mati karena hal yang sangat kau cintai. Makanan berlemak yang sangat lezat itu.
"Aku ingat, temanku butuh seorang pelayan di bar nya."
"Bar?" tanyaku memastikan.
"Iya, kenapa? Kau sudah lebih dari cukup umur untuk masuk ke sebuah bar Kyu."
Aku menyangsikan bar yang dimaksud Changmin adalah bar normal. Aku tahu dari kalangan apa teman-temanya. Hey, tapi aku sangat membutuhkan uang, tidak maksudku pekerjaan saat ini.
"Besok, jam 8 malam, kita kesana kalau kau mau. Baiklah Kyu, aku ada kelas lima belas menit lagi." ucapnya lalu berlalu pergi dari hadapanku.
(─‿‿─)(─‿‿─)(─‿‿─)
Aku memasuki sebuah pintu dengan seorang penjaga berwajah menyeramkan di hadapanku. Sedetik kemudian wajahnya terlihat jauh lebih ramah setelah melihat Changmin di belakangku. Pasti dia sudah amat sering kemari.
Kami lalu masuk menyusuri lorong yang gelap dengan lampu biru yang remang, sejurus kemudian terdengar alunan musik entah apapun itu jenisnya aku tak tahu. Mengalun keras, menghentak-hentak ruangan yang membuat jantungku seakan berdentum keras. Dan didepanku mulai terlihat orang-orang yang menggerakan tubuh mereka mengikuti irama musik dengan gaya yang berbeda-beda.
Aku terus berjalan mengikuti Changmin, dan ketika aku duduk di sebuah kursi di depan seorang barista yang sibuk dengan campuran minumannya aku baru sadar ada yang aneh di bar ini. Aku tak tau apa itu, tapi aku yakin ada yang aneh. Kucoba meneliti sekelilingku sedangkan Changmin pamitan untuk menemui seseorang yang dia bilang pemilik bar ini.
Lalu aku sadar sesuatu ketika melihat seorang penari tiang yang dikerumuni beberapa laki-laki berbadan kekar. Semua yang ada di sini adalah laki-laki. Bahkan penari bertelanjang dada itu. Mendadak bulu kudukku berdiri ketika menyadari di bar seperti apa tempatku berada sekarang. Aku berdiri dari kursi ku dan hendak melangkah pergi, tapi cengkraman di lenganku membuatku terkejut.
Kulihat Changmin bersama seorang laki-laki berwajah maskulin. Dia, orang yang bersama Changmin itu mengamatiku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sedetik kemudian sebuah senyuman terukir di bibir tipisnya. Lalu menganggukan kepalanya.
"Dia diterima," ujarnya di antara suara musik yang bising tapi masih dapat tertangkap telingaku.
Baiklah, aku tahu apa maksudnya tapi kurasa otakku terlalu lamban untuk memprosesnya sehingga ekspresi bingung pasti terlihat jelas di wajah tampanku. Setelah beberapa detik berlalu, aku baru bisa menormalkan raut wajahku dan mencoba memasang wajah se-cool mungkin.
"Kau bisa mulai bekerja besok," katanya semabari duduk dan membuatku reflek mengikuti apa yang ia lakukan.
"Tunggu dulu, pekerjaan apa yang akan ku lakukan?" tanyaku penasaran.
"Hanya mengantarkan pesanan pada para pengunjung," ucap Chanmin.
"Kecuali jika kau ingin uang tambahan," lanjutnya sambil tersenyum mengejekku.
Aku menatapnya tajam tanda tak bersahabat. Tapi kemudian dia malah tertawa cekikikan tak jelas. Kurasa dia mulai lapar.
Apa yang harus ku lakukan? pasrah bekerja di sini atau berusaha mencari pekerjaan normal yang lain? Tapi kurasa uangku tak cukup hingga saat itu. Baiklah, hanya mengantar minuman, tak lebih. Kataku-kata itu ku ucapkan berkali-kali di kepalaku. Berusaha yakin jika semuanya baik-baik saja. Ya, hanya mengantar minuman, bukankah itu pekerjaan yang sangat mudah dilakukan oleh orang sepintar aku?
(─‿‿─)(─‿‿─)(─‿‿─)
Kurapikan dasi kupu-kupu yang melekat erat di kerah leherku. Pakaian ini sungguh membuatku sesak, ditambah lagi suasana menjijikkan di sini. Mungkin aku sudah gila hingga mau bekerja di sini. Tapi gajinya lumayan. Bahkan aku bisa terus hidup tanpa kekurangan makan dan mengkhawatirkan uang untuk membuat tugas kuliahku.
Sejauh ini semuanya berjalan lancar tanpa harus membuatku kehilangan kewarasan. Meskipun kadang- kadang ada beberapa oarang yang meremas pantatku dengan seringaian nakal di wajah mereka, atu ajakan untuk becinta.
Tapi aku berhasil menolaknya tanpa mengeluarkan kata-kata makian atau sumpah serapah dari bibirku. Bahkan aku sendiri heran bagaimana aku bisa menahan diri sejauh itu. Karena biasanya aku takkan mampu untuk tidak berkata kasar lebih dari semenit jika aku sedang kesal dengan seseorang.
Kulihat Yunho - pemilik bar ini yang ternyata juga merangkap sebagai pacar Changmin - melangkah mendekatiku. Dia kemudian menyuruhku untuk mengantarkan minuman ke ruang VVIP. Sebenarnya ini pertama kalinya setelah dua minggu bekerja di sini aku ke ruang VVIP, entah kenapa ini membuatku sedikit, takut. Meskipun aku tahu di dalam ruangan itu hanyalah seorang manusia bertangan dua sama dengan ku, hanya saja, mungkin status sosialnya yang jauh lebih tinggi. Dan itu seperti sebuah tekanan tersendiri.
Aku bisa melihat seoarang laki-laki berpakian mahal duduk di dalam ruangan yang pintunya terbuat dari kaca tembus pandang. Kubuka pintu itu berlah sambil menjaga minuman beralkohol yang entah apa namanya agar tidak jatuh di nampanku.
Dia menoleh ke arahku, mengernyitkan alisnya sekilas kemudian fokus kembali ke smartphonnya yang dari tadi ia genggam. Apa dia baru saja mengacuhkanku? Apa dia tak tahu jika semua orang di sini tak bisa memalingkan matanya dariku ketika aku ada di dekat mereka. Tunggu, kenapa ku terdengar seperti menikmati semua ini.
Aku berdehem, kemudian meletakkan minuman di mejannya. Dan dia masih tetap tak melihat sedikitpun ke arah ku. Entahlah, di acuhkan seperti ini membuatku sedikit merasa, kesal.
Aku membungkukkan badanku, merendahkan diriku. Jika saja bukan karena semboyan aneh tamu adalah raja, dan juga posisiku sebagai pelayan yang pasti jauh lebih rendah daripada laki-laki tampan di depanku ini, aku sungguh tak mau melakukannya.
Aku memutar badanku hendak keluar dari ruangan ini, tapi suara barito nya yang mengalun menyuarakan sebuah kalimat menghentikan tanganku yang hendak meraih kenop pintu.
"Jadi, kau Kyuhyun?" tanyanya dengan nada meremehkan.
"Ne," jawabku sambil memutar kembali tubuhku menghadapinya.
"Aku penasaran seperti apa dirimu sampai semua laki-laki yang pernah datang ke sini membicarakannmu."
Aku tertegun, sepopuler itukah aku? Hhaha, kurasa tidak berlebihan jika aku merasa sedikit bangga.
Ia meletakkan smartphonnya di atas meja lalu menyilangkan tangannya di depan dadanya. Mengamatiku dari ujung rambut hingga kaki seperti yang di lakukan kebanyakan orang di bar ini ketika melihatku, bedanya tidak ada seringaian nakal di bibirnya. Hanya tampang merendahkan yang entah kenapa membuatku sedikit kesal. Banyak sebenarnya.
Oh, sial. Aku jadi terlihat salah tingkah. Kalian tahu, hanya terlihat. Karena pada dasarnya aku tak akan pernah salah tingkah di depan siapapun. Termasuk di depan laki-laki tampan berbibir joker di hadapanku ini. Apa aku terdengar memujinya? Tidak! Aku hanya berkata jujur. Sudah, itu saja. Tak lebih.
"Kau, biasa saja."
"Mwo?" ucapku reflek, tapi cepat-cepat ku tutup mulutku. Aku jadi terlihat bodoh.
"Ah, membosankan ternyata."
Dia berdiri dari kursi empuknya kemudian berjalan mendekatiku. Menatap mataku tajam. Tidak, kenapa matanya seperti mengunciku. Membuatku tak bisa bergerak.
Wajanya mendekati wajahku, kemudian memiringkannya sedikit. Membuat bibirnya berada tepat di telingaku. Membuatku sedikit merinding merasakan hembusan nafas dari hidungnya yang mengenai tengkukkku.
"Kita lihat, apa yang istimewa darimu," bisiknya dengan sura rendah yang terdengar sexy.
"Appmmphhhhhh,..."
Sial, dia menciumku dengan kasar. Sangat kasar hingga kurasa bibirku sedikit perih. Dia menggigitnya. Aku mendorong tubuhnya tapi dengan cepat ia menangkap tanganku lalu mendorong tubuhku ke dinding. Tunggu, apa aku sedang diperkosa sekarang? Sial.
Bibirnya terus saja bermain di bibirku, dan entah aku gila atau apapun itu, aku mulai membalas ciumannya. Dengan sedikit liar dan desahan pelan. Kurasa aku mulai terangsang. Ah sial, dia benar-benar hebat.
Tangannya melepas cenkraman di lenganku lalu beralih ke pinggangku. Merapatkan tubuhku dengannya. Aneh, dadaku berdentum kencang karena sentuhan laki-laki yang bahkan aku tak tau namanya. Satu-satunya yang aku tahu darinya adalah, ia tampan, tinggi, berbadan bagus, kaya dan sexy. Baiklah kurasa itu lebih dari satu.
Aku, apa yang harus ku lakukan. Ini terlalu nikmat untuk di hentikan. Aku ingin lebih. Lagi pula dia tampan. Kurasa tak ada salhnya mencoba.
"Ahhh,.." desahan pelan keluar dari bibirku yang agak bengkak ketika tangannya yang entah sejak kapan. Masuk kedalam kemejaku dan memelintir putingku. Sial!
Tbc?
Hhaha, maaf. Aneh dan gaje. Apa harus kubuat rated M? lanjut gak?
