Eka's note : Met ultah buat Gilbert! (peluk Gilbert) Yup, ini adalah birthday fic khusus untuk Prussia yang berulang tahun di tanggal 18 Januari. Hadiahnya adalah... sebuah historical fic Prussia dengan Gilbert's POV! ^^ Ada sedikit peringatan! Kalimat "blablabla" bercetak miring itu isi hati atau pikiran Gilbert. Tulisan bercetak miring tanpa tanda kutip adalah deskripsi di luar Gilbert's POV (maksudnya sudut pandang saya). Dan tulisan biasa (tanpa tanda kutip dan tidak bercetak miring) adalah murni Gilbert's POV.
Genre : Poetry and angst. (yang bener aja lo, Ka! Masa orang ultah dikasih fic angst!) *dipatuk Gilbird*
Warning : Gilbert's POV, (maybe) OOC, Semi historical (atau... semi AU? *dirajam*), bahasa sulit dimengerti, alur gak jelas, dsb.
Aku yang paling berkuasa!
Semua menundukkan kepala karena aura roh penguasa dalam diriku
Semua mengakui kekuasaanku pada belahan Eropa
Bertekuk lutut akan magnet kekuatan Saxony.
Aku yang paling indah!
Dengan jubah merah berkibar indah di belakang punggungku
Dengan kain berjahit yang membaluti tubuhku dengan indah
Dengan metalik berkilat yang terselip di pinggang
Semuanya melengkapi sebagai riasan untuk penguasa terhebat sepertiku.
Aku yang paling kuat!
Mataku tak luput menangkap tubuh-tubuh yang tergeletak tanpa jiwa
Berjuta jengkal wilayah telah di bawah injakan kakiku.
Kekuatan dari sebuah kerajaan yang memperlihatkan kilauan taringnya.
.
Tapi,
hanya satu yang tak pernah terjangkau oleh diriku
Kesempurnaan yang tak lengkap tanpa satu pernyataan ini
Pernyataan yang tega meninggalkanku dan membuatku menghilang,
dihapuskan tanpa bekas
"Aku yang paling beruntung."
...Pernyataan yang hilang dalam lembaran kertas biografiku.
#
Hetalia Axis Powers (c) Hidekaz Himaruya
Penguasa yang Tidak Beruntung (c) Eka Kuchiki
#
"Wahai ksatria yang berdiri tegap di seberang laut sana,"
Siapa yang kau maksud?
"Kau—yang berdiri disana!"
Aku?
"Kaulah yang terbaik di muka bumi ini."
Benarkah?
"Jadilah negara terkuat!"
Tentu saja!
"Kekuasaan berada ditanganmu."
Ya—karena aku yang terhebat!
.
"Tapi,"
Tapi? Ada apa lagi?
"Ada satu resiko yang harus kau hadapi."
Resiko? Resiko apa yang berada di balik kekuasaan?
"Kau harus hidup dalam kesendirian."
Hanya diam—sebagai jawaban
Bahkan aku tidak tahu jawabannya.
Wahai penguasa dunia!
Merah rubimu melambangkan cinta absolut pada darah
Menyiramkan cairan merah itu dengan keran pedang metalikmu.
Wahai ksatria Teutonic!
Kemilau dan gemerlap dunia telah menusuk retina matamu
Mereka—yang dibawah kakimu—menghujatmu di balik jubah penguasamu.
Wahai pria dengan kepala berhias lembaran helaian putih!
Sudikah kau untuk mengecap kesunyian?
Hanya gelengan kepala
—karena aku tidak tahu jawabannya.
.
Aku hanya mematung di sini
Hei! Sedang apa Hungary dan Austria di sana?
Tertawa... riang gembira... senyuman...
Mereka sedang mengecap manisnya kebersamaan
Kepalaku menunduk pilu, langkahku beranjak dari tempat itu.
"Seorang penguasa tidak bisa menikah."
Tuhan, mengapa diriku harus mengecap kesendirian?
Kau tidak sendiri, kawan...
Kalimat itu terdengar seperti melodi sejuk ditelingaku.
Dua orang yang mengapitku berani mengatakan hal itu
Senyuman lembut tersungging indah di merah muda pemuda berkulit coklat itu
Diiringi gerakan naik turun kepala dengan lembaran benang pirang sehalus sutra
Mereka tengah memukul bahuku
Ya, hanya mereka.
"Tapi tidak untuk selamanya,"
Apa—itu benar?
"Karena masa perang telah berakhir."
Perang telah berakhir, dan aku kehilangan sahabat
Kumohon, Tuhan. Apa mereka bagian dari keberuntunganku?
.
Kulihat takdir menggeleng pelan
"Tidak."
Tidak adil!
Berontakan menggebu dari aliran darah dan perasaan,
...tapi tak sedikitpun tubuh ini memberi perlawanan
Bertindak untuk diriku.
Hanya berdiam diri—membiarkan takdir kesunyian menggerogoti tubuhku
...dan aku kembali ke dalam pelukan beku
Sebuah kesunyian menjadi temanku.
West...
Batu safir itu hanya menatap dingin dirimu.
Dia hanya melayangkan perasaan pilu lewat batu safirnya.
Tuhan, apakah ada pendamping untukku?
"Kau sudah memilih jalanmu sendiri."
Ya, tapi bukan seperti ini!
.
Seorang yang begitu mencintai cipratan warna merah membentuk lautan beraroma metalik
Ksatria maniak perang yang menolak ikatan janji persatuan
Membiarkan tubuhnya mengecap kesunyian
Adalah—
...penguasa yang tidak beruntung.
Tuhan, untuk apa aku harus ditemani kesunyian?
"Untuk perang,"
Untuk menguasai dunia?
"Bukankah itu rencanamu?"
Tapi masa sudah bergulir...
Lenyaplah dirimu!
Dan tubuhmu mulai memudar—terkikis oleh waktu.
Kumohon Tuhan, apa aku bisa kembali lagi?
.
"Tidak."
Masa wibawamu sudah berakhir, tuan.
Jubahmu tak lagi berkibar elok
Perang tak lagi menjajah kemerdekaan negara.
Kini kau harus menghilang,
membagi kekuasaanmu untuk dia...
—lebih tepatnya untuk dia yang berada di balik dinding
Untuk dia—adikmu.
.
Aku, hanyalah seorang ksatria haus perang
Yang kehilangan berkas keberuntungan dalam sejarah.
Tuhan, bisakah waktu kuputar?
Aku ingin menjadi penguasa yang beruntung
Saat kesunyian tak lagi hinggap dalam jiwaku
Ada orang yang mendampingiku.
"Kau tidak beruntung karena kau menolak kebersamaan."
Ya—aku tahu itu, oleh karena itu...
—bolehkah waktu kuputar?
Aku ingin menjemput dirinya.
#
Tamat
#
Eka's note : Puisinya abal! (pundung dipojokan) Emmmaakkkk! Gara-gara mabok roadshow ke SMA-SMA di Tangerang, saya jadi nulis fic abal ini! Maafin saya yang udah 'nyampah'dengan puisi gaje ini... (guling-guling gaje) Fail ending! saya beneran bingung gimana ngakhirinnya! *dirajam*
Ah, saya harus kembali berkutat dengan fic multichap saya... (pundung) gomen... saya mengalami WB yang amat parah untuk multichap. Jadi... gomen buat kalian yang menunggu lama fic multichap saya... m(_ _)m
Oke, akhir kata...
Review please?
