B.C.B

(BUKAN CINTA BIASA)

Disclaimer : D Gray Man buatan saia…. Dari Hong Kong…

Disclaimer (asli) : D Gray Man. Seluruh isi, tokoh, dan jalan ceritanya adalah milik Hoshino Katsura-sensei.

Pairing : No Pair. Tapi hubungannya CrossxFemAllenxFemlavixFemkanda

Warning : OC, OOC, NO YAOI, NO LEMON!!

harusnya ini dilakukan saat Cross Month sebelum bulan Juni.. Tapi telat nggak apa-apa kan?

Cerita ini saia dapat habis nonton Bukan Cinta Biasa, dari lagunya Afgan. Karena kayaknya bisa saia jadikan fic, yah, pake aja deh^^

Dan hebatnya, fic ini bertemu serius, dan pakai bahasa baku!! BRAVO!! Ini fic kedua saia setelah Modernization!! KYAA!!

Wokeh, selamat menikmati!



BCB 1. DRUNK

"Marian!! Marian Cross!!" seorang pria bertubuh besar mencoba menyadarkan pria berambut merah panjang yang dipanggilnya Marian Cross. "Percuma, saja, Zokaro. Dia tidak akan sadar paling tidak sampai besok pagi," ujar seorang wanita berambut ala DBSK itu sambil tertawa.

"Kalau begitu, bantu aku memapahnya, Cloud Nyne!" ujar Zokaro kesal. "Ah, cepatlah bawa dia pergi. Mengganggu tamu yang lain saja!" Bartender berambut pirang yang sedang menuangkan minuman ke dalam gelas Cloud itu juga ikut tertawa.

"Itu salahmu, River! Kenapa memberinya vodka nyaris tiga gallon?" Zokaro membentak River gusar. Bartender itu hanya mengangkat bahu, "Dia sudah membayar. Vodka itu miliknya." Cloud yang dari tadi gemetar menahan tawa akhirnya membantu Zokaro juga.

"Hei! Jangan lupa besok Jumat kalian harus manggung!" River berteriak kepada mereka dan Zokaro hanya mengangguk singkat, lalu pergi memapah Marian. Tiba-tiba River teringat sesuatu. "AH!!! CLOUD BELUM BAYAR!!" Bartender malang itu mengerang kesal.


"Hmm. Apakah dia benar-benar hidup di sini?" Cloud mengamati keadaan sekitarnya. Apartemen Marian sebenarnya cukup besar. Tapi berantakannya minta ampun. "Euh! Susu basi!" Cloud berteriak jijik mencium bau tidak sedap dari dalam kulkas Marian.

"Di mana tempat tidurnya? Apakah dia tidur dia atas sampah?" Zokaro celingukan mencari yang namanya tempat tidur. Cloud tertawa. "Letakkan saja di sofa" Zokaro menurut.

"Bahkan rumahku yang sangat berantakan pun tidak bisa dibuat seindah ini," ujar Zokaro dengan sarkastik. "Yah. Kau tahu hidupnya sangat berantakan, padahal dia guitarist berbakat," ujar Cloud sambil mencoba merapikan barang-barang di rak.

Percuma, semuanya jatuh lagi. Cloud mengerang kesal, "Kandang babi nenekku jauh lebih rapi!" Zokaro hanya tersenyum mengamati keadaan apartemen Marian yang lebih parah daripada Kapal Titanic tertabrak gunung es.

"Mau minum lagi, Cloud? Ini baru jam 11," Zokaro menawarkan. "Asal kau yang traktir!" Cloud dengan antusias memakai jaketnya lagi. Zokaro menepuk kepalanya, menyesal sudah menawari wanita ini.

"Vodka?" Zokaro mengulurkan botol minumannya. "Tidak. Sherry saja. Aku bawa motor. Takut mabuk," Zokaro mengangguk, dan memberikan botol yang lain pada Cloud. "Thanks, ZokaZoka." Cloud menenggak habis segelas sherry-nya.

Zokaro bergidik jijik menengar nama panggilan itu. Dalam sekejap, suasana jadi sepi. Zokaro gelisah, menyambar topik obrolan terdekat, "Menurutmu, sampai kapan Marian akan bersikap seperti itu?" Cloud menoleh, "Eh? Sejak Maria Cross, adiknya, meninggal karena kecelakaan… Hum. Kurasa Marian yang malang itu masih belum bisa menerima kematian Maria."

Zokaro tersenyum sedih, matanya menerawang, "Maria benar-benar bagaikan Babysitter Marian, ya? Dia lebih mirip seorang ibu daripada seorang adik bagi Marian." Cloud mengangguk setuju. "Dan sejak Maria tiada, dia tidak memiliki seorang-pun yang bisa merawatnya."

"Mungkin, kalau dia menikah…" Zokaro mendapat ide. "Tidak mungkin," Cloud langsung menolak ide Zokaro. "Pria playboy macam dia menikah? Ha ha. Seminggu setelah menikah paling-paling akan cerai."

Zokaro termangu, kata-kata Cloud itu memang benar. "Seandainya dia punya anak…"

Kali ini Cloud terdiam, berpikir. "Benar juga! Seorang anak! Kenapa tidak kepikiran?" Zokaro kebingungan, "Kamu mau membuatkan anak bagi Marian?"

Cloud menjitak sahabatnya itu dengan kesal, "Kertas, pulpen, amplop, dan perangko, Zokaro! Cepat!" Cloud bersemangat sekali. Zokaro tambah bingung, "Apa maksud…." "SUDAH! JANGAN BANYAK TANYA! CEPAT!" Zokaro berlari ke luar bar mencari toko kertas yang buka 24 jam.


IRLANDIA

"Hati-hatilah, Sayang! Semuanya sudah kaubawa? Benar-benar tidak perlu kubawakan kopermu sampai bandara?" Seorang pria paruh baya menatap anak perempuan berambut putih sebahu di depannya dengan sangat khawatir.

"Aah, Unca Mana! Kau terlalu khawatir! Dan koperku hanyasatu, bukan sepuluh!" Perempuan itu tertawa melihat kecemasan pamannya yang terlalu berlebihan. Pria bernama Mana itu menggigiti bibirnya, kentara sekali kalau dia sangat cemas.

"Ku benar-benar mau pergi ke rumah pria itu, Allen sayang?" Mana sepertinya benar-benar tidak rela melepaskan Allen yang sudah seperti anak gadisnya sendiri. Allen tertawa, memeluk pamannya sekilas, lalu berlari masuk ke dalam taksi.

"Bye-bye, Unca Mana!" Allen melambai. Mana balas melambai, menutupi wajahnya deangan sapu tangan, malu kalau kelihatan menangis. "Mau kemana, Miss?" Supir taksi tersebut bertanya sopan. "Bandara, sir!" Allen menjawab dengan riang.

"Gadis semuda nona bepergian sendirian?" Supir taksi itu menatap koper Allen tidak percaya. Allen mengangguk antusias, meremas surat yang berada dalam genggaman tangan kirinya. "Saya akan menemui papa saya, sir!"


AUSTRALIA

"Semua sudah? Jaket? Baju? Obat?" Seorang pria tua mengecek daftar barang bawaan gadis berambut merah pendek di hadapannya. "Oh, Gramps…. Aku bosan….Kau sudah mengatakannya sepuluh kali minggu ini." Gadis berambut merah itu memelototi kakeknya kesal.

Kakeknya hanya menghembuskan nafas dengan kesal. Dia khawatir pada cucunya satu-satunya ini. "Jaga dirimu baik-baik, Lavi. Makan teratur, tidur yang cukup, dan jangan lupa belajar!" Kakek itu menekan suaranya pada kata terakhir.

Gadis bernama Lavi itu tertawa. "Kalau sempat, aku akan mengirimi Gramps surat!" Lavi menyeret kopernya ke tempat transit koper untuk diperiksa. "Ah, omong-omong soal surat. Kau sudah bawa suratnya?" Wajah Lavi memucat.

"Wah! Tadi kuletakkan di kursi ruang tunggu!" Lavi dengan panik masuk kembali ke ruang tunggu. Kakeknya hanya bisa menggeleng-geleng lelah. Dasar Lavi! "Aku sudah tida sabar menemui Daddy, Gramps!" Lavi menari-nari riang memainkan suratnya.


JEPANG

"Saya pergi dulu, Okami-sama." Seorang wanita cantik berambut hitam panjang itu membungkuk ala Seikeirei kepada wanita glamour berkimono mewah di depannya. "Ah. Tentu saja. Sayonara, Yuu-chan," sahut wanita itu lembut.

"Arigatou, Okami-sama…" Yuu memeluk wanita ini, lalu melangkah masuk ke dalam limousine. "Ah, Yuu-chan?" Yuu menoleh lagi, "Ya, Okami-sama?" Wanita itu menggeleng sedih.

"Kau sungguh-sungguh mau pindah ke rumah orang itu? Bukankah semua kebutuhanmu di sini sudah terpenuhi?" Yuu tersenyum. "Terlalu banyak dipenuhi, tepatnya. Anda benar-benar sangat baik, Okami-sama."

Wanita itu menangis pelan, "Jangan sungkan, keluarga Kanda dari dulu adalah sahabat terbaikku." Yuu masuk ke dalam limousine itu, sambil melambai sekali lagi. Yuu mengeluarkan surat dari dalam sakunya dan membacanya ulang. Walaupun dia sudah membacanya berulang kali.

Yuu Kanda mendesah pelan. "Kanda-sama, sebenarnya tujuan anda ke luar negeri kali ini untuk apa?" Yuu terdiam beberapa saat, sampai kemudian senyumna-yang sangat tipis- mengembang di wajah cantiknya. "Aku akan menemui Otou-san."


Kediaman Marian Cross. Hari Rabu.

"Kepalaku…. Pusing….. hmmm….hmm…" Marian mengeluh sambil membaringkan tubuhnya di ranjang. "Tidur saja. Pusingnya akan hilang," Cloud menepuk-nepuk bahu Marian. "Mmm… Mau menemaniku tidur, Cloudy?" Marian tertawa menggoda. Cloud menghempaskannya, lalu pergi, "Dalam mimpimu, ya, Cross." Marian mengerang. "Aaah? Aku ditolak…"

Cloud meninggalkan Marian yang bergumam-gumam sendiri karena mabuk. Di luar apartemen Marian, Zokaro sudah menunggu. "Hmm? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" Zokaro menanyai Cloud yang berwajah sangat ceria.

"Hehehe. Bentar lagi anak-anak itu pasti datang! Aku tak sabar melihat perubahan wajah Cross!" Ujar Cloud sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya. Zokaro jadi agak merinding melihatnya.

"Maksudmu..?" Zokaro mengernyit tidak paham. "Jemput aku di rumahku jam 5 pagi besok." Cloud sudah separuh bersiul. "Mau kencan sepagi itu?" Zokaro menebak ngasal.

"Ngawur! Pokoknya jemput jam segitu. Aku tidak akan memaafkanmu kalau terlambat." Zokaro mengangguk pasrah. Dia masih ingat ketika dia lupa menjemput Cloud saat akan manggung, dia harus menangis menahan perih saat mandi selama hampir 2 minggu. Gara-gara dicakar Lau Shi Min, 'makhluk' peliharaan Cloud Nyne yang terkenal sangat beringas itu.

Dan Zokaro tidak mau mengalami hal yang sama. Tiga bekas cakaran Lau Shi Min yang memanjang di dadanya itu sudah terasa sangat cukup. Dia tak perlu merasakannya lagi. Cloud tersenyum penuh kemenangan. Ada gunanya juga Lau Shi Min si tukang makan itu.


Depan Kediaman Marian Cross. Hari Kamis.

"Cloud….Apa…..Benar….tidak apa-apa..?" Zokaro tidak bisa menyembunyikan nada cemas dalam suaranya. Cloud mengangguk antusias. "Tentu!" Zokaro menggelengkan kepalanya. Benar-benar tidak mengerti ide gila wanita ini. Zokaro hanya bisa berdoa. Untuk yang terbaik….


Kediaman Marian Cross. Hari Kamis.

"Bangun, Kak Mary! Sarapanmu bisa jadi bubur nanti!!" Suara gadis yang melengking tinggi itu memenuhi telinganya. Cempreng, tapi merdu. Betapa dia sangat merindukan suara indah itu.

Suara yang tak segan-segan membentaknya. Terkadang berubah jadi lembut. Terkadang berubah jadi sindiran. Suara Maria yang dia rindukan. Sudah tidak ada lagi wanita yang menyeretnya dari tempat tidur, menyuruhnya memakan sarapan yang lezat.

"Bangunlah!! Haloo..?" Suara Maria terdengar lagi. Hmm… lagi-lagi aku bermimpi… "BANGUN!!!" Dia merasakan tubuhnya ditarik tangan yang kuat, menjatuhkannya dari ranjang.

"Ha? Ha? Ap…Apa? " Dia tergagap, kebingungan. Mimpinya sungguh terasa nyata, apa-apaan ini? Dia melihat ke atas, tempat seorang gadis remaja berambut merah menatapnya kesal.

"Ma…Maria?" Marian tergagap kaget. Bukan. Bukan Maria. Wajahnya jauh berbeda. Warna mata mereka juga berbeda. Tapi, rambut merah mereka sama. Marian mengelus-ngelus kepalanya. Seingatnya, dia tidak pernah membawa gadis remaja pulang ke rumah.

"Allen! Daddy sudah bangun!" Gadis itu memanggil. Suara grabak-grubuk tergesa-gesa memenuhi seluruh apartemen. "Ah! Papa sudah bangun!" Seorang anak perempuan berambut putih sebahu memasuki ruangan.

Nah! Itu dia! Wajah yang sangat mirip dengan Maria! Tapi… warna rambut dan matanya jelas sangat berbeda. Dia bertambah bingung. Tidak mungkin, kan, dia threesome dengan gadis remaja?

"Hmmph. Sudah bangun, otou-san?" Marian mendengar suara yang benar-benar bagaikan replica suara Maria. Sesosok tubuh yang siluetnya mirip Maria itu masuk ke kamar. Gadis yang tampak lebih dewasa daripada dua gadis sebelumnya memasuki ruangan dengan anggun.

Ha? APA AKU FOURSOME DENGAN ANAK-ANAK INI? Tapi…. Dari tadi mereka memanggilku dengan sebutan…

Daddy = ayah

Papa = ayah juga, kan?

Otou-san = aku pernah belajar bahasa jepang.. Ini artinya ayah….

"EEEHHH??" Marian berteriak bingung. Dia melompat bangun, lalu menjelajahi setiap sudut apartemennya yang kini sudah sangat bersih. Dia mendengar ketiga gadis itu cekikikan di belakangnya.

Marian berlari lagi. Ruang tamu? Semua perabot tersusun rapi. Bahkan buku-buku diurutkan di rak. Kamar mandi? Wangi karbol yang lembut menguar. Semua handuk sudah diganti. Dapur? Semua peralatan masak tertata rapi. Tak ketinggalan harum omelet panggang di atas meja makan.

Marian gemetar. Memberanikan diri membuka kulkas. Dan di dalamnya sudah berjejer rapi berbagai kebutuhan hidup untuk seminggu. Sayur, daging, telur, susu, buah-buahan, dan beberapa makanan ringan lain.

Marian tidak berhasil menemukan minuman keras sedikitpun di dalam situ. Vodka, Vermouth, Guin, Martini dan Tequila koleksinya yang berkadar tinggi itu lenyap tak berbekas. Bahkan Catrew, Sherry, dan Kana yang kadar alkoholnya rendaj itu tidak ada!!! Boro-boro alkohol, bir-pun tidak ada!!

"AAAAAAAH!!!!!?????" Marian menjerit frustasi.


Di luar, Zokaro dan Cloud yang sedang menunggu mendengar jeritan Marian. "Um.. Kau yakin semuanya akan baik-baik saja, Cloud?" Zokaro melirik apartemen Marian dengan cemas. Cloud nyengir tanpa dosa, "Khu khu khu… Lihat saja nanti.." Zokaro sweatdropped.

BCB

(Be Continued Besok)

Besok? Besok lusa...Besok lusanya lusa.... (nggak tanggung jawab)


OKE~~!! Chap 1 selesai! Hwa ha ha…

Di sini persahabatan CrossZokaCloud sepertinya kental sekali ya…. Bagaimana dengan jendral lain? Yah. Froy Tiedoll dan Kevin Yeegar nanti dulu deh^^

Sebisa mungkin, bahasanya rei buat tidak terlalu kaku. Apakah berhasil?

Hm, Lowongan OC nih :

1. Supir truk

2. Rival Marian Cross

3. Tetangga apartemen Cross

Nanti yang kayaknya paling menarik bakal saia masukin cerita^^

Yah… Read n Review, pliss..

Oh, iya, Modernization!! Masih tetep lanjut, lho….