Halo, Mey bawa fic baru. Yang berkesan silahkan RnR, Concrit, dan Flame-khusus flamers, harus login-. Yip yap, inilah fic Mey yang mengambil tema utama dari film layar lebar berjudul 'Ada Apa Dengan Cinta?'. Buat readers yang udah nonton pasti tau kan ceritanya? Kalo belum nonton, wajib nonton nih, haha*dikubur hidup-hidup*, seru ceritanya. Cerita ini nggak semuanya Mey contek kok. Dengan bantuan imajinasi, maka jadilah fic ini. Happy Reading.^^

Naruto by Masashi Kishimoto

Terinspirasi dari Layar Lebar "Ada Apa Dengan Cinta?"

Genre : Frienship, Romance, Drama, Hurt/Comfort.

Warning : AU, OOC(maybe), Typo bertebaran, dan sejenisnya.

Don't Like? Klik BACK, please!

Enjoy..!

Haruno Mey PRESENT…

,-Renai Joujou,-

Disebuah gedung sekolah dengan tertera tulisan MIDOGAKU HIGH SCHOOL, banyak murid didalamnya yang sedang berjalan untuk segera masuk kekelas, ada juga yang akan hendak kekantin, dan sebagainya. Tidak terkecuali kelima gadis cantik yang terkenal disekolah tersebut yang sedang berjalan bersama menuju salah satu ruangan bertuliskan 'Ruang Ekstrakulikuler Mading'. Ya, tentu saja karena kelima gadis ini adalah penerbit lembaran-lembaran yang akan diterbitkan dimading sekolah yang akan dilihat banyak murid.

Salah satu dari kelima gadis itu, salah satu gadis berambut cokelat bercepol dua sedang mengambil lembaran kertas yang selesai dicetak print, kemudian dibantu dengan gadis berambut blonde dikuncir empat untuk segera member pelekat dikertas. Selesai memberi perekat, mereka berdua segera keluar ruangan dan menempelkan dimading sekolah mereka yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruangan mereka.

Sementara itu, ketiga gadis lainnya masih sibuk diruang ekskul mereka. Salah satunya gadis berambut pink pucat panjang sepinggang yang sedang sibuk mengetik didepan komputer, lalu gadis berambut indigo sama panjangnya dengan si gadis rambut pink disebelahnya, dia sedang merapikan beberapa lembar kertas, dan terakhir, ada gadis berambut blonde panjang melebihi pinggangnya dan dikuncir kuda, lain dengan teman-temannya yang sibuk karena pekerjaannya, gadis ini malah sibuk mengaca depan cermin yang ada diruangan itu.

'Krieeet' suara pintu ruangan terbuka. Lalu munculah dua gadis yang tadi sempat keluar.

"Hinata, Sakura, ayo kekelas, sepertinya akan segera bel," suara menyeruak masuk, gadis berkuncir empat. Gadis itu melirik kesalah satu temannya yang sibuk memakai lip balm dibibirnya, lalu bertolak pinggang, "Ino, kerjamu dandan saja. Ayo kekelas!"

Yang dipanggil menengok sambil senyam-senyum, "Hahaha, iya iya aku tau. Aku kan harus berpenampilan menarik, takut-takut bertemu Sai-kun~"

"Hhhhh… Terserah kau saja, ayo girl, kita kekelas!" seru gadis kuncir empat itu, lagi dan dibalas anggukan dari keempat temannya.

"Sebelum kekelas, biar aku check dulu kertas yang tadi kalian tempel, ya." kata gadis berambut arum manis pada kedua temannya yang masih berdiri didepan pintu.

"Oke, oke, ketua!" jawab ceria dari gadis bercepol dua itu sambil hormat meledek (?) yang diiringi tawa dari yang lain. Memang benar, gadis rambut pink itu adalah ketua dari ekskul mereka, dialah Haruno Sakura. Dan keempat sahabatnya juga teman satu ekskulnya yakni, Tenten, Yamanaka Ino, Sabaku No Temari, dan Hyuuga Hinata.

Setelah keluar dari ruangan kerja mereka, gadis bernama Sakura itu sempat berhenti dengan teman-temannya untuk memastikan lembarannya sudah rapi ditempel. Dari sekian banyak lembaran, Sakura menatap penuh ceria dengan salah satu lembaran yang dibuatnya dengan bertuliskan:

Lomba Puisi

Kirimkan karya kalian kekotak mading, karya dinilai oleh para guru. Karya puisi yang menang akan mendapat hadiah satu buah HandPhone BlackBerry Onyx dan karya puisi kalian akan ditempel di mading sekolah untuk karya puisi terbaik bulan ini. Ayo, tunggu apa lagi? Segera buat puisi karya terbaik kalian dan masukan dikotak mading yang sudah tersedia. Kami tunggu!

"Ada apa, Sakura?" tanya Ino, gadis berkuncir kuda.

"Tidak. Hanya saja, aku tidak sabar ingin mengikuti lomba puisi ini!" jawabnya masih sambil tersenyum.

"Tentu saja, kau kan selalu menang lomba puisi tiap bulan. Sayangnya aku tidak berminat," sahut Temari, gadis kuncir empat.

"Eh… Tidak juga, mungkin bulan ini siapa tau saja akan ada yang lebih bagus," timpal Sakura.

"Rasanya mustahil, ada yang mengalahkan ratu puisi kita, ya!" seru Tenten, gadis bercepol dua dan disusul anggukan oleh Hinata, gadis berambut Indigo yang memang dasarnya pendiam.

Tidak lama, bel masuk nyaring terdengar, mengundang seluruh murid untuk segera masuk kekelas masing-masing.

,-Renai Joujou,-

.

.

.

.

.

Seminggu berlalu, lomba puisi selesai diseleksi para guru. Murid-murid pun tidak sabar untuk mendengar pengumuman. Seluruh murid berbaris sesuai dengan barisan upacara. Tak lama, kepala sekolah berambut blonde jabrig, yang diketahui bernama Namikaze Minato, segera berpidato dan membacakan pemenang lomba.

"Dan dengan ini, saya menyampaikan, pemenang lomba puisi terbaik bulan ini adalah…" Sang kepsek memotong percakapannya sejenak, membuat para murid makin penasaran. Semua murid tau, dari bulan ke bulan pemenang puisi adalah Sakura, mereka bersorak kearah Sakura berbaris, "Sa-ku-ra! Sa-ku-ra! Sa-ku-ra!"

Diikuti sorakan teman dan sahabatnya, Sakura hanya tersenyum malu-malu. Semua murid serentak diam setelah terdengar lanjutan suara sang kepsek.

"Pemenang lomba puisi bulan ini adalah…" Sakura masih tersenyum, seakan yakin karyanya bulan ini akan menang untuk kesekian kalinya.

Kepala sekolah melanjutkan bicaranya di mic yang tersedia, "Adalah… Uchiha Sasuke!".

Seketika, senyum Sakura luntur dan diikuti suara ribut dari para teman-temannya, begitu juga para sahabatnya yang sulit menyangka, karena Sakura biasanya selalu menang tiap bulan.

"Itulah bintang baru kita. Dengan karyanya yang berjudul Senyuman rembulan," seiring suara kepsek yang terus bercakap, dibelakang sekolah, ternyata ada murid laki-laki yang sedang bolos upacara. Dia sedang asyik dengan buku yang dibacanya.

"Nak Sasuke, Nak Sasuke, karya Nak Sasuke menang loh!" Tiba-tiba suara pria tua dating membuat laki-laki yang sedang duduk bersandar itu membetulkan posisinya dan melirik sekilas pada pria tua bermata kuning menyerupai ular. Dari penampilannya bisa dilihat, pria tua itu adalah penjaga sekolah.

Laki-laki yang diketahui bernama Sasuke itu kembali membaca bukunya dan berucap, "Saya tidak pernah mengikuti lomba puisi,"

"Itu loh, puisi yang Nak Sasuke pernah ketinggalan disini, Saya liat bagus. Saya fikir, daripada dibuang lebih baik dikirim saja. Eh, tidak taunya menang. Ayo, Nak, ambil hadiahnya diruang kepala sekolah, lumayan kan punya ponsel BlackBerry."

Sasuke masih tidak mamalingkan matanya dari buku yang sedang dibacanya, "Bapak Orochimaru saja yang ambil hadiahnya,"

Pria tua itu hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Sasuke, dia tau, Sasuke memang orang yang dingin. Dia memang cukup akrab pada Sasuke karena Sasuke sering bolos pelajaran dibelakang sekolah, tapi Orochimaru tidak pernah melapor karena ucapan Sasuke yang keras. Sasuke juga sering mengeluarkan keluhannya pada Orochimaru disini. Juga sering sembunyi disini dari kejaran para gadis fansgirl-nya.

Sasuke memang pintar, hanya saja sering bolos pelajaran (bukan bolos sekolah). Karena ketampannya juga para gadis berlomba-lomba mendapatkannya. Tapi sayangnya tidak seorangpun yang berhasil mendapatkannya, karena Sasuke memang cukup angkuh dan tidak terlalu peduli dalam hal cinta.

,-Renai Joujou,-

"Akh, tidak kusangka Sasuke akan menang. Kya… Karyanya pasti indah…"

"Benar-benar laki-laki idamanku! Selain pintar dan keren, ternyata hebat membuat puisi…"

Selesai upacara pengumuman pemenang, para gadis sibuk terkagum-kagum membicarakan Sasuke, pemenang baru bulan ini dalam lomba puisi. Sementara Sakura cs masih sambil berjalan menuju ruang mading dengan wajah kusut, terutama Sakura.

"Uchiha Sasuke. Aku tau dia. Dia adalah bintang sekolah nomor dua sesudah aku. Ternyata dia hebat juga dalam buat puisi," kata Sakura lesu. Sakura memang bintang sekolah nomor satu disekolah karena nilainya yang sempurna, absensi yang rapi, juga disenangi para guru karena kecerdasannya. Tidak salah jika dia jadi pengurus kelas, ketua mading, dan sebagian kelompok yang ia pimpin. Tapi kali ini… sebuah puisi mampu mengalahkannya.

"Yang kudengar, dia sebenarnya lebih pintar dariku, hanya saja, karena dia sering bolos pelajaran dan dapat surat panggilan orangtua, jadilah dia nomor dua. Dia juga digilai para gadis, aku penasaran yang mana orangnya," lanjut Sakura menghela nafas. Dan sampailah mereka diruang biasa mereka kumpul.

Ino yang sedang asyik membetulkan poninya sambil mengaca dengan kaca kecil yang dibawanya, langsung menghentikan aktifitasnya. "Kau tidak mengenali pangeran sekolah kita? Ya ampun, kau ini bagaimana, padahal waktu kelas dua tahun lalu, aku sempat mengajaknya kencan, karena saat itu aku sedang jatuh cinta padanya."

"Eh, jadi kau mengenalnya, Ino? Padahal kita semua tidak tau siapa dia," ucap Tenten menatap Ino. Keempat temannya kini menatapnya penuh pertanyaan dan membuat Ino risih.

"A-apa?"

"Heee… Kau sama sekali tidak mengerti. Lalu, apa jawabannya? Apa dia menerima ajakan kencanmu?" tanya Temari kesal. Ino tersenyum semanis-manisnya dan menjawab, "Tentu saja… Tidak."

GUBRAK.

"Eh, kalian itu kenapa? Uchiha Sasuke itu kan orangnya dingin, jadi tentu saja aku ditolak." ucap Ino dengan wajah innocent-nya.

,-Renai Joujou,-

Dikoridor dekat perpustakaan, disinilah Sakura. Ia sedang berjalan menuju ruang perpustakaan.

'Aku heran, dia sebenarnya pintar, tapi malah sering bolos pelajaran. Lihat saja, bahkan satu puisi karya dia saja langsung mengalahkanku dalam sekejap. Aku ingin tau siapa dia. Dia pasti hebat!' Sakura terus bicara dalam hati sambil terus berjalan menuju perpus. Dan memang, tujuannya kesana adalah menemui orang yang baru saja dikaguminya dalam hati. Setelah bertanya sana-sini mencari 'dia', akhirnya Sakura dapat info terakhir bahwa orang yang sedang dicarinya ada diruang yang akan ia tuju.

,-Renai Joujou,-

Sementara itu diruang perpustakaan…

"Hihihi, lucu sekali." Suara tawa setengah berbisik terus terdengar oleh para pembaca buku yang ada diperpus, tidak terkecuali salah satu pemuda tampan bermata onyx yang merasa sangat terganggu oleh suara itu.

Pemuda itu menengok sebentar, asal suara itu berasal dari dua orang, satu laki-laki berambut putih, dan satu lagi berambut merah dan memakai kacamata. Sepertinya mereka sedang asyik membaca buku humor sambil berpacaran, pikir Sasuke.

"Hihihihi, ada-ada saja kau, Suigetsu,"

"Haha, iya memang lucu, kan?" Lagi, terdengar untuk kedua kali. Para murid yang disekitar sana merasa terganggu, tapi tidak ada yang mau buka mulut, sampai akhirnya salah satu suara terdengar, "Berisik! Diamlah, kalian tidak baca, disini dilarang berisik!"

Dan, ya. Suara datar dan dingin itu berasal dari pemuda onyx ini, Uchiha Sasuke, yang kemudian membuat kedua insan yang tadi berisik langsung diam seketika.

Saat Sasuke kembali membaca bukunya, tak berapa lama, suara tawa dari asal yang sama kembali terdengar ditelinganya yang membuat Sasuke menahan emosi untuk meninju kedua orang itu. Untuk meluapkan amarah, Sasuke melempar sebuah pulpen dan… Bravo! Sukses mendarat diwajah laki-laki berisik itu.

Kedua orang yang sedang asyik tertawa, langsung bangkit dari duduk. "Hei, apa-apaan kau! Sok serius sekali!" ketus lelaki itu yang berniat akan menghampiri Sasuke yang kemudian ditahan oleh gadis rambut merah disebelahnya. Sedangkan Sasuke hanya menatap mereka dengan tatapan datar. Semua yang ada diruangan memperhatikan mereka, kemudian kedua orang berisik itu langsung keluar ruangan tanpa perpanjang masalah.

Sasuke tidak memperdulikannya, justru dia lebih tenang dan kembali membaca bukunya. Baru sedetik ia membaca, satu suara terdengar ditelinganya.

"Permisi. Kau yang bernama Uchiha Sasuke?" Sasuke menengok, kali ini asal suara berasal dari sebelah kirinya. Ternyata seorang gadis berambut pink panjang yang memang sedang mencarinya. Ya, setelah Sakura sampai diperpus, ia bertanya pada salah satu murid yang sedang membaca. Ia bertanya yang mana orang yang sedang dicarinya. Sampai yang ditanya menunjukan orang yang dicarinya. Uchiha Sasuke. Sakura segera menghampirinya.

"Ya, ada apa?" ucap Sasuke seperti biasa. Dingin. Sakura tidak memperdulikannya dan malah melanjutkan bicaranya masih sambil tersenyum.

"Perkenalkan, aku Haruno Sakura. Aku ingin mengucapkan selamat padamu. Selamat, ya, karya puisimu menang." kata Sakura member ucapan selamat sambil menyodorkan tangannya. Sasuke mengacuhkannya dan malah kembali membaca. "Saya tidak pernah mengikuti lomba puisi,"

"Eh, tapi tadi…" Belum selesai Sakura bicara, seseorang memperingati Sakura untuk tidak berisik dengan tanda telunjuk menempel dibibir orang itu yang hanya dibalas senyuman menyesal Sakura.

"Bisa kita bicara sebentar?" ajak Sakura yang masih setengah sabar.

Bukannya menjawab, Sasuke malah mendengus dan berucap, "Baru saja tadi saya melempar pulpen kewajah orang yang berisik. Saya tidak mau pulpen itu kembali kewajah saya." Sasuke bicara menatap dingin emerald Sakura sambil menyeringai. Sakura mengerti akan ucapan Sasuke. Senyuman Sakurapun lenyap. "Aku kan hanya ingin bicara sebentar!"

Kembali, orang yang memperingati Sakura memperingati lagi untuk tidak berisik dengan cara yang sama, tapi lebih serius karena suara Sakura yang keras. Sakura membungkukan setengah badannya meminta maaf. Sasuke mau tidak mau akhirnya menutup bukunya. "Kita bicara diluar," Sasuke langsung berdiri mengajak Sakura keluar.

Baru beberapa langkah dari pintu keluar perpus, Sasuke terus membelakangi Sakura. "Tidak usah jauh-jauh, disini saja!" seru Sakura berhenti berjalan dan Sasuke juga berhenti lalu berbalik menatap Sakura. Kini mereka berada dikoridor yang tidak terlalu jauh dari perpus.

"Baiklah, cepat, mau bicara apa?"

"Aku dari ketua mading ingin bicara. Mading mau mewawancaraimu untuk terbitan mading minggu depan,"

"Saya kan sudah bilang, saya tidak pernah ikut lomba puisi itu!"

Sakura mendengus merasa Sasuke bersikap acuh padanya. Sakura akhirnya meninggikan suaranya, "Jelas-jelas namamu yang terpilih jadi pemenang. Apa sulitnya hanya untuk wawancara saja?"

"Begitu, ya? Kalau begitu anda saja yang wawancara, Nona pinky!" Sasuke berucap sambil menyeringai. Sakura yang melihatnya malah merasa muak, ditambah Sasuke malah langsung pergi meninggalkan Sakura sendiri. 'Benar apa yang dikatakan para gadis, dia memang tampan dan pintar. Tapi sikapnya… Semua gadis boleh saja menyebutnya pangeran es, tapi aku tidak!' batin Sakura meledak-ledak.

Sakura memajukan telunjuk tangannya menunjuk kearah Sasuke masih dengan wajah kesal. "AWAS KAU! IBLIS ES! KUBUAT KAU MENCAIR NANTI! Dasar… RAMBUT BOKONG AYAM!" teriak Sakura sambil menunjuk-nunjuk Sasuke kesal. Sasuke yang mendengar, bahkan baru-kali-ini ada gadis yang berani mengatainya seperti itu. Empat sudut muncul dikepala Sasuke. Sasuke membalikan badannya, menatap horor Sakura.

Sasuke mengatur nafasnya, lalu menatap Sakura sambil kembali menyeringai seperti tadi diperpus. "Kau sendiri, sebelum mengejek orang, bercermin dirilah. Lihat dicermin, betapa 'norak'nya warna rambutmu, bahkan aku baru melihat dari dekat, betapa 'lebar'nya jidatmu seperti lapangan upacara."

1 detik… Sasuke kembali berbalik dan berjalan kembali.

.

.

2 detik… Sakura masih dengan mulut terbuka coba mencerna ejekan yang baru dilontarkan Sasuke.

.

.

3 detik…

.

.

"UCHIHA SASUKE NO BAKAAAA!" Sakura berteriak membuat seluruh sekolah gempa (?).

,-Renai Joujou,-

'BRAK!' suara nyaring pintu terdengar membuat keempat gadis yang ada disana menengok. Ternyata itu adalah sosok yang sedang dinanti keempat gadis disana. Terlihat raut wajah kusut diwajah sang gadis pink itu yang membuat keempat gadis disana bingung keheranan.

"Sial! Berani-beraninya dia mengejekku seperti itu! Keterlaluan! Benar-benar sok penting sekali!" dumel Sakura sambil mondar-mandir diruang mading membuat keempat sahabatnya itu nambah bingung.

Ino buka mulut bertanya, "Saku, tenang dulu deh. Siapa sih? Siapa?"

"Itu loh, cowok sok bijak! Si pemenang puisi bulan ini! Aku baru mau mengajaknya wawancara untuk mading kita saja, tolakannya tuh benar-benar… Uuukh!"

"Jadi dia… Tidak mau kita wawancara?" tanya Hinata khawatir, karena memang dia yang berencana untuk mewawancara 'dia' karena sudah kehabisan bahan untuk terbitan madingnya minggu depan.

"Ck, yang mana sih orangnya? Biar kuhajar sekalian!" ucap Temari satu-satunya gadis tomboy dari kelima gadis ini sambil mengepalkan tangan kanan ditangan kirinya.

Tenten yang masih kebingungan ikut nimbrung, "Tunggu, tunggu, kita ini lagi membicarakan siapa sih?". Ino yang memaklumkan temannya yang satu ini, karena Tenten memang sedikit tulalit. Ino menjawab Tenten, "Tenten… Kita itu sedang membicarakan Uchiha Sasuke,"

"Oh… Yang menang lomba puisi kemarin itu?" jawab Tenten dan dibalas anggukan Ino.

"Sudahlah, biarkan saja. Nanti biar aku cari bahan yang lain buat mading." Sakura memijat pelipisnya sambil dikipas-kipas oleh Tenten memakai kipas tangan Ino.

'Greeek' suara pintu geser khas Jepang itu terdengar bertanda ada yang masuk.

Kelima gadis cantik disana menengok, diambang pintu, terlihat sesosok lelaki berambut blonde jabrig, sang anak dari kepala sekolah yang sudah tidak asing lagi dimata gadis-gadis ini. "Sakura-chan,"

Sakura tersenyum, "Ada apa, Naruto?"

"Nanti sore jadi kita membeli bahan untuk mading?"

"Hm, jadi. Nanti aku telepon, ya."

"Baiklah," Naruto nyengir seperti biasa, Temari menghampiri Naruto dan mendorong tubuhnya pelan. "Naruto, kau keluar dulu, ya. Kita sedang ada rapat penting, nih." Temari tau kalau Sakura sedang tidak ingin diganggu selain dengan para sahabatnya. Dari tatapan Naruto pada Sakura, tidak ada yang menyadari bahwa ada sepasang mata lavender yang menatap penuh kesedihan.

Baru Temari mau menutup pintu, Naruto kembali masuk. "Sakura-chan, jangan lupa hubungi aku, ya."

"Hei, kita sedang rapat!" Temari kini mendorong paksa lalu segera menggeser pintu. "Oke, sampai dimana tadi?" Baru Temari bertanya, suara pintu terdengar lagi. Temari yang yakin bahwa itu Naruto lagi, dia mendengus sebal dan membalikan badannya lagi kearah pintu, "Apa lagi sih? Kerjanya mondar-mandir terus sudah seperti…"

"Seperti apa?" Dugaan Temari salah, ternyata bukan Naruto yang kembali, tapi ternyata seorang lelaki berkulit pucat.

"Eh, Sai, kukira siapa…" kata Temari merasa sedikit malu. Ino yang sedang membaca majalah fasion, mendengar nama 'Sai' langsung menengok kearah pintu dengan semangat.

"Eh, Sai-kun, ada apa datang kemari? Tumben." Ino menghampiri Sai. Dialah Sai, teman sekelas Sakura, Ino, Tenten, Temari, dan Hinata.

"Apa kalian tidak masuk kelas? Sebentar lagi bel pulang karena akan ada rapat guru. Makanya, Ino..err… Nanti main kerumahku, ya?" Sai berucap sambil tersenyum khas dirinya dengan samburat merah saat mengajak Ino kerumahnya. Wajah Ino memerah, sedangkan yang lainnya cengo.

"A-apa maksudnya ini? Kenapa Sai tiba-tiba…" ucap Sakura terbata-bata. Tentu saja demikian. Ino memang menyukai Sai dan berani mengajak kencan lelaki yang disukainya, bahkan berani menyatakan cintanya. Tapi kali ini, orang yang ditaksir Ino mengajak kerumahnya? Bagaimana bisa?

"Ino, coba jelaskan apa maksudnya ini?" tanya Temari menatap horor sahabatnya yang gemar dandan ini.

Ino tertawa ngeri melihat tatapan dari para sahabatnya. "Aku mengaku. Aku dan Sai-kun… Su-sudah jadian,"

"APA?" Ino hanya menutup kedua telinganya mendengar suara lengkingan sahabat-sahabatnya kecuali Hinata yang hanya kaget dengan menutup mulutnya. Sai yang melihat sweatdrop.

"Aduh, kalian itu terlalu berlebihan! Aku baru jadian pagi tadi, jadi belum sempat cerita. Sudahlah, sekarang ayo, kita kekelas, mungkin sudah pulang." kata Ino menanggapi sahabat-sahabatnya lalu menggandeng tangan Sai untuk segera meninggalkan ruangan itu.

"Huuu… Bilang saja tidak sabar untuk segera kerumah Sai!" dengus Sakura berkacak pinggang dan diiringi anggukan oleh yang lain.

Ino menengok menjulurkan lidahnya meledek sambil berbisik, "Makanya agresif sedikit biar punya pacar,"

"Awas kau, Pig!" ancam Sakura mendeathglare Ino yang sudah tertawa renyah dari kejauhan.

Dari berlima gadis ini, memang Ino yang selalu mendapat pacar, memang sih yang lain juga pernah punya pacar, tapi sekarang tidak ada kecuali Ino. Itu karena Ino lebih agresif dari yang lain.

,-Renai Joujou,-

"SAKURA-CHAN!" panggil seseorang setengah berteriak. Yang dipanggil menengok kearah sumber suara. Ternyata itu Naruto.

Sekarang ini Sakura, Hinata, Temari, dan Ten-ten sedang berjalan ingin ke parkiran mobil hendak pulang. "Ada apa?"

"Heee, kau ini bagaimana, mumpung hari ini pulang cepat, kita beli bahan untuk madingnya sekarang saja. Ayo, mobilku ada disana!" Baru Naruto menarik tangan Sakura selangkah, Sakura melepaskannya.

"Eh, tunggu dulu. Aku tidak bisa,"

"Loh? Kenapa?"

"Aku tiba-tiba ada urusan mendadak. Tou-san-ku akan berangkat keluar kota untuk dinnas, aku harus mengantarnya,"

"Begitu, ya." Naruto menunduk sedikit kecewa.

"Gomen. Tapi, akan ada yang menggantikan aku. Karena bahannya sangat penting, jadi kau harus tetap pergi!"

Naruto mengangkat wajahnya. "Jadi tetap pergi? Lalu, dengan siapa aku akan pergi?"

Sakura menatap satu persatu sahabatnya, mulai dari Temari... "Aku akan ada tanding basket sore ini, tidak bisa,"

Tenten… "Oh, ayolah, masa mobilku mau aku tinggal disini!"

Dan menatap seorang lagi…

Hinata. Hinata yang merasa ditatap, tiba-tiba salting sendiri. "Eh, eh, a-aku? Hmm… Bagaimana, ya?..."

"Hinata, kau satu-satunya yang tidak ada acara 'kan?" tanya Sakura menatap tajam Hinata yang sedang menunduk memainkan jari telunjuknya seperti biasa.

"Baiklah, aku tidak mau Tou-san marah-marah padaku karena aku tidak bisa mengembangkan mading. Ayo, Hinata!" Naruto menarik tangan Hinata, sedangkan Hinata hanya bisa terkejut mengikuti lari kecil Naruto. Sakura, Temari, dan Tenten tersenyum dan melambaikan tangan.

Saat sudah jauh, Sakura menghela nafas, "Hhhh, rencana kita berhasil. Siapa juga yang mau menemani Tou-san-ku…"

"Hahaha, iya, sejak kapan juga ada tanding basket sore ini," susul suara Temari tertawa renyah dan diikuti tawa Tenten. Dan ternyata, itu hanya rencana Tenten yang ingin agar Hinata bisa kencan dengan Naruto.

"Dasar Hinata. Kenapa tidak jujur saja kalau dia menyukai Naruto? Naruto juga tidak peka sekali. Apa dia tidak sadar bagaimana sikapnya jika berhadapan dengannya?" Temari kembali bicara bertanya-tanya sendiri. Tenten mengangguk, "Iya, bahkan dia sering berwajah cemburu kalau Naruto sedang bicara dengan Sakura. Kau juga sadar kan, Sakura?"

"Ah, iya, benar. Hehehe," Sakura tertawa paksa, dalam hati Sakura terus mengutuk dirinya sendiri, bahwa Naruto sebenarnya mempunyai hubungan khusus padanya. Perasaan menyesal dan tak rela terus menyelimuti hatinya. 'Minna, gomen ne…' batin Sakura penuh penyesalan. Kira-kira sudah sebulan hubungannya berjalan dengan Naruto, dan tak ada yang tau kecuali dirinya dan Naruto saja.

"Ayo, kita mampir keMinorane café dulu. Aku yang traktir!" seru Tenten membuyarkan lamunan Sakura.

"Wah, benarkah? Oke, LET'S GO!" Temari kegirangan lalu menarik tangan Sakura dan Tenten untuk segera kemobil Tenten.

'Kami-sama, semoga persahabatan yang indah ini takan pernah berakhir…' Sakura berdoa dalam hati sambil terus tertawa bersama sahabat-sahabat tercintanya. Semoga doanya didengar Kami-sama. Ya, semoga.

Tsuzuku…

.

.

.

.

.

Cuplikan CHAPTER 2…

"Hei, kau! Berhenti, pantat ayam sialan!"

.

"Apa kau bilang? Kau akan menerima akibatnya telah mempermainkanku, Haruno." Seringai Sasuke yang sering dilihat Sakura kembali diperlihatkan Sasuke sambil mengangkat dagu Sakura.

.

"Naruto… A-aku ingin bicara… Ini mengenai hubungan kita,"

.

'Bruk' Saking kencangnya Hinata berlari, dia tidak sadar telah menabrak lelaki berambut model ayam yang sedang berjalan.

"Maafkan aku…" Hinata kembali berlari. Lelaki onyx yang merasa penasaran apa penyebab si gadis tadi menangis, berjalan kedepan. Dia melihat apa penyebabnya. Dua orang yang sedang berpelukan disana, tengah mencampakan hati gadis tadi… Dan mungkin… Juga dirinya.

.

"Sialan kau, Teme! Apa yang kau lakukan pada Sakura?"

.

"Kenapa kau semarah itu? Benar kan, kalau gadis ini kekasihmu, Dobe?"

.

"Apa? Jadi selama ini kau Sakura… Kau tega membohongi kami? Bahkan ternyata kau juga yang telah membuat Hinata menangis kemarin? Aku tidak menyangka,"

.

"Kau bukan lagi sahabat kami setelah apa yang kau lakukan!"

'Dheg!'

,-Renai Joujou,-

Untuk sahabatku yang review dengan nama Gaara, maaf, ya, Mey belum bisa buatin fic Gaara. Kalau Temari ada disini, tapi SLIGHT… Hehe. Masalah pair Temari sama siapa, masih rahasia. :p Terus, kamu kalo mau review fic aku, walau kamu ga punya akun FFn, kamu jangan ganti-ganti nama reviewnya, biar aku ga bingung. Oke?

Buat para readers yang lain, disini masih mula-mula aja, masih friendship. Chap-chap depan mungkin akan Mey buat masing-masing pair. Ada yang mau dedikasikan pasangan untuk Temari dan Tenten untuk chap berikutnya? Silahkan tulis dikotak review.*disambit bakiak*

Sekali lagi, tolong tinggalkan jejak kalian dikotak review, ya...~#plak!

Sampai jumpa dichapter berikutnya~~

R

E

V

I

E

W

?