Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto
Title: Maple Tale
Story by: Mitsuhiko Zahra
Starring: Sakura Haruno, Sasuke Uchiha, Gaara Sabaku
Chapter 1: The Stalker
Warning: Alternate Universe, very very OOC.
Summary: Mungkin peristiwa yang sama akan terjadi pada Sasuke. Mungkin saat ini hatinya boleh tertoreh dan teriris-iris untuk mempertahankan perasaannya pada Sakura. Dan pada saatnya nanti, hatinya akan baru kembali dan semakin besar untuk menampung cintanya yang berkembang, dan dengan keberadaan Sakura di sisinya. Semoga yang ia harapkan benar-benar terjadi, tapi mungkinkah? RnR?
Perempuan itu Sakura Haruno…
Sasuke mengintip dari balik tembok koridor Gakko 99, mengawasi Sakura yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam loker. Pemuda berambut hitam ini selalu mencari kesempatan untuk memandang Sakura, meski dari jauh sekalipun. Ketika Sakura telah selesai dengan urusannya dan berjalan menuju ke tempat Sasuke berada, Sasuke akan lari terbirit-birit meninggalkan tempat persembunyiannya. Selalu, dan selalu seperti itu. Sasuke telah menyimpan cinta yang teramat sangat dalam kepada Sakura. Wanita pertama yang telah mencuri hatinya sejak pandangan pertama. Namun kini pencuri hatinya telah menjadi milik orang lain. Orang yang sangat dibencinya, sekaligus paling ingin dibunuhnya.... Gaara
B)
Beberapa minggu ini Sakura selalu merasa ada yang menguntitnya setiap kali. Tapi siapa? Apa orang itu berniat jahat kepadanya. Sakura mengehela napas... Mana mungkin, kan sekarang ia berada di sekolah normal, penuh dengan orang-orang normal, dan ia sendiri pun menjalani hidup yang normal di sini. Lalu, buat apa ia cemas? pikirnya.
Sakura akan pulang bersama Gaara, dan nantinya akan langsung menuju taman untuk berkencan. Sungguh hari yang sempurna, pikirnya. Ia dan orang yang sangat dicintainya akan menghabiskan waktu bersama seharian. Sakura berlari-lari kecil dari koridor loker, rupanya ia sudah tak sabar untuk segera bertemu Gaara, kekasihnya itu.
Di depan gerbang, tampak Gaara sudah menunggu. Dengan mengenakan jaket kulit cokelat dipadu celana jeans hitam kebiruan ia tampak semakin tampan. Pemuda berambut merah ini merentangkan tangannya untuk menyambut Sakura. Sakura yang sedari tadi tak sabar untuk bertemu dengannya, langsung berlari menerima sambutan itu. Gaara meraupnya dalam pelukan, menghirup dalam-dalam aroma wangi yang terpancar dari tubuh Sakura. Aroma inilah yang telah membuat Gaara terpikat pada Sakura. Aroma hujan bercampur aroma kayu manis.
"Hey, aku sudah menunggumu dari tadi. Kemana saja kau?" kata Gaara tanpa melepaskan pelukannya.
"Err, tadi aku kerepotan memasukkan buku-bukuku ke dalam loker," kata Sakura. Pipinya memerah karena ucapan Gaara yang secara terang-terangan menunjukkan ketidaksabaran. Untung Gaara tidak bisa melihat wajahnya, pikir Sakura.
Dan pada jarak 5 meter dari sana, seorang pemuda berambut jabrik mengawasi adegan mesra dua sejoli itu. Ia menekan dadanya, hatinya kesakitan menerima semua ini... Kenapa ia rela menyiksa dirinya hanya demi melihat wajah Sakura? Dasar bodoh! pikirnya dalam hati.
Daun-daun maple kering yang berguguran seperti memahami perasaanya. Daun-daun itu gugur untuk mempertahankan kehidupan pohonnya dari sengatan matahari yang terlampau panas. Dan pada musim semi nanti, pohon maple itu akan ditemani oleh daun-daun baru yang hijau dan segar. Mungkin peristiwa yang sama akan terjadi pada Sasuke. Mungkin saat ini hatinya boleh tertoreh dan teriris-iris untuk mempertahankan perasaannya pada Sakura. Dan pada saatnya nanti, hatinya akan baru kembali dan semakin besar untuk menampung cintanya yang berkembang, dan dengan keberadaan Sakura di sisinya. Semoga yang ia harapkan benar-benar terjadi, tapi mungkinkah?
B)
Rambut pink Sakura melambai-lambai terkena hembusan angin yang kencang. Sungguh menyenangkan, pikirnya. Rasanya seperti terbang bebas bagai burung di langit biru.
"Hey, kenapa kau tersenyum-senyum begitu?" kata Gaara, rupanya sejak tadi ia mengawasi Sakura dari kaca spionnya.
"A.. A…Aku tidak kenapa-napa." kata Sakura tergagap, ditegur seperti itu tentu saja dia kaget.
"Seharusnya kau berteriak-teriak sejak tadi, bukan malah senyum-senyum seperti itu."
"Kenapa aku harus berlaku seperti itu?" kata Sakura yang semakin tidak mengerti dengan pernyataan Gaara.
"Kau tahu, aku memacu sepeda motorku dengan kecepaan 80 km/jam. Perempuan seharusnya sudah berteriak-teriak ketakutan."
"Apa? Segitukah?" kata Sakura tidak percaya. "Tapi anehnya aku malah merasa nyaman. Sudahlah, awasi saja jalan di depanmu. Jangan sampai menabrak orang. Lagipula aku sedang ingin menikmati angin ini sendirian."
Gaara hanya tersenyum mendengar ucapan kekasihnya. Perbedaan Sakura dari wanita-wanita lainnyalah yang membuat Gaara semakin mencintai Sakura. Dan tadi ia mengatakan "Jangan sampai menabrak orang", bukan "Jangan sampai kita celaka". Arti dua kalimat itu sungguh berbeda. Sakura lebih mementingkan keselamatan orang lain daripada dirinya sendiri. Sakura... Gaara semakin mencintainya.
B)
Sakura dan Gaara duduk di sebuah bangku taman yang menghadap ke kolam ikan. Pemandangan di situ sungguh indah. Hingga tak seorang pun bicara saat menikmatinya.
"Kau masih ingat di mana dan bagaimana kita pertama kali bertemu?" kata Gaara tiba-tiba.
"Hmm... Apa?!" Sakura tersentak dari lamunannya. Kenapa Gaara selalu mengagetkannya? pikir Sakura. Sebenarnya dari tadi ia sedang mengenang saat-saat itu. "Tentu saja aku ingat Gaara," kata Sakura sembari tersenyum.
"Coba ceritakan kalau begitu." kata Gaara balas tersenyum, ada kilat jahil di matanya.
"Kenapa nada bicaramu seperti itu? Kau pikir aku sudah pikun ya?" kata Sakura cemberut. "Waktu itu malam hari kan?"
"Ya, benar. Teruskan kalau begitu."
"Baik. Emm... Saat itu aku sedang di sini, di bangku ini, menengadah ke langit untuk melihat bintang. Karena malam itu angin sedang semilir, aku merasa sangat nyaman. Dan akhirnya aku pun tertidur."
"Kemudian kau terbangun dengan ketakutan karena menyadari hari telah larut malam. Aku masih ingat bagaimana kau menangis sesenggukan saat itu," kata Gaara tersenyum, berusaha agar tidak tertawa.
"... Oh." kata Sakura tertunduk. Pipinya memerah karena mengingat momen memalukan itu. Seharusnya ia dan Gaara dipertemukan di saat-saat yang romantis, bukan saat-saat di mana ia menangis seperti anak kecil.
Gaara mengangkat dagu Sakura, "Hey, kenapa pipimu memerah?"
Sakura hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Gaara.
"Kau tahu, inilah yang paling kusuka darimu. Warna merah ini," Gaara membelai pipi Sakura. "Serasi dengan warna rambutmu."
Sakura bergidik karena sentuhan Gaara, "Dan kau tahu? Senyum inilah yang tak bisa kulupakan dalam hidupku." Balas Sakura menyusuri lekuk bibir Gaara yang sedang tersenyum.
"Dan kau tahu?" kata Gaara yang hendak membalas perkataan Sakura, namun disumpal oleh tangan kekasihnya.
"Ya aku tahu. Kau mencintaiku kan? Dan begitu pula aku," kata Sakura sembari merapatkan tubuhnya pada Gaara.
Mereka pun berpelukan erat di bawah pancaran sinar matahari terbenam. Indah... Hanya itu yang ada di kepala Sakura saat ini. Indah karena saat ini horizon mulai menampakkan kecantikannya, dan indah, karena ia bersama laki-laki yang dicintainya.
B)
Sementara itu di sudut taman, tersembunyi oleh semak-semak tumbuhan berry, seorang laki-laki mengawasi pasangan bahagia itu, Gaara dan Sakura. Ia membatin,"INI... SUDAH... TIDAK DAPAT... DIBIARKAN LAGI !" Begitu kesalnya pemuda itu, daun-daun kering berry berguguran menjadi korban kemarahannya.
B)
Udara malam membelai tengkuk Sakura, ia sedang duduk di balkon kamarnya. Menatap langit, memandang indahnya bintang. Bintang... Karena bintanglah ia dapat bertemu dengan Gaara, cinta pertamanya. Lalu tiba-tiba pikirannya terseret, kembali pada kejadian 2 jam yang lalu.
"Selamat tidur, dan jangan lupa mimpikan aku!" kata Gaara sambil mengedip, sesaat setelah Sakura turun dari sepeda motornya.
"Tidak perlu kau suruh pun, setiap hari aku akan memimpikanmu." kata Sakura tersenyum. "Hati-hati di jalan ya !"
Saat Sakura sudah berjalan beberapa langkah menuju gerbang rumahnya, tiba-tiba Gaara memanggilnya,"Sakura !"
Sakura berjalan kembali pada Gaara,"Ya, kenapa?"
"Aku hanya ingin mengatakan," sesaat Gaara menghela napas. "Jaga dirimu baik-baik, dan jangan mudah percaya pada siapa pun."
Sakura terkejut dengan kata-kata Gaara. Apa maksud Gaara berkata begitu? pikir Sakura. Namun ia tidak bertanya atau membantah, hanya mengangguk, sekedar untuk melegakan hati Gaara.
Pikiran Sakura berhenti mengulang kejadian itu, namun kata-kata Gaara masih terngiang-ngiang di telingannya. Dan bukan hanya itu, ia makin dibuat bingung dengan perubahan mimik Gaara yang sangat tiba-tiba. Sebelum mengucapkan selamat tidur tadi, wajahnya kelihatan ceria dan penuh canda, tapi setelah mengucapkan kalimat itu, wajahnya disaput kegelisahan, ketakutan, seperti sedang memutuskan sesuatu yang amat berat resikonya.
Namun ada suara baru dalam hati Sakura, "Mungkin saja ia terlalu mencintaimu Sakura. Jadi ia tidak ingin kau terluka." Sakura menghela napas. Ya, mungkin saja begitu. Mungkin ia terlalu membesar-besarkan masalah.
Sakura masuk kembali ke dalam kamar, rupanya angin malam sudah terlalu dingin untuk dinikmatinya. Sebelum tidur, ia memutuskan untuk makan malam, tidak mencoba mengambil resiko untuk kelaparan saat tidur.
Sakura turun dari kamarnya yang berada di lantai 2, menuju dapur untuk mengambil makanan. Sunyi sekali rumah ini, pikir Sakura. Ya, memang hampir tiap hari rumah ini sepi. Hanya Sakura dan kedua orang tuanyalah yang menjadi penghuninya. Tuan Haruno sangat jarang berada di rumah, beliau sang Direktur Utama Haruno Corporation, perusahaan raksasa yang reputasinya melambung di seluruh dunia, selalu sibuk dengan pekerjaannya yang seolah tak pernah habis. Sedangkan Nyonya Haruno biasanya selalu di rumah menemani Sakura. Namun kali ini ia ikut diboyong suaminya ke Denmark. Dan Sakura tidak pernah mengeluhkan betapa sedikitnya waktu mereka untuk menemaninya. Ia tidak seperti anak-anak pengusaha besar lainnya yang selalu merengek-rengek minta diperhatikan.
Setelah mengambil makanan dari dapur, ia menuju ke ruang makan. Sebenarnya Sakura muak dengan penataan rumahnya yang buruk dan menyerupai labirin. Semua kegiatan dipisahkan dengan ruangan. Dapur untuk memasak, ruang makan untuk makan, ruang keluarga untuk berkumpul dengan keluarga, ruang tv untuk menonton tv, ruang video untuk menonton video, dan masih banyak lagi ruangan di rumahnya. Dan konsekuensinya, rumah ini menjadi seperti istana. Keadaan itu tidak membuat Sakura senang, baginya rumah ini seperti penjara. Bukan karena ia terus dikurung di dalam rumah, bukan, tapi seolah-olah rumah, atau kastilnya, ingin mengurungnya sepanjang hari. Kesan penjara itu semakin kuat karena tidak ada seorang pun teman Sakura yang pernah masuk ke rumahnya. Tidak, berarti rumah ini lebih buruk dari penjara, karena di penjara napi-napi selalu mendapat kunjungan dari orang-orang terdekatnya. Sedangkan Sakura tidak.
Sakura kembali ke kamarnya setelah selesai makan. Menaiki anak tangga yang dilapisi karpet merah mewah. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur King Size pink Hello Kitty-nya. Masalah-masalah kecil yang timbul hari ini membuat Sakura agak letih, hingga ia bisa langsung tertidur nyenyak. Dan tanpa ia sadari, masalah-masalah kecil itu semakin bertambah hingga menjadi sangat besar, seperti jika kau menggelindingkan bola salju. Dan besok adalah permulaannya.
B)
Bagaimana bagaimana? Ini fict pertama saya lho... Harap maklum kalo masih abal.. Mohon kritik dan sarannya..
jangan kasi flaaaame :P
Review please.... x)
