Tittle : The Ugly Twin (Ina Vers)

Cast : Oh Sehun, Kim Jongin, Lee Taemin

Park Chanyeol, etc.

Author : Fanfic by Fallenenigma

Translated by cicimotLee

Genre : Angst, family, hurt

Halloaaaa, kembali lagi dengan saya cicimot ^^ kali ini saya bawa ff baru tapi ini bukan punya saya hehe, ini punya ka Fallen (muachh muachhh) fanfic ini di posting di asianfanfiction dalam bahasa inggris (yaiyalah).

Saya udah dapat izin untuk translate fanfic ini dan huhu saya baru bisa posting ini sekarang, padahal udah lama dapet izin, thank you so much buat ka Fall yang baikkkk banget sama saya muach muach. Dan maaf kalo ada kesalahan dalam pen-translatetan saya.

Oh iya, sebenernya fict ini ada 51 chapter dalam bahasa inggris, (yakin deh kalian pernah baca) tapi saya akan buat jadi sepadat mungkin tanpa menghilangkan scene tentunya wkwk.

Jika kalian ingin memuji silahkan puji ka Fall hehe, tapi jangan lupa review yah karena saya juga butuh pendapat dengan cara mentranslate saya hihi.

Do not copas!

Okay udah deh curhat nya, chek this out!

Sorry for typos and happy reading!

.

Chapter 1 : That Feeling

Kenapa dia?

Kenapa harus selalu dia?

Kenapa bukan aku?

Kenapa tidak pernah menjadi…

aku…?

SeKai

.

.

.

Nyonya Kim melirik jam dinding, ini sudah pukul 6.36 pagi. Ia menaruh kembali piring yang berisi sarapan mereka dan menghela nafas berat.

"Taemin-ah?"

Seorang lelaki dengan rambut panjang berwarna coklat almond menolehkan kepalanya untuk menatap sang ibu "Iya, bu?"

"Bangunkan Jongin!" ucap Nyonya Kim. Tangannya dengan cekatan menuangkan susu kedalam gelas yang kosong. "Aku bertaruh, dia pasti masih tidur. Ini sudah hampir waktunya berangkat sekolah, kenapa dia belum juga bangun? Dasar anak malas"

"Ya, bu" Taemin menurut dan berdiri. Ia segera bergegas menuju kamar adik kembarnya di lantai dua.

"Anak itu sangat menyusahkan. Tidak seharusnya ia meminta pisah kamar dengan Taemin. Kau lihat, dia tidak bisa bangun cepat tanpa Taemin! Mereka akan terlambat lagi hari ini!"Nyonya Kim menghela nafas berat.

"Jangan turuti permintaan Jongin lagi nanti" Tuan Kim berucap tenang tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang ia baca "Dia selalu meminta permintaan yang aneh akhir-akhir ini"

Nyonya Kim hanya menghela nafas, lagi.

Kenapa Jongin tidak bisa seperti Taemin, yang selalu tenang dan penurut?

Ini sudah sekitar tiga bulan sejak Jongin meminta Nyonya Kim untuk berpisah kamar dengan Taemin dan Taemin masih belum mengerti apa alasannya. Jongin bukanlah orang yang bisa bangun pagi. Apa yang membuatnya berpikir ini adalah pilihan yang tepat dengan tidur di kamar yang lain? Apa Taemin terlalu banyak mengiggau hingga membangunkannya? Atau apakah ini karena, Zico?

Taemin sangat penasaran akan jawabannya.

Taemin membuka pintu kamar kembarannya dan ia mampu melihat adiknya itu masih tertidur nyenyak di balik selimut tebalnya. Adiknya tidak memperlihatkan pertanda akan segera bangun. Ini pertanda buruk.

"Hey, Jongin-ah" Taemin mengguncangkan tubuh adiknya dengan pelan.

"Hey, bangun. Ibu memanggilmu, kau harus segera mandi sekarang, atau ibu akan datang ke kamarmu dan menendangmu"

Jongin mengerang dan bergerak pelan. Ia membuka pelan kelopak matanya yang terasa berat dan mulai menyembunyikan dirinya lagi di balik selimut saat ia melihat wajah Taemin.

"Hey, hey. Aku serius Jongin! Bangun. Sekarang!" Taemin menarik selimut kembarannya dan Jongin malah mengerang semakin keras.

"Aku bangun, aku bangun! Tinggalkan aku sendiri" Jongin mendorong Taemin menjauh darinya, berharap ia akan segera menghilang dari jarak pandangnya.

"Tidak akan. Aku harus memastikanmu masuk kamar mandi dengan mataku sendiri. Aku tidak mau mengambil resiko jika kita terlambat lagi hari ini, karena kau pasti akan kembali tidur jika aku keluar dari kamarmu!"

Jongin mengerang keras dan mengucek kuat matanya yang terasa lelah.

"Jongin-ah, apa kau mau aku memanggil ibu? Atau ayah?"

Jongin menghela nafas sambil menegakan tubuhnya. Ia memandang Taemin yang sudah berpakaian kasual, enak di lihat dan akan menyenangkan bagi siapapun yang melihatnya. Wanginya seperti bunga, rambut almond panjangnya diikat dengan ikatan sederhana seperti ekor kuda, dan bola mata hazelnya menatap permata hitam Jongin dalam-dalam.

Kenapa ia bisa sangat mempesona?

"JONGIN-AH!"

Jongin terlonjak saat mendengar teriakan ibunya.

"BANGUN!"

"Dia sudah bangun, bu! Dia sedang mandi sekarang!" Taemin membalas berteriak dan mencoba menarik kembarannya itu untuk segera bangun, lalu mendorongnya menuju kamar mandi.

Jongin menatap kosong pada saudaranya itu. Apa yang ia lakukan? Mencoba terlihat baik di depan ayah dan ibunya dengan melindunginya seperti tadi?

Wow

"Apa yang kau lakukan? Cepat mandi sekarang, Jongin!" Taemin menggeram, dengan sedikit rasa khawatir. "Ayo cepat dan turunlah ke bawah untuk sarapnmu!"

Jongin memperhatikan selagi Taemin keluar dari dalam kamarnya, menuju tangga. Lelaki tan itu menghela nafas dan masuk kedalam kamar mandi. Jongin melangkah ke arah shnower dan mulai menyalakan airnya hingga mengguyur tubuhnya. Ia lalu menolehkan kepalanya pada kaca. Matanya memandang pantulan dirinya sendiri di mulai dari… Hidung…. Bibir… Wajah… Tubuh…

Mengapa ia tidak bisa terlihat seperti Taemin?

Taemin memiliki hidung yang mancung… Wajah yang mungil… Kulit putih pucat… Dan tubuhnya yang V-Line…

Sedangkan Jongin?

Ugh.

Jongin menghembuskan nafasnya dan mematikan shower. Ia mengeringkan tubuhnya dan memakai bajunya dengan serampangan.

Tuan Kim dan Nyonya Kim telah selesai dengan sarapan mereka, sekarang tinggal Taemin yang belum menyentuh makanannya sama sekali. Yang lebih tua tetap menunggu Jongin dengan sabar untuk segera sarapan, setidaknya mereka akan makan di waktu yang sama dan kedua orang tuanya tidak akan memarahi Jongin karena kelambatannya itu.

"Jongin! Cepat kemari dan sarapan! Taemin sudah lama menunggumu" Nyonya Kim mengomeli Jongin.

Jongin menatap Taemin…

Mencoba jadi pahlawannya seperti biasa, huh?

Jongin mendudukan dirinya di sebrang sang kaka dan segera berkutat dengan sarapannya.

"Aku bisa stress karenamu, Jongin-ah. Kenapa kau tidak bisa seperti Taemin? Bangun pagi, apa saja yang kau lakukan semalaman? Bermain games?"

Jongin tidak menjawab. Ia hanya tetap mengunyah pancake nya dengan pelan.

Tidak, ia tidak bermain games sama sekali. Ia hanya melalui malam harinya dengan menuliskan semua isi hatinya dalam blog pribadi miliknya.

Tentang seberapa benci dirinya yang selalu di bandingkan dengan kaka kembarnya.

Jongin makan dengan tenang, dan juga mendengarkan ceramah panjang ibu nya.

Jongin menghela nafas, kedua orang tuanya selalu saja memarahinya apapun yang ia lakukan.

"Ibu, bisakah kau ambilkan aku madu?" Taemin meminta dengan lembut, mencoba untuk mengalihkan perhatian Ibu nya agar wanita itu bisa berhenti memarahi Jongin.

"Jongin, ambil itu!" Nyonya Kim memerintah "Madunya berada di sebelahmu, berikan pada Taemin. Jangan hanya menuangkan madu untukmu sendiri. Kakak mu belum memakan sarapannya sama sekali itu semua karena dia menunggumu"

Oops.

Taemin malah semakin menambah Ibu nya emosi.

Jongin merasakan tenggorokannya mengering.

Damn you Taemin.

Selamat, kau sudah menjadi anak yang sempurna bagi Ibu dan Ayah lagi dan lagi.

HUNKAI

.

.

.

Taemin dan Jongin berjalan kearah kelas mereka masing-masing.

"Bye, Jongin-ah!" Taemin dengan senang melambaikan tagannya.

Jongin tidak membalasnya. Ia hanya berlalu pergi menuju kelasnya sendiri, meninggalkan Taemin yang berdiri sendiri.

Senyuman Taemin menghilang saat ia melihat sang adik berlalu begitu saja menjauhinya. Jongin sudah lama menjauhinya. Adiknya itu bahkan tidak mau membalas percakapan pendeknya dengan Taemin.

Apa ini semua karena Zico hyung?

Oh, ayolah. Ini bukan salah Taemin yang membuat Zico jatuh cinta padanya seperti itu, benar kan? Ia bahkan tidak tau jika Jongin juga menyukai lelaki itu dulu.

Jongin sangat tertutup sampai ia tidak pernah memberi tau siapapun akan perasaannya. Jika saja Taemin tau yang sebenarnya, ia tidak akan menerima pernyataan Zico begitu saja.

Anyway, banyak sekali lelaki hot yang mengincarnya.

"Perlakuan yang dingin" Key, sahabat Taemin sejak Junior High School, berkomentar "Apa dia masih marah padamu?"

"Mungkin" Taemin menghembuskan nafas.

"Oh ayolah. Ini bahkan bukan salahmu. Jika Jongin menyukai sunbae kalian itu, dia seharusnya memberitahu seseorang… well, setidaknya memberitaumu" Key menggelengkan kepalanya "Adikmu sangat kekanakan. Dia harus berhenti bersikap seperti itu"

Taemin tidak menjawab. Ia hanya menghela nafas dan mempoutkan kecil bibirnya.

"Sekarang, ayo masuk kelas! Biarkan saja Jongin" Key menghembuskan nafasnya dan menarik Taemin pergi dari sana.

HUNKAI

.

.

.

Jongin duduk di samping teman baiknya, Kyungsoo. Well, sebenarnya bukan teman dekat. Kyungsoo itu sangat pendiam ; sangat pendiam hingga orang lain menganggapnya aneh dan menjauhinya karena tidak ingin berteman dengannya.

Karena itulah Jongin memilih berteman dengan Kyungsoo. Karena ia tidak mempunyai keberanian untuk berteman dengan yang lain.

Semua orang telah pergi. Hanya Kyungsoo lah yang tersisa.

Keduanya duduk dengan keheningan yang melanda –mereka berdua tidak berbicara satu sama lain-.

Kyungsoo tetap memusatkan arah matanya pada buku sedangkan Jongin… ia hanya menaruh kepalanya diatas tangannya yang terlipat, berpura-pura untuk tidur.

"Oh my God, Taemin menerima permintaan pertemananku di instagram dan dia juga memfollow akun ku"

Jongin bisa mendengar seorang teman sekelasnya, Naeun memekik dengan bahagia.

"Sungguh? Aww, lihat Naeun! Dia tersipu!"

"Apa kau sangat bahagia, Naeun-ah?" seorang gadis tertawa.

"Tapi, bagaimana bisa kau mendapatkan follow darinya? Ku kira dia tidak akan pernah memfollow orang lain"

"Kemarin aku bersama dengannya di kelas bahasa Inggris" Naeun berkata dengan wajah menerawang "Ku pikir dia tidak akan mengenaliku, tapi dia mengenaliku! Aww"

"Aku jadi iri" gadis lainnya mengerang tertahan.

"Apa yang harus aku lakukan agar aku berkenalan dengannya?"

Jongin memilih untuk berhenti mendengarkan perkataan mereka. Hatinya sakit.

Mengapa selalu saja Taemin?

Semua orang menyukai Taemin.

Bukankah Taemin itu kembarannya?

Oh benar, Jongin adalah kembaran yang buruk.

Jongin menghembuskan nafas berat sambil berdiri dari duduknya. Ia merasa matanya memanas dan air matanya mendesak untuk keluar.

Ia berjalan pergi menuju toilet dan menutup pintunya. Air matanya dengan perlahan mengalir jatuh ke pipinya, ia tidak mampu mengendalikan isakan tertahannya.

Jongin kira ia sudah terbiasa dengan ini.

Ia kira ia akan terbebas dari bayangan Taemin.

Tapi semua itu salah.

Jongin masih merasa tersakiti saat dirinya selalu di bandingkan dengan kaka kembarnya. Ia selalu kalah, selalu menjadi satu-satunya pihak yang menerima segala cemoohan.

Selamanya, ia akan selalu menjadi bayangan Taemin.

Jongin mengeluarkan isakannya beberapa kali sebelum ia mengeringkan matanya dengan kedua tangan.

Oh darn, setelah ini matanya pasti akan terlihat bengkak dan merah. Baiklah ia tidak akan mengikuti kelas pertamanya.

Bagus. Sangat bagus.

Bell berbunyi, tapi ia tidak peduli. Ia tidak bisa kembali ke kelas dengan keadaan seperti ini.

Setelah beberapa lama, Jongin yakin tidak ada suara yang terdengar di sekitar toilet. Lalu ia berjalan keluar (dari bilik toilet) untuk melihat dirinya sendiri di depan kaca. Gosh, ia terlihat berantakan. Jongin menghela nafas dan menunduk untuk menyalakan air dan membasuh wajahnya dengan cairan dingin itu. Berharap hal itu akan menghilangkan mata bengkaknya.

Dan tiba-tiba, Jongin merasa tubuhnya melemah. Kakinya terasa gemetar dan ia terjatuh ke lantai.

Rasa ini datang lagi.

Akhir-akhir ini Jongin sering merasa mudah sekali lelah, dan dengan tiba-tiba tubuhnya terasa sangat lemah.

Jongin mencoba menetralkan nafasnya ketika ia mampu mendengar detakan jantungnya oleh kedua telinganya. Jongin menutup matanya, mencoba untuk menenangkan dirinya dari serangan panik yang tiba-tiba.

Cklik

"Astaga, kau baik-baik saja?"

Jongin mendongak dan menatap seseorang yang berdiri tepat di depan kamar mandi.

"Kau berkeringat dan basah! Tunggu!" lelaki itu mengambil sapu tangannya dan berjongkok, mengusapkan kain itu ke seluruh permukaan wajah Jongin. "Apa kau baik-baik saja? Apa kau mau aku membawamu ke ruang kesehatan?"

Jongin meragu beberapa saat sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya.

Lelaki blonde tinggi itu menggapai lengan Jongin dan membantunya untuk berdiri. Ia lalu menuntun Jongin menuju ruang kesehatan dan membaringkan lelaki tan itu di atas tempat tidur disana.

"Aku akan memanggil perawat, okay? Tetaplah disini" lelaki itu berkata dan segera meninggalkan ruangan.

Jongin menatap pintu yang tertutup itu sejenak. Apa yang barusan terjadi?

Seorang wanita tinggi dengan rambut cokelat memasuki ruangan. Ia memakai jaket praktek dokter dan menghampiri Jongin.

"Hei, ada yang salah denganmu?"

"Ti-tidak…" Jongin menjawab dengan gugup "Aku… aku hanya butuh aspirin…"

Doket muda dengan name tag 'Boa' itu menganggukkan kepalanya sebelum melangkah menuju rak untuk mencari aspirin. Jongin merasa jantungnya kembali berdetak normal. Ia menghela nafas dan melirik pada sebuah sapu tangan.

Oh! Lelaki itu meninggalkan sapu tangan miliknya!

Jongin dengan gerakan pelan mengambil sapu tangan itu dan mengamatinya perlahan.

Benda itu sangat bagus, dengan warna biru yang sederhana. Pandangan Jongin lalu menemukan sebuah nama yang di rajut dengan sangat cantik di pinggir sebelah kanan sapu tangan tersebut.

Oh Sehun. Apa itu namanya?

Jongin merasa pipinya memerah saat ia mengingat bagaimana cara lelaki blonde itu menatapnya khawatir. Hal itu menghantarkan rasa getaran pada perutnya. Ini adalah kali pertama ada orang lain menatapnya dengan penuh rasa peduli dan juga cinta selain Taemin dan sahabat baiknya, Chanyeol.

"Haksaeng-ah?" Boa bertanya dengan tangan mengulurkan dua pil aspirin. "Ini obatmu. Minum ini dan beristirahat lah"

Jongin mengangguk dan meminum pilnya. Ia lalu merebahkan dirinya di atas kasur sambil terus bermain dengan sapu tangan itu.

Jongin tidak sabar untuk segera memberitau Chanyeol akan apa yang terjadi hari ini.

TBC

Hehe maaf ya kalo translate nya rada aneh huhu aku baru pertama kali translate fict jadi mohon maklum ^^ makasih yang udah baca dan review, ka fall pasti seneng kalo kalian juga seneng :D chapter depan doakan semoga bisa translate dua chapter hehe. See you next chapter