A/N : Ini rekonstruksi dari yang kemaren. Ada detail yang setelah dikoreksi oleh salah seorang reviewer baru aku sadarin kalo ada kesalahan. Maklum author baru sering ada yang kelewatan *malu*.
Kenapa judulnya Say Hello to Red Jack? Karena idenya aku dapat dari manga Say Hello to Black Jack karya Satou Shuuho. Outline kasar cerita ini sebenernya udh lama nongkrong di otak aku sejak aku baca komiknya, cuma realisasinya baru terjadi sekarang. Aku author baru, jadi mohon kritik dan sarannya ya...^_^
Selamat Membaca...
Disclaimer: Dave Karofsky and Kurt Hummel belong to Ryan Murphy's Glee. Say Hello to Black Jack is Satou Shuuho's work.
Dave Karofsky berdiri di depan sebuah bangunan besar berlantai dua yang akan menjadi tempat kerjanya mulai besok. Tujuh tahun yang lalu ia tidak pernah berpikir untuk kembali ke Lima, Ohio sebagai seorang perawat. Pada saat itu yang ia bayangkan adalah beasiswa football dan berlaga di liga nasional dan tidak pernah kembali ke kota ini. Tetapi hidup punya jalannya sendiri, dan betapa bodohnya ia sebagai manusia kalau tidak menjalani takdir dengan sebaik-baiknya.
Ditariknya napas panjang. Cuaca sedang dingin, tetapi telapak tangannya berkeringat. Ia tidak gugup. The Fury tidak mungkin gugup,pikirnya. Satu helaan napas panjang kemudian dan ia pun siap membuka pintu itu.
Dave masuk ke dalam sebuah lobby, di salah satu sisi ruangan ada sebuah meja bertuliskan 'receptionist' dengan seorang wanita muda bersetelan di baliknya. Gadis itu kira-kira berusia akhir 20-an, rambut pirang yang dicepol, dengan dada yang bagus. Bukannya ia memperhatikan,sih. Ia hanya melihat plat nama di dada kirinya. Meredith Ingels.
"Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Wanita itu tersenyum. Suaranya lembut dan melodik.
"Selamat siang. Saya Dave Karofsky. Saya dipanggil berkenaan dengan pekerjaan"
"Oh, iya. Tunggu sebentar,ya." Wanita itu meraih telepon, memencet beberapa tombol dan menunggu beberapa saat sampai orang di seberang sana menjawab.
" Nona Jones, Dave Karofsky di sini".
Sementara Ingels menelepon, Dave melayangkan pandangan ke yang berkeringat dimasukkan ke saku jaket. Seperti tipikal semua institusi kesehatan, warna putih mendominasi diselingi warna coklat tua dari furnitur-furnitur. Sebuah perasaan dingin yang aneh menjalar di tulang belakangnya. Ia tidak tahu apa itu, yang ia tahu rasanya tidak enak.
Ingels meletakkan gagang telepon dan berkata, "Mohon tunggu sebentar ya."
Tak lama kemudian seorang wanita kulit hitam yang tinggi dan memakai seragam biru muda menghampirinya.
"Tuan Dave Karofsky?" tanya wanita itu.
"Iya, benar."
"Anda sudah ditunggu oleh Pak Direktur. Mari saya antar."
Dave mengikuti wanita itu menyusuri lorong yang lumayan lebar. Di situ lalu lalang orang-orang berjubah putih dan orang-orang yang melakukan hal lain seperti duduk di bangku dengan tatapan kosong, menempelkan jidat ke dinding, dan menutup wajah dengan tangan.
"So, apa yang terjadi dengan beasiswa footballmu hingga kau beralih menjadi perawat, Karofsky?" wanita yang ada di sampingnya tiba-tiba bertanya.
"Darimana kau tahu soal itu?" Dave terperangah menatap wanita disampingnya.
"Astaga!" wanita itu menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Kau benar-benar tidak mengenaliku ya? Aku ini Mercedes. Mercedes Jones!"
No way! Mercedes Jones! Mercedes Jones anggota Homo Explosion (baca: Klub Glee) yang gembrot dan galak itu?
"Jones! Wah, kamu beda banget. Aku bener-bener ga sadar. Maaf ya."
"Santai saja, White Boy."
Wow, betapa jarak tujuh tahun bisa memberi banyak kejutan. Kejutan apa lagi yang akan didapatnya ya?
"Nah, kita sudah sampai. Ini ruangan Mr. Rouge. "
Mercedes membuka pintu dan berkata pada laki-laki di belakang meja, "Dokter, Dave Karofsky sudah datang".
"Oh, persilakan dia masuk. Terimakasih, Mercedes.", pria itu menjawab.
"Silakan masuk,Dave. Dan Good luck, kita bicara lagi nanti"
"Oke."
Hembusan udara dari AC sewaktu ia masuk ke ruangan direktur ini sama sekali tidak mengatasi kegugupan Dave. Direktur Nathan Rouge kelihatan seperti bapak setengah baya yang galak. Dengan rahang tegas, mata hitam elang dengan alis yang tajam dan rambut yang sudah mulai beruban di sana-sini. Dave menelan ludah.
"Senang bertemu dengan Anda, Tuan Karofsky.", ia mengulurkan tangannya sambil tersenyum, melumerkan sedikit ketegangan di dalam diri Dave. Sambil tersenyum juga ia menjabat tangan kokoh itu.
"sama-sama, Tuan Rouge,"
Setelah dipesilahkan duduk di kursi seberang meja, wawancara singkat pun terjadi.
" Saya sudah baca lamaran dan CV Anda. Mulanya Anda punya kans yang cukup besar untuk jadi atlet football. Lalu kenapa sekarang jadinya malah perawat?", Direktur Rouge bertanya.
" Yah...suatu saat saya sadar bahwa football bukanlah panggilan saya, itu hanya hobby. Jadi, saya hanya menggunakan beasiswa olahraga itu untuk dua semester, dan transfer masuk jurusan keperawatan." , Dave menjawab sambil sesekali menunduk.
"Dan, Anda pikir hal ini benar-benar panggilan Anda? Anda tidak akan berhenti di tengah jalan seperti apa yang Anda lakukan dengan football 'kan? Dan Anda pasti tahu berurusan dengan pasien-pasien di sini tidak sama dengan berurusan dengan pasien di institusi medis biasa 'kan? "
Dave terdiam sejenak. Menunduk beberapa saat, lalu mengangkat mengangkat wajahnya dan dengan mantap berkata, "Ya,pak. Saya yakin inilah panggilan saya dan saya tidak akan berhenti. Saya sudah pertimbangkan semua konsekuensi yang bisa saja terjadi. Saya akan berusaha". Bohong. Ia hanya tidak punya pilihan lain.
Rouge mengangguk puas dengan jawabannya itu.
" Semoga saja begitu, Tuan Karofsky. Well, besok Anda kami harap datang karena akan ada orientasi singkat untuk Anda dan pembagian shift . Sampai jumpa besok."
Dave bangkit dari kursinya dan berjalan keluar, tetapi tiba-tiba teringat sesuatu.
"Oh, iya. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan yang mungkin penting Anda ketahui, Dr. Rouge. Mengingat ini mungkin bisa membuat Anda tidak nyaman"
"Apa itu Tuan Karofsky?"
"Saya...gay"
Dr. Rouge terdiam sesaat. Lalu tersenyum
"Selamat datang di Lima Mental Institution, Tuan Dave Karofsky"
Tbc
Yah, mengingat kemampuan riset saya terbatas, maka Dave cuma jadi perawat aja.
Special thanks for Phoebe Yuu. Makasih sudah mencegah kesesatan saya berjalan lebih jauh *hahaha*. I'm truly appreciating(bener ga ya spellingnya) it
Sekali lagi, mohon bimbingannya lewat review ya ;D
