DISCLAIMER: Aku tidak punya Ojamajo Doremi. Aku suka acara ini, jadi aku memutuskan untuk menulis cerita ini. Ojamajo Doremi adalah acara yang dibuat oleh Toei Animation pada tahun 1999-2003.

Catatan Author: Well, selamat datang di fanfic Ojamajo Doremi berbahasa Indonesia pertama di sini (habisnya yang aku baca, belum ada satupun fanfic Ojamajo Doremi yang pake bahasa Indonesia, jadi aku mutusin untuk jadi pelopor, hehehe...).

Emang sih, ini belum hari valentine, tapi nggak salah kan, kalau dipublikasikan sekarang? (takut nggak punya waktu lagi, soalnya yang ditulis lumayan banyak)

Oh iya, untuk chapter 1 & 2 (tentang Doremi & Hazuki) sengaja dibikin nyambung (plot waktunya, kan Hazuki ultah di hari valentine).

Summary: Hari Valentine telah tiba. Waktunya Doremi dkk untuk memberikan coklat ke orang yang spesial. Plot waktu 2 tahun setelah cerita 'Arigatou, for the Love: a Later Story from Misora' (gomen, rasanya nggak nyambung ya, kalau cerita bahasa Inggris dilanjutin sama bahasa Indonesia -_-'). Bisakah mereka memberikan coklat ke orang-orang yang mereka sukai?

Pairing: KotaDore (fans AkaDore silakan meniggalkan fanfic ini dan bikin fanficnya sendiri tentang mereka), MasaHazu (fans FujioHazu juga harus minggat), AnriAiko (sebenernya aku lebih suka LeonAiko sih, tapi untuk kali ini, biarkan saja Anrima unjuk gigi, hehe...), ToruOnpu (ya, aku memang cuma setuju sama dua dari empat anggota FLAT 4 ini yang jadian sama 'gebetan' mereka :p abis kupikir Fujio & Akatsuki nggak cocok sama Hazuki & Doremi).

Untuk pasangannya Momoko, aku karang sendiri (habisnya nggak mungkin kan dia sama Fujio atau sama Akatsuki, nanti baca aja di chapter 5).

Dan yang terakhir, KimiPoppu (awalnya sih nggak mau ditulis, tapi Poppu 'ngerengek' minta chapternya sendiri, kalau nggak, dia 'ngancem' mau bikin kacau di chapter 1).

The Ojamajo's Valentine

Chapter 1 – Doremi's Valentine

Doremi's POV

Besok... 14 Februari...

Sejauh ingatanku (yang kadang-kadang suka lupa sama hal-hal penting) besok adalah hari kasih sayang, yang juga bertepatan dengan hari ultah sahabatku sejak kecil, Hazuki...

Tadi pagi, Hazuki nelpon ke rumah (payah ya, di zaman serba instan ini, aku masih nggak punya hp. Okasan bilang nanti dibeliin kalau nilaiku bagus, tapi rasanya nggak bakal dibeliin karena nilaiku masih pas-pasan T-T) dan bilang kalau dia ngundang aku, Pop sama Kotake ke pesta ulang tahun dia besok malam.

"Gimana, Doremi-chan, bisa kan besok malam ke rumahku? Papa bilang sih, nanti bakal ada chef handal yang bakal bikinin masakan enak. Kayaknya sih, besok bakalan ada steak deh."

"Ehh, Steak?" kataku sambil ngiler, "Beneran nih, Hazuki-chan? Aku nggak bakalan kehabisan lagi, kan? Nggak kayak waktu pesta natal pas kelas empat, yang aku ngegantiin kamu trus kehabisan steak gara-gara main piano?" (Kalau mau tau, ini ceritanya di sharp episode 44, tapi author bilang di Indonesia nggak pernah tayang di TV *Author lagi curhat*)

"Iya, bener. Dijamin deh, kamu nggak bakal kehabisan lagi. Papa bilang jumlahnya cukup buat semuanya."

"Tapi, ngomong-ngomong... Hazuki-chan, kamu ngundang yang lain, kan?"

"Maksudnya?"

"Ai-chan, Onpu-chan, sama Momo-chan. Kamu undang mereka, kan?" (yang nggak tau Momo-chan, salahkan stasiun TV yang nggak nayangin seri motto, dokkan, & naisho *Author curhat lagi*)

"Yah, iya sih, tapi tadi mereka bilang mereka nggak bisa." Hazuki menjelaskan, "Tadi aku telpon Ai-chan, tapi dia bilang dia mau nemenin ojisannya di rumah, soalnya okasan sama otosannya janjian makan malam berdua di restoran."

'Restoran? Ah, paling yang dimakan cuma takoyaki. Gaji otosannya Ai-chan nggak mungkin cukup buat makan steak di restoran mahal. Eh, tunggu dulu. Hazuki-chan kan nggak ngomong kalau restorannya mahal atau nggak. Mikir apa sih aku ini.' Pikirku, terus aku bilang, "Onpu-chan gimana? Pasti nggak bisa gara-gara ada kerjaan ya?"

"Iya. Tadi dia sms aku, katanya dia ada konser spesial valentine besok malam." (tuh kan, Hazuki-chan aja punya hp, masa aku nggak punya? Eh, tapi kira-kira Ai-chan punya hp nggak ya?)

"Kalau Momo-chan?"

"Yah, berhubung lusa juga masih hari sekolah, dia bilang dia nggak bisa ke Jepang."

'Oh iya ya. Momo-chan kan tinggal di New York, bukan di Jepang. Kenapa aku malah nanyain dia?' pikirku lagi.

"Jadi gimana? Doremi-chan bisa kan?" tanya Hazuki, "Tapi ajak Kotake-kun sama Poppu-chan juga ya."

"Ya... aku sih nggak keberatan kalau kamu mau ngundang Kotake juga (ya iyalah, masa sih Hazuki-chan mau ngerebut Kotake dari aku? Dia kan udah punya Yada-kun), tapi kenapa Poppu kamu undang juga? Lagian aku juga nggak jamin kalau dia bisa ikutan, soalnya kayaknya dia janjian sama si Kimitaka deh, mau makan malam berdua di kafe." (beh, dasar anak zaman sekarang. Baru kelas 5 SD aja udah 'mangkal' di kafe, beda dari aku yang dari kelas 3 SD udah berkutat dengan para pelanggan yang dateng ke Maho-dou untuk beli benda sihir, karangan bunga atau tanaman bunga, kue, permen, coklat, atau aksesoris)

"Tapi kamunya bisa kan?"

"Iya, bisa. Kamu kan sahabat aku. Masa sih, aku nggak dateng ke pesta ulang tahun sahabatku sendiri?"

"Oke deh. Besok aku tunggu ya, kedatangannya."

"Hadiahnya nggak nih?" kataku menggoda Hazuki, "Aku nggak usah bawa kado, ya?"

"Eh, kalau itu sih terserah kamu, Doremi-chan. Asalkan kamu dateng aku juga udah seneng." Hazuki diam sebentar, terus ngomong lagi, "Ya udah. Aku udah ditunggu sama bus sekolahku nih. Udah dulu ya. Bye bye."

"Bye bye."

Aku menutup telpon, hampir lupa kalau sekarang aku hampir telat ke sekolah. (baru nyadar pas liat jam dinding)

"Eh iya, aku harus berangkat!" aku mengambil tas sekolahku lalu berangkat ke sekolah, "Okasan, otosan, ittekimasu!"

Dari luar rumah, aku denger okasan & otosan jawab, "Ittereshai."

Di tengah perjalanan, aku mikir, 'Enak juga ya, kalau aku bisa sekolah di Karen kayak Hazuki-chan. Udah dijemput pake bus, sekolahnya juga elit. Pasti disana menu makan siangnya steak...'

'...dan yang paling penting, aku nggak musti pisah sama Hazuki-chan.'

Aku menghela nafas, 'Tapi nggak mungkin juga aku sekolah di sana. Aku nggak memenuhi syarat...'

"Doremi."

Seseorang memanggilku dari belakang. Aku menoleh dan melihat siapa itu...

"Eh, Kotake."

"Berangkat sama-sama yuk."

"Oke."

Kotake berjalan disebelah kananku. Dia bertanya, "Ngg... besok hari valentine, ya?"

"Iya, memangnya kenapa?"

"Aku jadi inget waktu kita kelas 5 SD. Waktu itu aku ngeledek kamu yang nggak ngasih coklat ke siapa-siapa."

"Oh, yang waktu kamu dikasih coklat sama Hasebe-kun, kan?" kataku sambil menahan tawa. (haha, aku nggak bisa ngebayangin kalau Hasebe suka sama Kotake)

"Ah, kamu malah ingetnya yang itu." Kotake ngeluh, "Hasebe bodoh."

"Justru yang logis kalau Mutsumi-chan ngasih coklat ke dia. Mereka kan temenan udah dari kecil..." bicara soal 'temen dari kecil', bikin aku inget soal undangannya Hazuki, jadi aku bilang, "Oh iya, tadi Hazuki-chan nelpon aku. Dia ngundang kita ke pesta ulang tahunnya besok malam."

"Di mana?"

"Ya di rumahnya lah, masa di kuburan?" kataku mengejek, lalu kami tertawa bersama. (Hazuki kan penakut, masa ngadain pesta ultah di kuburan. Yang ada, dia bakalan teriak-teriak manggil Majorika, hehe...)

Lagian nggak mungkin juga kan, ada orang yang ngadain pesta ultah di kuburan?

Lalu, aku bertanya, "Jadi gimana? Besok bisa kan, kesana bareng aku?"

"Bisa kok, bisa." Kotake mengangguk, "Tapi syaratnya, besok kasih aku coklat valentine dulu, baru kita ke pestanya Fujiwara. Gimana?"

"Iya deh iya."

"Oh iya, satu lagi."

"Apa?"

"Seperti biasa, coklatnya harus bikinan tangan kamu sendiri."

Aku menghela nafas, "Ya iyalah. Itu sih pasti."

Sepulang sekolah, aku langsung ke dapur, bikin coklat buat Kotake.

Aku jadi inget waktu Maho-dou jadi sweet house, aku semangat banget bikin coklat penambah keberanian. (padahal waktu itu aku nggak punya 'gebetan', tapi aku semangat banget sampe-sampe nyanyiin cara bikin coklatnya, walau yang lain bilang kalau apa yang aku nyanyiin udah mereka tau -_-')

Dan sampe sekarang, bikin coklat valentine itu adalah salah satu dari sekian banyak hal yang aku suka. Gampang kan, tinggal potong coklat masaknya kecil-kecil, lelehkan di atas air mendidih, cetak, terus didinginkan. Itu lebih gampang dari soal ulangan matematika pagi tadi. (nggak tau kenapa, sampe sekarang aku masih nggak suka sama yang namanya 'matematika'. Aku masih ngerasa heran, kenapa Hazuki-chan sama Momo-chan bisa dapat nilai bagus di ujian matematika waktu di SD dulu ya?)

Nggak lama kemudian (atau mungkin beberapa lama kemudian?), Pop ikut-ikutan ke dapur, "Onee-chan, udah selesai belum? Aku juga mau bikin coklat buat Kimitaka nih."

"Udah kok. Ini, aku lagi naruh coklatku di kotak."

Pop mengambil sebatang coklat masak dari lemari dapur, bersiap untuk mengolahnya jadi coklat valentine untuk Kimitaka. (biasanya sih aku yang bikinin, tapi katanya, mulai tahun ini, dia mau nyoba bikin sendiri)

Sambil memasang pita merah di kotak coklatku yang berbentuk hati dan berwarna pink, aku berkata, "Oh iya, tadi pagi, pas kamu udah berangkat sekolah, Hazuki-chan nelpon ke rumah. Dia ngundang kita ke pesta ultahnya. Kamu bisa nggak?"

Sesuai dugaanku, Pop bilang kalau dia nggak bisa, "Aku ada janji sama Kimitaka."

'Tuh kan, bener.' Pikirku.

Aku menyimpan sekotak coklat itu di tempat yang aman (maksudnya di tempat dimana coklatnya nggak bisa meleleh), lalu bergegas keluar rumah, "Sore jaa, ittekuru ne."

"Onee-chan, mau ke mana?" tanya Pop, "Masa aku ditinggal sendirian di rumah? Okasan kan lagi belanja."

"Mau ke toko sebentar, beli kado buat Hazuki-chan."

"Oh, ya udah deh. Ittereshai."

14 Februari, jam 18.30

Kotake datang ke rumah untuk menjemputku, lalu kami berangkat ke rumah Hazuki.

Di tengah perjalanan, aku ngasih coklatku ke Kotake, "Nih, coklatnya."

"Boleh langsung kumakan nggak?"

"Boleh."

Kotake membuka kotak coklat itu dan langsung melahap isinya, "Hmm, rasanya masih enak. Kirain udah nggak bisa bikin yang seenak ini."

"Eh, apa kamu bilang?" tanyaku, sedikit marah, "Enak aja. Nggak mungkinlah kalau coklat bikinan aku jadi nggak enak. Buktinya dulu aja banyak orang yang mau beli di Maho-dou."

"Iya deh, yang udah bisa bikin coklat dari kelas 5 SD." Kotake tertawa, "Tapi kemarin, gara-gara kamu ngomongin undangannya Fujiwara, aku jadi nggak sempat bilang sesuatu."

"Emang kamu mau bilang apa?"

"Ya, aku cuma mau bilang kalau waktu itu aku ngeledekin kamu karena mau cari perhatian kamu aja."

"Pantesan waktu itu kamu belagu banget, sok-sokan ngerapiin rambut lah, taunya mau caper sama aku."

"Ehehe, iya." Kotake lalu melihat sebuah kotak putih berpita orange yang kupegang, "Itu pasti kado buat Fujiwara kan?"

Aku mengangguk, "Iya. Mudah-mudahan dia suka deh."

Lalu kami sampai di rumah Hazuki.

Catatan Author: Bersambung ke chapter 2


Complain Corner (Ajang Complain untuk para tokoh)

Doremi: Author!

Author: Kenapa sih, pake teriak segala?

Doremi: Kenapa di fanfic ini aku nggak punya hp?

Author: Duh, emangnya kenapa sih? Aku kan cuma pengen berbagi penderitaan sama kamu.

Doremi: Eh, penderitaan kok dibagi-bagi? Aku kan nggak mau menderita lagi. (tiba-tiba terkejut lalu memandang author dengan tajam) Atau jangan-jangan kamu mau aku jadi gadis cantik paling malang sedunia lagi ya?

Author: Eh, nggak kok, Doremi-chan. Ini kan biar kamu bisa ngerasain apa yang aku rasain dulu. Pas kelas 3 SMP kan, aku belum punya hp. Nggak apa-apa kan? (melihat Doremi dengan mata memelas)

Doremi: Hah, terserah kamulah. Yang penting, Ai-chan sama Momo-chan juga nggak punya hp, kan?

Author: Momo-chan punya kok.

Doremi: Ehh? Kok gitu?

Author: Tenang, kamu nggak sendirian. Ai-chan juga nggak punya hp kok.

Doremi: Baguslah. Tapi aku masih mau protes.

Author: Protes apa lagi sih? (Duh, Doremi-chan ini kayak anggota DPR aja, kebanyakan protes)

Doremi: Masa Poppu udah janjian sama Kimitaka di kafe? Mereka tuh masih kecil tahu...

Author: Request dari Poppu-chan tuh. Dia bilang, dia kan anak gaul, nggak kayak kamu.

Doremi: Eh, emangnya aku nggak gaul?

Poppu: Buktinya onee-chan baru punya pacar pas masuk SMP. Kalau aku kan, masih TK aja udah pacaran sama lima cowok.

Doremi: Enak aja. Kamu nggak lihat apa? Waktu kelas empat kan aku TTM-an sama Akatsuki-kun.

Poppu: Ah, cuma TTM-an aja bangga. Lagian waktu itu dia cuma manfaatin onee-chan doang kan? Biar bisa nyulik Hana-chan.

Doremi: Tapi itu nggak ngebuktiin kalau aku nggak gaul. Buktinya aku punya banyak temen.

Poppu: Tapi nggak punya pacar, itu sih sama aja bohong.

Author: Lho, kok Poppu-chan ada disini? Kan bagian kamu di chapter 6.

Poppu: Kelamaan. Aku kan juga mau eksis.

Doremi: Bener tuh apa kata author. Mending kamu balik ke chapter 6 sana. Jangan gangguin aku yang lagi protes sama author.

Author: Aduduh, Doremi-chan masih mau protes nih? Mau protes apa lagi? (Liat tuh, Hazuki-chan udah nggak sabar nunggu di chapter 2)

Doremi: Kenapa sih, musti ada bagian 'ulangan matematika' segala? Udah tau aku nggak suka matematika.

Author: Itu kan maksudnya biar pembaca tau kalau bikin coklat itu gampang.

Doremi: Oh, gitu ya? Okelah, aku juga kasihan liat Hazuki-chan udah lama nunggu.

Author: Fyuh, akhirnya selesai juga...

Doremi: Oh iya author. Aku mau nanya satu hal lagi nih.

Author: Apa lagi sih?

Doremi: Di pestanya Hazuki-chan aku bisa makan steak kan?

Author: Iya bisa. Udah pergi sana.

Doremi: Oke.