-Pagi Hari Di Rumah Midorima's Family-

"Shin-chaaan~ Aku mau itu!" Kazunari mengarahkan jari telunjuknya kearah layar televisi. Sosok— berambut hijau—yang dipanggil melirik, melihat apa yang ditunjuk Kazunari.

"Beli saja sendiri nanodayo! Aku sedang sibuk." Midorima, pemuda bersurai hijau tersebut bembantah.

"Ah, ayolah Shin-chan~ kau tidak ingin anakmu ini ileran hanya karena ngidam ibunya tidak terpenuhi kan?" Kazunari mengeluarkan jurus puppy eyes andalannya.

"Jangan tunjukan wajah aneh itu padaku nanodayo! Aghh, baiklah. Aku akan belikan." Midorima membenarkan letak kaca matanya dan menghampiri Kazunari. Ia menarik lengan ramping Kazunari dan pergi membeli apa yang tadi diinginkannya.

Kuroko no basket © Fujimaki Tadatoshi

Genre: agak Romance, Family.

Warning! Typo(s), Gaje, Garing, mengandung unsur keOOCan

"Ngh..." Lenguhan pelan terdengar di pagi hari nan sunyi. Midorima Kazunari, itulah namanya. Dipandangnya wajah sang suami—Midorima Shintarou. Ia tersenyum mendapati pemandangan di sebelahnya.

"Shin-chan~ ayo bangun." Kazunari mengguncang pelan sosok di sebelahnya. Karena tak melihat pergerakan dari suaminya, akhirnya ia mencium pipinya. Tak disangka, perbuatannya ampuh juga.

"K-KAZUNARI! a-apa yang kau lakukan nanodayo?!" Shintarou terkejut dengan perbuatan istri tercinta—yang tidak mau diakui itu. Yang ditanyai pun hanya memandang polos lawan bicaranya. Tak tahan melihat tingkah istrinya, Shintarou mengambil kacamata yang ada di sebelahnya, dan berjalan menuju kamar mandi. /?

"Berhenti menggodaku nanodayo!"

Midorima beserta istrinya tengah menonton televisi sambil duduk bersebelahan di ruang tengah. "Selamat pagi para penonton! Oha-Asa kali ini mengucapkan selamat kepada kalian para Cancer! Karena kalian menempati posisi pertama di hari ini. Lucky item untuk Cancer hari ini adalah perban. Dan bagi para Scorpio, kalian menempati posisi kedu—"

Wff...

"BAKAOO!" Midorima menatap tajam sang istri, kesal karena mematikan tontonan paginya. "Huh.. Shin-chan lebih menyayangi Oha-asanya dibanding kita, nak" Kazunari mengomel pelan sambil mengusap perutnya pelan. Midorima tersadar akan perbuatannya. Ia sedikit menyesal—dan tidak mau mengakuinya.

"Uh, M-m-maafkan aku.. T-tapi bukan berarti aku peduli nanodayo!" Ternyata shundere tetap saja tsundere. Takao hanya terkekeh mendengar penyataan tsundere sang suami, dan memeluk tangan Midorima dengan erat.

"Hehehe.. Kau menggemaskan, Shin-chan~"

"...URUSAINODAYO!"

4 Months later

Jam di dinding menunjukan pukul delapan, tepat di saat Kazunari tengah bersantai di kamar sambil membaca buku di atas sofa berwarna putih di sana. Dibukanya lembar demi lembar buku tersebut sambil sesekali tersenyum geli.

"Tadaima."

Mendengar suara yang dinantikannya sedari tadi, Kazunari langsung menutup buku yang ia baca dan segera menoleh ke arah pintu. Dan rupanya, Midorima sedang berdiri di sana.

Kazunari tersenyum melihat sosok jakung yang tengah berjalan kearahnya. Midorima duduk tepat di sebelah Kazunari dan mengusap kepalanya. "Kau sudah makan nanodayo?" Ia tersenyum.

Kazunari mengangguk, "Un! Tentu saja, Shin-chan!" Ia terkekeh dan tersenyum riang.

"Hm, Syukurlah kalau begitu nanodayo." balas Midorima.

"Shin-chan?" Kazunari menarik lengan baju Midorima sambil menatap manik hijau di sebelahnya.

"Hmm?"

"Maukah kau menemaniku membaca buku sambil, um.. Mengusap perutku? kau belum melakukannya kemarin" ucap kazunari. Benar juga. Sejak kemarin, Midorima belum meluangkan waktunya untuk Kazunari.

"...b-baiklah nanodayo." Midorima membalas dengan singkat. Midorima menyenderkan diri ke punggung sofa sambil memangku Kazunari yang sibuk membawa bukunya. Sesekali, diusapnya perut Kazunari yang sudah membesar.

"Nee, Shin-chan?"

"Hmm?" Sahut Midorima.

"Anak kita mau diberi nama siapa?"

"..." Kembali terdiam, ternyata kesibukan kerjanya membuat Midorima akan hal sepele—namun penting tersebut. Benar juga, banyaknya tugas membuatnya jarang menghabiskan waktu bersama dengan Kazunari.

"Entahlah nanodayo."

"Bagaimana kalau diberi nama Kazurou?" Takao berbinar saat mengucapkan nama tersebut.

" 'Kazu' diambil dari namaku, Kazunari, dan 'Rou' diambil dari namamu, Shintarou. Nee?" Kazunari memiringkan kepalanya.

"Hmm, itu lucu—T-tapi, bukan berarti aku menyukainya nanodayo!" Balas Midorima penuh penekanan di bagian akhir—

BUK!

Kazunari menutup bukunya dengan paksa, "Ayolah, shin-chan. Tidak usah malu begitu~ ini penting! PENTING! Kau mau anak kita tidak punya nama?! Padahal kau ini Tou-channya! Paling tidak, kau harus setuju! Argh~ shin-chan baka!" Celontehnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Hh.. Baiklah." Midorima menghela nafas, "Aku suka nama itu nanodayo.." Lanjutnya sambil tersenyum tulus.

'Kyaa~ shin-chan!' Kazunari ber-fanboying dalam hati. "Kyaaa~! Shin-chan!" Kazunari berteriak, tak tahan melihat ekspresi 'langka' sang suami. Karena terlalu senang, ia sampai meremat kaos yang tengah dipakai Midorima.

"Shin-chan! kau sangat imut! Membuatku ingin mem—" Kata-katanya terhenti. Kazunari meraba perutnya yang terasa sakit. Kandungannya sudah menginjak umur 9 bulan, artinya sudah siap untuk dilahirkan. Melihat perubahan raut muka istrinya, Midorima kembali mengelus perut Kazunari.

"S-shin-chan..s-sakit!" Kazunari meremat kaos Midorima dengan kuat, bersikeras melupakan rasa sakitnya. Terpampang jelas dari raut wajahnya, ia terlihat begitu kesakitan. Midorima mencium bau anyir yang muncul dari arah bawah. Dan bingo! Air ketuban mulai berceceran di bawah sana.

"I-i-iya nanodayo!" Midorima menggendong Kazunari ala Bridal Style, dan membawanya ke mobil.

"S-shin-chan, sakit—Aah!" Kontraksi dari perutnya, membuat Kazunari mengerang lagi.

"Tidak apa-apa nanodayo. Sakitnya hanya terasa sebentar. Usahakan kau tetap berkonsentrasi pada tugasmu nanti nanodayo." Ucap Midorima seraya menjelaskan, dan dibalas anggukan oleh Kazunari.

"Tetap di sini...Shin-cha—Agh!" Kazunari kembai mengerang, merasakan sakitnya kontraksi pada perutnya. Melihat ini, Midorima hanya bisa memberi senyuman pada istrinya—yang sebentar lagi akan melahirkan.

Setelah dirasa mampu untuk melahirkan, Kazunari dibawa ke ruang persalinan dan diikuti oleh Midorima beserta para perawat. Sembari dokter tengah menyiapkan perlengkapannya, Kazunari menggenggam tangan Midorima dengan erat. Ia ketakutan.

"S-shin-chan—Ugh.. tetaplah di sini.. Aku takut." ujar takao, lirih.

"Shh.. Tidak perlu takut nanodayo. Aku akan terus menemanimu di sini." midorima tersenyum ke arah Kazunari.

"Midorima sensei, semuanya sudah disiapkan. Apa pasien sudah siap?" Tanya salah seorang perawat. Midorima dan Kazunari saling memandang, mencoba bertukar pikiran. Akhirnya, Kazunari mengangguk dan membiarkan dokter melakukan tugasnya.

"Nah, Kazunari.. Sekarang, coba kau dorong sekuat tenaga dan usahakan mengikuti perintah yang diberikan dokter nanodayo" jelas midorima. Kazunari mengangguk, mencoba melakukan apa yang Midorima suruh dengan konsentrasi.

"Ugh.. Hhh.. Uhg-a— AAAAH! *hiks* S-Sakiiiit *hiks*—Agh! S-Shin-chaaann! " Kazunari meremat kaos milik Midorima dengan erat. Bagian bawahnya seakan dirobek. Begitu sakit, panas, dan perih.

bulir air mata mulai menetes dari ujung matanya. Midorima merasa iba pada sang istri dan mengelus kepalanya, "*hiks* SHIN-CHAAANN.. AAKKHH!—" Kazunari mempererat rematannya.

"Hah.. Hah.. Hahh..." Kazunari merasa sangat kelelahan. Namun, usahanya pun tak sia-sia. Setelah 10 menit lamanya, ia berhasil mengeluarkan bagian puncak sang bayi. Meski raut mukanya terlihat begitu kesakitan, namun Kazunari merasa bahagia.

"AAAAHH! Hh.. hah... hh—UWHAAAAAAAAHHH!" Kazunari menenggelamkan wajahnya di bahu kiri suaminya. Mengerang kencang disana, selagi kedua tangannya meremat punggung Midorima. Midorima menahan sakit di bagian punggung saat kuku tajam kazunari menggores bajunya.

"AKHH! AAHHI! AAAGHH—"

OEEKK! OEEKK!

Kazunari merobohkan tubuhnya yang peluh ke atas ranjang. Mencoba mengatur napasnya yang sesekali tersendak.

Kazunari berhasil. Usahanya selama 30 menit terbayar sudah. Ketegangan di ruangan berganti menjadi bahagia ketika mendengar suara tangisan dari dalam ruang bersalin. Kazunari berhasil melahirkan darah dagingnya dengan Midorima.

"*hiks* Hhh.. Hhh.." Kazunari mengatur nafas. Cengkraman tangannya di punggung Midorima mulai melonggar. Melihat ini, sang empu menatap Kazunari dan mengelus rambutnya sembari tersenyum, "Kau berhasil nanodayo." Ucapnya.

Setelah dibersihkan, bayi mungil tersebut diserahkan kepada Midorima. Didekatkannya bayi tersebut ke arah Kazunari dan tersenyum.

"Shin-chan, Boleh aku menggendongnya?" Tanya kazunari. Midorima mengangguk, dan ditempatkan sosok mungil tersebut di dekapan hangat Kazunari.

Kazunari tersenyum. dengar raut wajah yang sangat bahagia, Diusapnya perlahan puncak sang bayi sembari berkata, "Shin-chan, rambutnya agak kehijauan seperti milikmu, Hehe~." Ia terkekeh.

"Hh, Souka." Balas Midorima singkat.

"Kazunari, sepertinya dia kita beri nama Kazurou saja nanodayo. T-tapi,bukan berarti aku—" kata-katanyaterpotong saat kazunari meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Midorima, "shhh... Aku tidak mau dengar kata-kata tsunderemu itu, Shin-chan. Baiklah, Aku setuju"

"Hhh... " Midorima menghela nafas, dan tersenyum melihat Kazunari yang begitu bahagia.

'Midorima Kazurou, ya? Nama yang bagus.' Midorima bergumam pelan. Di dalam hati kecilnya. ia sangat menyukai nama itu. Tapi ketsunderean membuatnya sulit mengakuinya.

"Shin-chan! Shin-chan!" Panggil Kazunari dengan antusias.

"Hmm?" Midorima berdehem sebagai jawaban.

Kazunari tersenyum dan menunjuk ke arah sang buah hati. Matanya terbuka, menampakkan bola Onyxnya yang indah. Midorima tersenyum simpul dan mencium surai anaknya. 'Baunya seperti seperti kazunari, nanodayo' Batinnya.

Seusai kejadian beberapa menit lalu, Kazunari segera dipindahkan ke ruangan khusus pasien yang disewanya. Di dalam sana, Midorima tersenyum bahagia. dielusnya lembut surai Raven Kazunari sembari menatap wajah damai yang tengah tertidur itu. Seketika, perhatiannya teralih karena melihat luka cakaran di tangan Kazunari.

"Pasti rasanya sakit nanodayo. Kau sampai luka begini."ucap Midorima lirih, nyaris tak terdengar.

Sekitar sepuluh menit sejak dipindahkannya Kazunari, ia tersadar. "Uh.. Shin-chan?" Kazunari terbangun. Ia Memutar pandangan, seraya mencari sosok besar sang suami. Tak berselang lama, orang yang dicarinya pun muncul dihadapannya.

"Uh, S-shin-chan... sakit." Ucap kazunari dengan lirih. Sedikit meneterkan air mata.

"Sekarang memang sakit nanodayo. Tapi besok sudah tidak terlalu. Jadi, jangan khawatir nanodayo." Midorima tersenyum.

Kazunari mengangguk. "Shin-chan, tetap di sini, oke?" Ia berujar dengan sangat pelan. "Uh, baiklah." Midorima mengangguk.

"Aku mencintaimu, Kazunari"

'Kuharap keluargaku bisa terus bersama, apapun yang terjadi. Selama kita masih bersama, akan kubahagiakan mereka dengan kasih sayang.'

5 months later

Pagi buta menemani lelap keluarga baru ini. Midorima Shintarou—sang ayah, tengah menemani buah hati beserta 'istrinya terlelap. Dengkuran kecil. Terdengar dipenjuru kamar. Kesunyian terhenti saat suara lenguhan bayi yang terbangun muncul. Hal ini membuat naluri keibuan Kazunari muncul. Ia membuka matanya perlahan, dan mendapati anaknya tengah terbangun sambil mengulum jari mungilnya.

Ditatapnya lembut iris sang anak, dan ia mendekatkan indra perabanya pada surai gelap Kazurou. Kazurou tersenyum polos. Kazunari berharap suaminya bisa melihat pemandangan indah ini. Diliriknya Midorima—yang rupanya tengah menatapnya balik. Midorima juga terbangun.

"S-shin-chan! Jangan mengagetkanku!" Kazunari berkata sambil cemberut, dan dibalas dengan seringaian tipis.

"Salah sendiri kau tidak melihatku nanodayo" Midorima menjawab.

"Hh, hai' hai' " Kazunari mengiyakan perkataan suaminya tersebut. Ia kembali memperhatikan buah hatinya yang masih setia mengulum jarinya. Ditatapnya lembut wajah anaknya, sampai akhirnya ia tersenyum.

"Nee Kazurou-chan, Ayo tidur. Ini masih gelap." Ucap Kazunari sambil mengelus pipi tembem sang anak. Bukannya tidur, Ia justru menatap lugu Kazunari.

"Hh, baiklah. Shin-chan? Bagaimana kalau kau menyuruhnya tidur?"

Midorima menoleh, "K-kenapa harus aku nanodayo?!" Ucapnya sedikit tidak terima.

"Karena dia tidak mau kusuruh." Ucap Kazunari datar.

"A-apa?! B-b-b-baiklah" Midorima kebingungan, bagaimana cara menidurkan bayi yang baru terbangun? Menyuapinya saja belum pernah. Hhh, dasar tsundere(?).

Midorima memperhatikan tubuh anaknya, dan melakukan seperti apa yang Kazunari lakukan pada anaknya—bukan! Anak mereka. Ia mengusap punggung sang anak, dan menina bobokannya. Kazunari senang, dan mendekatkan diri ke dekapan sang suami—dan anaknya itu. Akhirnya, mereka bertiga kembali tertidur seperti semula.

Yosh! Selesai sudah fanfic nista buatan saya ssu!. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada para readers yang sudah membaca ini ;w;. well, Saya masih baru di sini, dan jika ada penulisan yang salah boleh disampaikan -w-. Sebelumnya, RnR please~