Kwon Soonyoung

Lee Jihoon

.

Chapter 1:

Diadaptasi dari moment Soonhoon di menit-menit awal MV Smile Flower/Laughter..

.

.

"YA ! KIM MINGYU !"

Seorang pria berambut hitam dengan sepasang iris hitam jernih yang tersembunyi dibalik mata sipitnya itu meneriakkan nama orang yang membuatnya harus menghentikan lantihan dance mereka. Kedua-belas pria lain yang juga berada diruangan tersebut pun memdadak menghentikan gerakan mereka dan terdiam, termasuk orang yang nama nya diteriaki tersebut.

"aku rasa tadi mingyu hyung tidak salah" ujar pria berpipi bulat dengan suara sangat pelan, hampir berbisik. Takut jikalau orang yang berteriak tadi mendengarnya.

"KAU JUGA SEUNGKWAN. KONTROL EKSPRESI WAJAHMU !"

Ini bukan kali pertama Kwon soonyoung meneriaki nama member lainnya dan membuat mereka semua harus menghentikan latihan sementara dan mengulanginya lagi dari awal. Soonyoung memang choreographer dalam group mereka. Dia yang berkewajiban merancang, membuat dan mengatur dance di hampir semua performance mereka. Dan Soonyoung memang sudah seperti ini sejak dulu.

Sifat Soonyoung yang ceria dan easy going akan menguap dan lenyap entah kemana jika sudah bicara tentang 'dance practice'. Soonyoung adalah moodbooster nya Seventeen, pribadi yang menyenangkan. Tapi untuk dance dan latihan, Soonyoung dikenal sebagai pribadi yang pekerja keras dan perfeksionis. Tapi, bukankah karena hal ini mereka terkenal sebagai group yang memiliki sinkronisasi dance terbaik?

Dan jika sudah terjadi aksi teriakan seperti ini tidak akan ada yang berani membantahnya. Member lain terlalu mengenal Soonyoung untuk tidak memperpanjang masalah dengan sekedar memberikan penjelasan atas kesalahan yang (menurut soonyoung) mereka perbuat, karena pada akhirnya Sonyoung memang selalu benar. Kurang power. Kurang hentak. Kurang jauh. Kurang tinggi. Kurang berekspresi. Kurang harmonis. Selalu ada kekurangan yang Soonyoung temukan dalam dance mereka. Dan toh pada akhirnya semua akan kembali pada..

"Ulangi dari awal".

Itu bukan pernyataan. Itu perintah. Semua kembali ke posisi semula. Kembali menarikan gerakan yang telah mereka ulang sebanyak 12 kali selama malam ini.

Latihan hari ini selesai. Semua member kelelahan, banjir keringat dan megap-megap menarik nafas dan memastikan oksigen masuk dalam-dalam ke paru-paru mereka. Dan Soonyoung sudah kembali jadi pribadi yang menyenangkan dengan melempar beberapa lelucon untuk sekedar membuat member lain menyunggingkan senyum dan tertawa.

.

.

"Sudah hampir 3 tahun loh kita debut, tapi aku sama sekali ga bisa membiasakan diri dengan amarah Soonyoung hyung. Tiap kali dia marah, rasanya sama seperti saat pertama kali dia memarahiku saat predebut dulu" ujar Seungkwan sambil berusaha menyumpal mulutnya sendiri dengan roti yang diberikan Vernon. Mereka berbicara diruangan latihan yang tadi mereka gunakan. Hanya ada beberapa member saja yang masih betah disana. Sementara orang yang dibicarakan sudah lebih dulu keluar entah kemana.

"Hyung, tidak bisakah kau bicara pada Soonyoung hyung?" tanya Seokmin pada Seungcheol yang tiduran diatas paha Jeonghan. "Biasanya kita membicarakan segala hal setiap malam kan? Kenapa tidak untuk yang satu ini?" yang dibalas dengan anggukan dari Minghao dan Chan.

"kita sudah pernah membahas ini kan? Bahkan kita sudah membahasnya belasan kali. Dan semua yang Soonyoung lakukan tidak salah. Ini adalah kawasan Soonyoung. Lahan-nya. Dia yang lebih mengerti." Jawab pria dengan bulu mata paling lentik itu sambil terpejam.

Bukannya dia tidak paham apa yang dirasakan adik-adiknya tersebut, tetapi walaupun jabatan leader dipegang olehnya, tetap ada batasan-batasan yang tidak bisa ia masuki. Seperti latihan dance milik Soonyoung. Sama halnya dengan waktu rekaman milik Jihoon. Kekuasaannya tidak berlaku disini. Dia menghormati kedua adiknya tersebut.

"tapi hyung kalau terus-terusan seperti ini aku bisa.. "

"Biarkan Soonyoung melaksanakan kewajibannya, Seungkwan. Hargai kerja kerasnya tidak tidur 2 malam demi membuat dance ini." ucapan lembut seseorang dari pojok ruang latihan memotong ucapan Sengkwan. Pelan, namun dapat didengar oleh semua orang didalam ruangan tersebut. Pria terpendek dalam group tersebut kemudian bangkit, mengambil handphone nya diatas meja dan bersiap keluar ruangan.

"Hyung, aku tidak pulang malam ini." ucapnya pada Seungcheol, yang dibalas gerakan tangan seperti angka tiga pertanda 'oke' oleh pria tertua dalam group tersebut, dia paham bahwa adiknya yang satu itu akan kembali mengurung diri dalam studio demi merampungkan lagu-lagu baru mereka.

.

.

Jihoon baru saja menutup pintu latihan ruangan latihan mereka dari luar, saat menemukan pria yang tadi menjadi pembicaraan berdiri disana. Ya, Soonyoung berdiri sambil menyandarkan punggungnya pada dinding luar ruang latihan. Jihoon anggap Soonyoung mendengar pembicaran mereka, karena tadi memang pintu ruang latihan tidak tetutup rapat saat dia hendak keluar.

Soonyoung menatap Jihoon dan tersenyum konyol seperti biasanya. Palsu. Semua orang mungkin bisa Soonyoung bodohi, tapi tidak dengan Jihoon. Pria bersurai neon itu menghela nafas dan memutar bola matanya sebelum berjalan melewati Soonyoung menuju studio nya. Jihoon mendorong sebuah kursi yang ada di depan studio nya ke depan pintu, menekan beberapa digit angka sebelum akhirnya pintu studio itu terbuka dan memasukkan kursi itu kedalam 'gua' –nya. Dia tahu bahwa si rambut hitam akan mengikuti dirinya.

"kau mau masuk apa tidak?" tanya Jihoon yang mendapati Soonyoung sudah ada didepan pintu studio nya saat dia hendak menutup pintu.

"..."

"baiklah, aku tutup pintunya"

Sebelum pintu tertutup, kaki Soonyoung mengganjalnya dan Jihoon membuka kembali pintu studio nya. Membiarkan Soonyoung masuk dan duduk di kursi yang di dorongnya tadi, sementara Jihoon menutup kembali pintu dan duduk di kursinya sendiri.

Keheningan terjadi, dan sudah berlangsung 30 menit sejak mereka masuk. Jihoon sudah menghidupkan PC nya. Membaca beberapa partitur yang sudah ada diatas meja, dan mulai bersenandung sesuai dengan partitur ditangannya, mencoba memikirkan lirik apa yang cocok dengan nada tersebut. Sementara Soonyoung masih betah dalam diamnya.

"Aku tidak akan bertanya apapun. Tapi jika kau ingin mengatakan sesuatu, aku ada disini untuk mendengarkan." ucap Jihoon tanpa memalingkan wajah kearah Soonyoung yang ada di belakangnya, seolah tak peduli. Walau Soonyoung paham bahwa sejak tadi Jihoon juga menunggunya.

"Kau tahu kan kalau anak-anak yang lain juga sering membicarakan dirimu setelah selesai recording?" ujar Soonyoung sedikit ragu.

"tentu"

"kau tidak sedih mendengarnya?"

"..."

"apa kau kecewa?"

"pertama kali, ya. Tapi setelahnya tidak lagi. Dan bukankah ini bukan yang pertama bagimu? Seingatku dulu kita pernah membahas betapa brengseknya kita berdua saat latihan dan recording dihadapan semua member yang lain saat di dorm."

"ya aku tau itu, tapi membicarakannya di depan wajahku dan membicarakannya dibelakangku, rasanya sedikit berbeda."

"setidaknya kau hanya dibicarakan anak-anak yang lain. Aku? Aku dibicarakan anak-anak, agensi, bahkan fans."

"..."

"dibicarakan karena selalu keras saat recording. Dibicarakan karena lagu-lagu ku tidak sesuai dengan keinginan beberapa staff. Dibicarakan karena dicap tidak adil dalam pembagian line."

"..."

"tapi kau dan aku tahu satu hal"

"..."

"semua itu kita lakukan karena kita harus. Kita tahu kehidupan member. Kita tahu apa saja yang mereka korban kan untuk sampai di tahap ini. Kita tahu apa yang akan terjadi jika comeback kali ini tidak berjalan sesuai harapan. "

"..."

"Kita menginginkan yang terbaik untuk mereka, itulah mengapa kau dan aku harus melakukan hal itu"

Jihoon bangkit dari posisi duduknya, mencoba membenarkan posisi keyboard didepannya, masih tetap membelakangi Soonyoung.

"Perkataan mereka barusan jangan kau simpan dalam hatimu. Mereka tidak bermaksud seperti itu."

"..."

"Mereka bukannya tidak mengerti dirimu Soonyoung, mereka paham mengapa kau melakukannya dan untuk siapa. Mereka hanya sedang lelah." Ucap Jihoon sambil menoleh sedikit ke belakang, menghela nafas sebentar saat melihat Soonyoung masih saja memilih bungkam sambil menatap dan mengelus cincin dijari kelingking tangan kanan nya. Jihoon kembali menghadap ke depan, masih mencoba memperbaiki posisi beberapa kabel dari keyboard nya yang tersambung dengan PC disampingnya.

"Dan kau juga lelah. Sekarang pulanglah ke dorm, istirahatkan dirimu. Aku lihat kau tertidur di ruang latihan semalam."

Setelah Jihoon berkata demikian sepasang lengan merengkuhnya dari arah belakang. Membawa punggungnya bersentuhan dengan dada Soonyoung. Pria bersurai hitam itu membenamkan kepalanya di perpotongan leher dan bahu Jihoon. Membuat pipi kanan Jihoon bersentuhan dengan pipi kiri nya. Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Jihoon katakan dalam seminggu ini. Jihoon jarang sekali bicara panjang lebar seperti ini.

Tubuh Jihoon sangat hangat. Membuat Soonyoung nyaman ingin berlama-lama memeluknya.

"ya.. Kwon Soonyoung.."

"sebentar saja, biarkan seperti ini sebentar saja"

Soonyoung paham bahwa apa yang Jihoon katakan benar adanya. Disaat-saat seperti ini mungkin hanya Jihoon yang paham perasaan nya. Jihon pernah berada di posisinya. Jihoon memahaminya. Jihoon mengerti. Membuat Soonyoung merasa tidak sendirian disaat seperti ini.

Tangan Jihoon yang tadinya ingin mengawaskan rengkuhan lengan Soonyoung di pinggang dan dada nya, malah ikut menangkup punggung tangan Soonyoung. Memegangnya erat seolah memberinya kekuatan.

"Ah.. harusnya aku mendengarkan keluh kesahmu. Aku malah berakhir menasehatimu. Maaf."

"Tidak masalah. Terimakasih sudah menyadarkanku kembali."

Masih dalam posisi begitu, Jihoon berjalan kearah lain, ingin mengambil headphone nya yang berada diujung meja. Membuat tubuh Soonyoung tertarik, mengikuti kemana tubuh Jihoon membawanya.

"Kau tidak ingin melepaskanku? Kalau ada yang masuk, mereka akan mengira kita sedang macam-macam"

"Aku sering memeluk yang lain, dan tidak ada yg bilang macam-macam soal itu"

Jihoon mendengus kesal. Ini sudah lewat jam 12 malam.

"Pulanglah"

"Sebentar lagi"

"Aku sedang kerja"

"Aku tau, makanya aku dari tadi diam saja. Tidak bisakah aku disini malam ini?"

"Tidak"

"Ayolah, dulu kau bilang tidak masalah aku disini asal tak menganggu mu"

"Kau sudah sangat lelah Soonyoung. Pulang. Mandi. Dan istirahatkan dirimu ditempat yang nyaman." Jihoon melepaskan rengkuhan Soonyoung dan berbalik, menghadap kearahnya. Menatap lurus keatas, menatap iris hitam Soonyoung.

"Hmm.. baiklah"

Saat Soonyoung hendak membuka pintu untuk keluar..

"Soonyoung.." panggil Jihoon yang sudah duduk kembali di kursinya, menatap kembali partiturnya, bertanya tanpa menoleh pada Soonyoung.

"Ya?"

"Pastikan senyum konyol itu kembali besok."

Soonyoung keluar dari studio Jihoon. Tentu, seru batin nya. Dan Jihoon akan jadi orang pertama yang melihatnya. Dia berencana datang kembali ke studio pukul 6 esok pagi dan membawakan bubur hangat untuk Jihoon.

END

Ini Soonhoon masih bromance ya. Perkembangan perasaan masing-masing akan diceritakan bertahap. Tapi mungkin kalo saya tetap lanjutin fanfic ini, mungkin ga bkal banyak bikin adegan lovey-dovey. Jujur saya suka love-hate relationship nya soonhoon. Mereka peduli satu sama lain. Walau kesannya Hoshi menunjukkan lebih banyak, tapi soonhoon shipper hardcore seperti saya pasti tau kalo Woozi selalu merhatiin Hoshi. Kalo mereka lagi main games, dan ada Hoshi yang lagi main, dia cuma akan ngelihat kearah Hoshi. Mereka juga sering ke-gap senyum satu lain saat ada member yang bicara, seolah telepati dan bilang "kau mikirin yang sama kan?" . Yaaah intinya hubungan mereka itu subtle dan off camera banget. Cuma terlihat kalo pas kamera lagi ga fokus ke mereka.