Annyeong !
sebenernya bingung mau ngomong apa.
mendingan kalian siapin kantong muntah dulu kali ya, sebelom muntah kan lebih baik berjaga-jaga dulu *inget pribahasa, hayo*.
kenapa kalian aku suru siapin kantong muntah? biar muntahnya gak belepotan di rumah kalian, soalnya isi fict ininya mungkin belom kayak author-author pro yang bikin.
fict ini yang bikin masi amatiran. jadi baik kata-kata maupun ceritanya pasti masih kayak khayalan, bikin muntah *mungkin*.
ini juga fict pertama yang saya buat. mohon dimaklumkan :DD.
ide fict ini mungkin sangat-sangat-sangat standart, jadi sori kalo nanti feelnya kurang dapet.
harapan aku, semoga kalian terhibur aja deh baca ini. soalnya inspirasinya juga dapet dadakan (:
Embun dan Matahari
Naruto Characters © Masashi Khisimoto
This fict © elfhottest, 2012
Pairing : Gaara - Hinata - Sakura - Naruto
Warning :Typos, AU, OOC, ect
PROLOUGE
Sunagakure, 11.30 p.m
Terlihat seorang pria yang sedang menjatuhkan diri ke kasur empuknya, karena hari ini terasa sangat berat baginya.
Bagaimana tidak? baru saja tadi siang, ayahnya mengungkit-ungkit lagi masalah 'itu'.
Yang dimaksud 'itu' olehnya ialah masalah pewaris.
Ya, ayahnya ingin dia menjadi pewaris tunggal.
Ia heran, kenapa ayahnya harus memilihnya? kenapa tidak diantara kedua saudaranya?
Sungguh, ia masih sangat muda, tapi kenapa beban ini harus diletakkan di punggungnya?
Ia belum sanggup mendapatkan masalah-masalah berat perusahaan milik keluarganya.
Memang, keluarganya termasuk salah satu keluarga terkaya di Sunagakure.
Mungkin kekayaannya tidak akan habis sampai tujuh turunan nanti.
Tapi mengapa ayahnya harus menentukan sekarang? mengapa?
Ia pun membenamkan wajah di bantalnya.
Ia suah muak dengan semua ini.
Ia sudah menghalalkan segala cara, mencoba mengganti keputusan sang ayah untuk menjadikannya sebagai pewaris.
Namun, tampaknya itu sia-sia.
Sang ayah sudah membulatkan keputusan, dan itu tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Andaikan dia bukan anak orang kaya, pasti sekarang ia masih bisa jalan-jalan bersama teman, nongkrong, dan semua hal yang tidak bisa ia lakukan.
Setidaknya, untuk sekarang ini saja.
Bolehkan ia bebas? bisakah?
Ia ingin bisa bebas dari segala statusnya sebagai pewaris yang akan diresmikan tepatnya lusa.
Ya, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke delapan belas.
Mungkin ini adalah perayaan ulang tahun terburuk seumur hidupnya.
Ditambah lagi, lusa juga akan dibacakan surat wasiat dari mendiang kakeknya.
Memang sudah menjadi tradisi keluarga, saat anak terakhir berulang tahun yang ke delapan belas, surat wasiat dari kakeknya harus dibacakan,
Tentu saja surat itu adalah musibah kedua baginya-setelah menjadi pewaris tunggal.
Demi melapiaskan kekesalan, tiba-tiba ia memukul kaca di kamarnya dengan sangat kencang, sampai kaca itu pecah dan ada beberapa kepingan yang jatuh.
Ia memukul kaca itu sekuat tenaga dan dengan kedua tangannya.
Tentu, yang pertama kali ia rasakan adalah, sakit-pasti.
Dari tangan putihnya pun tiba-tiba sedikit memerah-dan akhirnya pun mulai mengalir cairan merah kental.
Darah.
Darah itu megucur deras dari kedua tangannya.
Ia berdiri di depan kaca itu-cukup lama, lalu sesaat kemudian, ia menghempaskan lagi tubuhnya ke ranjang.
Dan karena memang sudah lelah, ia mencoba memejamkan mata.
Mencoba untuk melupakan masalah yang ia hadapi, sesaat saja.
Saat ia tidur.
Tak lama kemudian, terdengar dengkuran keras dari dalam kamarnya.
Ya.
Dia terdidur.
Horee.. *treak-treak gaje* akhirnya prolog selesai juga. maaf ya prolog ga bisa bikin banyak-banyak. author udah keabisan katakata :P. setelah author using mikirin kata-kata yang teat buat prolog ini. Yah, mungkin ide pasaran. tapi mudah-mudahan itu gak ngerusak mood kalian untuk baca kelanjutan fict ini yaa :)) terimakasih loh, udah mau ngebaca sampe bawah sini. apalagi kalo kalian mau kasih ripiu :DD *permintaan author terlalu banyak, harap maklum*kirim aja saran kalian banyak-banyak di kolom riview..
jjang!
