Title : Akashi's Life Story ;Prolog : First Meet.

Chara : Akashi Seijuurou (OrexBoku)

Genre : Mystery, Familly

Author : A.S (Bokushi)

Warn : cerita ini cuma fiktif. Jangan mengharapkan BL disini.

Happy Reading

Aku, Akashi Seijuurou, 13 Tahun, siswa tahun ke 2 di SMP Teiko. Ini adalah ceritaku saat pertama kali bertemu dengan Bokushi.

Malam itu, aku baru saja pulang dari tempat bimbingan belajar. Rasa lelah dan jengah menghantuiku sejak aku menginjakkan kaki di lantai rumahku. Aku ingin tidur saat itu juga, tapi aku masih memiliki berbagai kegiatan yang harus kulakukan.

"Tuan muda Seijuurou, Masaomi-sama baru saja pergi ke Akita." Lapor salah seorang maid di rumahku. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Seijuurou-sama mau mandi atau makan dulu?" Tanyanya lagi

"Aku pass makan malam, siapkan air hangat." Titahku

"Baik, Seijuurou-sama"

Kemudian, aku kembali sendiri. Kututup pintu kamarku pelan dan mengeluarkan buku berisi tugasku di atas meja, sambil menunggu maid memanggilku jika air panasnya sudah siap.

1 menit konsentrasiku masih cukup, menit ke 10 kantuk mulai menyerangku. 1 jam kemudian semuanya gelap, kesadaranku hilang sepenuhnya membawaku ke alam mimpi yang indah.

"-rou"

"-juurou?"

Aku mengerjapkan mataku, elusan di puncak kepalaku membuatku dengan terpaksa menarik kesadaranku sepenuhnya dari buaian mimpi, di tengah fokusku yang tak stabil, aku melihat helaian scarlet duduk di depanku sembil menatapku. Matanya heterochrome merah-gold. Siapa dia?

"Seijuurou? Kau bangun?"

Loading completed...

"Kamu... Siapa?" Tanyaku.

Demi apapun aku terkejut melihat sosok di hadapanku. Ia sangat mirip denganku hanya saja dia berponi pendek dan bermata heterochrome. Seingatku, Ayah tidak pernah berbicara kalau aku punya saudara kembar.

"Apa aku mengganggu tidurmu?" Katanya berbalik tanya.

"Tidak... Juga" jawabku ragu

"Hari ini kerja bagus. Kau terlalu lelah, lebih baik kau mandi sekarang lalu tidur" sekarang ia tersenyum padaku. Senyumannya terasa hangat.

"Nama...?" Tanyaku

"Hm?"

"Namamu siapa?"

"Kau bisa memanggilku Bokushi"

"Boku (aku)?"

"Kau Oreshi. Sudah sana cepat mandi, air hangatnya sudah siap" Bokushi mendorongku ke arah kamar mandi sambil tersenyum ceria.

Sejak saat itulah aku dan Bokushi menjadi akrab, aku tidak tahu apa-apa soal Bokushi. Tapi, dia tahu banyak tentangku. Setiap aku pulang aku selalu melihatnya duduk di depan beranda lalu memelukku ketika aku sampai. Persis seperti seorang adik yang manja pada kakaknya. Apa lebih baik Bokushi ku angkat menjadi adik ya? Fikirku.

"Bokushi..." Panggilku

"Ada apa, Oreshi?" Jawabnya sambil memindahkan bidak shogi di hadapannya dan mengambil bidak shogiku. Kami sedang bermain Shogi.

"Apa kau tidak sekolah?"

"Aku sekolah kok"

"Tapi aku tidak pernah melihatmu pulang atau pergi sekolah"

"Karena aku tidak sesibuk kamu." Jawabnya santai.

"Sou ka... Umurmu?"

"Yang jelas lebih muda darimu"

"Jawaban yang tidak jelas." Bokushi terkikik geli.

"Memangnya penting ya?" Bokushi balik bertanya sekaligus menyatakan Ote' (skakmat dalam shogi) padaku.

"Ah, aku kalah lagi" desahku frustasi "tentu saja penting, aku hanya ing-"

"Ingin menjadikanku adikmu? Itu ide bagus."

"Dasar esper"

"Fikiranmu terlalu mudah dibaca." Katanya sambil mengeluarkan smirk andalannya.

"Terserahmu saja." Kesalku

Kulihat Bokushi menatap keluar beranda, menghela nafas yang kulihat terasa berat. Ia kembali menatapku.

"Besok latihan, bawa air minum yang agak banyak ya? Sepertinya besok akan cerah sekali"

"Meramal cuaca lagi?"

Ia mengangkat bahunya tanda ia tidak melakukannya. Ini sudah sering terjadi ketika ia mengatakan sesuatu tentang masa depan maka itu akan menjadi kenyataan. Terkadang aku bingung dengan Bokushi, ia seolah bisa melihat masa depan.

"Hanya memprediksi, mataku bisa memprediksi masa depan dengan ketepatan 83%" ucapnya sambil menunjuk ke arah matanya yang berwarna gold.

"Hebat juga." Gumanku

"Saa, sekarang sudah malam. Ayo tidur! Besok kegiatanmu banyak" ia membereskan papan shogi, lalu meletakannya di atas meja.

"Oyasumi, Oreshi"

"Oyasumi mo, Bokushi"

Dan kamipun sama-sama terlelap.

Aku berjalan di koridor SMP Teiko sambil membawa satu kardus besar kaset-kaset hasil pengintaian pertandingan lawan. Berat, tentu saja. Badanku kecil dan disuruh membawa benda-benda ini. Ini karena aku menjadi wakil ketua klub basket jadi aku harus mengikuti titah Nijimura-senpai selaku ketua klub.

"Sepertinya itu berat, mau kubantu?"

Suara ini? Batinku. Aku berbalik dan menemukan Bokushi yang berjalan mendekat ke arahku. Aku tidak tahu kalau Bokushi juga bersekolah di Teiko. Kenapa aku baru menyadarinya?.

"Malah melamun" Bokushi menepuk pundakku cukup keras. Aku kembali dari lamunanku.

"Kau sekolah disini juga?" Tanyaku

"Tentu saja. Jangan bilang kau tidak sadar?"

"Aku baru tahu"

"Dasar bodoh. Mau di bawa kemana rongsokan itu?" Tanya Bokushi sambil menunjuk kardus yang kubawa.

"Bicaramu selalu kasar ya? Akan kubawa ke gudang"

"Gudang? Siapa manusia rendahan yang berani menyuruhmu melakukan tugas ini? Badanmu kecil dan kurus disuruh membawa rongsokan ke gudang?"

"Bokushi, sudahlah. Sudah tugasku kok"

"Kau terlalu lemah!" Tangan Bokushi menyentuh sisi lain kardus dan membantuku mengangkat kardus itu. "Jadi lebih ringan kalau berdua kan?"

"Mm-hm. Arigatou, Bokushi"

"Douita, Oreshi"

Angin kering musim panas baru saja berhembus. Menghembuskan sebuah firasat buruk pada diri Oreshi. Di musim panas ini, semua akan berubah. Tanpa kusadari ini adalah awal dari babak baru dalam drama kehidupanku. Kehidupan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

-Prolog End-