Title: My Admirer and His brother

Rated: K

Cast: Kim JongWoon,

Kim RyeoWook,

Other Cast

Disclaimer : YeWook saling memiliki ~('-'~) (~'-')~ gak terima? Silahkan klik tanda silang di pojok kiri atas^^

Warning : Boys Love, OOC, typo.

Halooo reader *tebar bias* ff ini saya dedikasikan untuk seluruh YWS (YeWook Shipper) semoga bisa ff ini bisa diterima oleh kalian semua^^

NO BASHING or FLAME

DON'T LIKE, DON'T READ!

Lah ngeyel?

Bruagh ... Tuiiiinggggg *tendang bareng ddangko brothers*

Masih gak ngerti?

*ambil wand* Avada Kedavra~ *ketawa puas bareng aunty Bellatrix*

#shyshycat Happy reading ~^^ *bow

.

.

.

.

Normal PoV

"Jongwoon-ah," terdengar sebuah suara memanggil seorang namja tampan yang kini sedang menjadi idola. Sebuah suara yang sudah tidak asing lagi di telinga namja yang bernama Kim Jongwoon tersebut. Ya dia adalah Shindong ahjusshi penjaga apartemen mereka. Apartement boyband yang sedang naik daun, Ryeosom. Boyband yang beranggotakan lima orang namja tampan dan berkelas. Dan namja bernama Jongwoon tersebut merupakan lead vocal dari boyband yang sedang naik daun ini. Bergegas ia menghampiri penjaga apartemen berpostur tambun yang sudah berada di depan pintu dorm. Sambil sesekali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya, ia membatin, 'Malam ini dingin sekali.'

"Shindong Ahjusshi, ada apa? Malam-malam begini memanggilku." tanyanya sambil memasukkan kedua tangannya ke saku jaket. Bermaksud mengurangi rasa dingin yang kini benar-benar menghinggapi telapak tangannya. 'Ah, kenapa di saat seperti ini sarung tanganku malah hilang?'

Shindong ahjussi tersenyum melihat tingkah laku Jongwoon, "Ada hadiah untukmu. Tadi ada seorang namja manis yang menitipkan ini padaku." katanya sambil mengulurkan sebuah kotak berwarna merah pada Jongwoon. "Kelihatannya dia masih SMA, mungkin salah seorang fansmu." lanjutnya sambil memasukkan kedua tangannya ke saku jaket miliknya.

Jongwoon tersenyum kecil saat mendengar ucapan ahjussi tersebut, "Ah, terimakasih. Maaf merepotkanmu." ucapnya sambil tersenyum tulus hingga matanya yang sipit melengkung membentuk bulan sabit.

Ia tersenyum, "Tidak apa-apa, baiklah aku akan kembali ke pos. Dingin sekali. Sebaiknya kau juga masuk." perintahnya kemudian membungkukkan badannya 90 derajat. Dan berlalu meninggalkan Jongwoon.

Setelah membalas membungkukkan badan pada Shindong ahjusshi, Jongwoon pun bergegas masuk ke dalam. Sungguh hari ini cuaca sangat dingin. Tentu saja ini dikarenakan Seoul sedang menghadapi musim salju. Hampir seluruh kota diselimuti oleh salju yang sangat tebal. Ia menutup pintu dorm kemudian melepaskan sepatu yang digunakannya tadi. Ketika hendak melangkah ke kamar, ia mencium bau sedap yang ternyata berasal dari dapur. Benar-benar suatu kebetulan namja berjari mungil ini sedang lapar. 'Siapa yang memasak ya?' batinnya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal menggunakan salah satu tangan yang bebas. Dilangkahkan kakinya menuju dapur, dengan masih mencium aroma sedap yang menguar dan menusuk setiap indra penciumannya. Jongwoon memperhatikan seisi dapur, 'Hah... Hankyung ge, ternyata dia yang memasak. Hmm nasi goreng Beijing?' Jongwoon masih memperhatikan Hankyung gege yang sibuk memasak. Pria Cina ini memang lihai dalam hal masak-memasak dan masakan andalannya adalah nasi goreng Beijing. Walaupun sederhana tapi makanan ini bisa membangkitkan selera makannya yang terbilang kecil.

"Jongwoon, kau rupanya." Hangeng menoleh ke arah Jongwoon sebentar, kemudian berbalik lagi menghadap ke nasi gorengnya yang sudah siap untuk disajikan.

"Ya...Hangeng ge, aku lapar..." ucapnya lalu tersenyum jahil sambil mendekatinya perlahan-lahan. Tepat sebelum Jongwoon menyentuhnya, dia berbalik dan berkata sambil menggerak-gerakkan sendok di depan wajah Jongwoon, "Aku tahu... Aku tahu... Aku akan buatkan satu untukmu." ucapnya kemudian melanjutkan acara masak-memasaknya sambil sesekali menggerutu tidak jelas.

"Gamsahamnida," Jongwoon membungkukkan badan dengan hormat sambil tersenyum tipis. Lalu berbalik menuju ke kamar. Belum sempat namja beriris hitam tersebut beranjak, suara lembut bagaikan angel menginterupsinya.

"Jongwoon-ah, apa yang kau bawa itu?" tanya Leeteuk sambil menatapnya curiga. Sebagai leader dari group ini, Leeteuk harus menjaga setiap tingkah-laku dongsaengnya. Ia tidak mau hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada group yang dengan susah payah dibangunnya ini. Apalagi jika terjadi karena kecerobohan atau hal-hal kecil, ia akan sangat menyesal.

"Err sungguh mau tau?" tanya Jongwoon dengan nada jahil. Leeteuk menjawab pertanyaan Jongwoon dengan menganggukkan kepalanya. Sambil tetap memperhatikan kotak yang digenggam namja berkulit putih itu sedari tadi.

"Hadiah untuk orang tampan dan..." ia menyeringai, menggantungkan ucapannya.

"Dan ...?" Leeteuk hyung melanjutkan ucapannya yang menggantung sambil mengernyitkan dahinya.

"Karena hanya aku yang dapat, berarti aku yang paling tampan." lanjutnya.

Leeteuk membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Hahahaha" seketika tawa namja itu meledak saat melihat ekspresi aneh dari hyung-nya tersebut. Dengan cepat ia berlari menuju kamarnya. Benar-benar menghindar sebelum Leeteuk marah dan melempar dirinya dengan benda-benda disekitar.

.

.

.

.

.

"Menang! Aku memang paling hebat! Hahaha..." terdengar teriakan dan tawa laknat dari seseorang yang mampu membangunkan seluruh penghuni dorm yang sedang tertidur lelap.

Tak terkecuali Jongwoon. Pemuda tampan yang sedang tertidur lelap ini pun terbangun. Ia kemudian menutup kedua telinganya dari teriakan titisan setan yang asyik bermain game di salah satu sudut ruangan. 'Benar-benar magnae setan.' rutuknya kesal.

"Kyuhyun-ah cepat tidur. Ini sudah pukul 2 dini hari, kita ada jadwal pagi ini. Aku tidak mau kita terlambat karena kau bangun kesiangan." oceh namja yang lebih tua dari namja yang bernama Kyuhyun tersebut sambil melemparkan bantal pada lawan bicaranya. Kyuhyun yang mendengar ocehan tersebut mengangkat badannya ke posisi duduk menghadap Jongwoon.

"Ya ya ya, baiklah aku tahu." dengusnya sambil mencibir. Dengan iseng ia mengangkat kotak berwarna merah milik Jongwoon yang tadi secara tidak sengaja diletakkan di atas tempat tidurnya.

"Apa ini?" tanyanya sambil mencoba membuka kotak yang ada di dalam genggamannya. Namun Jongwoon dengan cepat meraih kotak berwarna merah dari tangan titisan devil tersebut. Itu miliknya, dari fansnya, dan seharusnya ia yang membukanya untuk pertama kali, bukan orang lain.

"Ah, itu hadiah dari fans untukku. Shindong ahjusshi memberikannya saat aku pulang tadi." Jongwoon diam sejenak.

"Dia bilang seorang namja SMA yang memberikannya." lanjutnya sambil membuka perlahan kotak tersebut.

"Namja?" tanya Kyuhyun sambil menggaruk lehernya. "Itu hadiah dari namja dan kau menerimanya?" lanjutnya sambil menunjuk-nunjuk Jongwoon tidak sopan.

Jongwoon menoleh sejenak kearah Kyuhyun kemudian menautkan kedua alisnya, "Ada yang salah?" tanyanya cuek, ia kembali sibuk dengan hadiah yang diterimanya tersebut.

"Jangan bilang kau ... "

"Sudahlah Kyuhyun-ah tidak baik menolak pemberian fans. Bukankah kita harus menghargai mereka? Jika tidak ada mereka, kita bukan apa-apa." ucap Jongwoon bijak. Kyuhyun yang mendengar ucapan bijak dari hyungnya tersebut hanya mampu berdecak kesal. Sambil sesekali membatin, 'Sejak kapan ia menjadi sebijak ini?'

"Kau lihat?" tanya Jongwoon sambil mengeluarkan sepasang sarung tangan merah rajutan dan sebuah surat dari kotak tersebut. "Kebetulan sekali aku sedang membutuhkan sarung tangan." ucapnya riang sambil membuka surat itu. 'Tulisannya rapi sekali, seperti tulisan yeoja.'

Kyuhyun yang sedari tadi menggerutu, terdiam saat melihat Jongwoon membuka surat yang ada di dalam kotak merah itu. Ia mendongakkan kepalanya untuk melihat isi surat tersebut. Penasaran? Tentu saja, siapa yang tidak penasaran dengan isi surat dari seorang namja pada namja idolanya. Yah kalau dari yeoja sih dia tentu tau isinya tapi ini dari namja, catat seorang namja. "Apa isi suratnya?" tanya Kyuhyun sambil tetap mendongakkan kepalanya. Sesekali menatap lekat sarung tangan yang ada di dalam genggaman Jongwoon.

Jongwoon yang melihat Kyuhyun penasaran seperti itu mencibir kemudian membaca surat tersebut. "Hanya tertulis, 'Semoga kau tidak kedinginan, Kim Sungmin." jelasnya.

"Hanya itu?" tanya Kyuhyun tidak percaya. Tangannya berusaha merebut surat yang ada di genggaman Jongwoon. "Ya, hanya itu." Jongwoon melipat surat tersebut kemudian menaruhnya di dalam kotak merah itu. "Kau bilang nama namja itu Kim Sungmin bukan?" tanya Kyuhyun sambil menyelidik. Jongwoon memutar kedua bola matanya bosan, ia sudah hafal dengan sifat dongsaengnya yang satu ini. "Tapi di sarung tangan ini ada inisial KRW, harusnya kan KSM." lanjutnya sambil menunjukkan hal yang ia maksud pada Jongwoon.

"Hah..."ia menghela nafas panjang, "Mungkin itu hanya hiasan." ucapnya cuek.

"Hiasan tidak seperti ini, ditaruh di sudut, seperti inisial nama." imbuh Kyuhyun dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Sudahlah Kyu, sebaiknya kita tidur." ucap Jongwoon.

"Itu pun kalau kau masih mau melihat matahari terbit esok hari." tambahnya kemudian ia melangkahkan kakinya untuk beranjak kembali ke tempat tidur. Lalu ditariknya selimut miliknya sebatas dada. Kyuhyun yang melihat tingkah laku hyungnya itu mendengus kesal. Ia menaruh kembali sarung tangan rajutan itu, beberapa saat kemudian ia meniru apa yang dilakukan Jongwoon. Setelah kegiatan tersebut tidak terdengar suara dari keduanya. Hanya terdengar hembusan nafas teratur, ternyata mereka sudah terlelap tidur.

.

.

.

.

.

Semenjak hari itu, setiap hari Selasa Jongwoon selalu mendapatkan bermacam-macam hadiah. Dan tentu saja benda yang memang sedang dibutuhkannya di dalam kotak merah. Masih dengan pengirim yang sama, Kim Sungmin.

'Namja ini, selalu tahu apa yang kubutuhkan.' batinnya sambil menimang-nimang kotak merah yang diterimanya hari ini. 'Aku jadi ingin bertemu dengannya. Yah, bagaimanapun juga, aku harus berterima kasih padanya.' batinnya.

Jongwoon meletakkan jari telunjuknya yang mungil di dagu. Sambil sesekali mengetuk-ngetukkannya. Terlihat seperti orang yang sedang berpikir keras. Dan beberapa kali terlihat kerutan di keningnya. Namja itu benar-benar berpikir keras rupanya.

"Aku tau!" ia melompat dari tempat duduknya semula. Sambil mengacungkan telunjuk mungilnya yang sedari tadi ia ketuk-ketukan ke meja. Namja bersuara baritone tersebut tersenyum kecil kemudian berlari keluar dorm, bermaksud menemui seseorang.

.

.

.

.

.

Ryeowook PoV

Kurang lebih enam bulan Sungmin hyung mengirimkan hadiah pada salah satu anggota boyband yang paling ia kagumi, Kim Jongwoon. Menurut dirinya, ia hanya menyukainya sebatas penggemar dengan idolanya, tidak lebih. Padahal jika dilihat dari kelakuannya, kalian pasti mengerti kenapa aku selalu menggodanya. Sungmin hyung mengagumi suara baritone-nya yang lembut dan merdu.

Oh iya soal hadiah? Iya aku Kim Ryeowook, adik dari Kim Sungmin, orang yang membantu Sungmin hyung untuk mengirimkan hadiah-hadiah pada Kim Jongwoon, lead vocal dari boyband Ryeosom. Sarung tangan, syal dan semua hadiah berbahan rajutan, aku yang merajutnya. Bahkan surat itupun aku yang menulisnya. Dan tentu saja atas nama Sungmin hyung. Sungmin hyung terlalu takut untuk mengutarakan kekagumannya pada Jongwoon. Makanya aku selalu membantunya menitipkan hadiah itu pada Shindong ahjusshi penjaga apartemen Ryeosom. Dan aku yakin, Sungmin hyung sekarang mulai membayangkan Jongwoon yang berpergian dengan menggunakan barang-barang pemberiannya err ralat pemberian dariku lagi. Dan itu selalu sukses menimbulkan efek tersenyum-senyum, tertawa-tawa, berjalan tanpa arah sampai menabrak orang. Dia tidak akan sadar dari lamunannya kalau tidak mendengar jeritanku.

"Ya! Sungmin hyung! Ini untuk yang kesekian kalinya hari ini kau menginjak kakiku!, huh." Teriakku yang sejak tadi berjalan di sampingnya. Aku mempoutkan bibirku, tidak suka. Jujur, aku tidak seperti hyungku itu. Aku memang tidak tertarik dengan boyband dan sebagainya. Melihat pun tidak. Menurutku mereka hanyalah namja-namja yang merasa dirinya tampan. Dan akan tebar pesona jika berada di depan fansnya terutama jika fansnya yeoja. Tapi Sungmin hyung kan namja, bagaimana dia bisa terjerat dengan namja yang bernama Jongwoon itu?

Yang ada di benakku hanya satu, 'Seberapa tampan namja bermarga Kim tersebut?'

"Aku tidak akan menemanimu ke sana lagi!" ucapku kesal dengan tangan yang tersilang di depan kedua dadaku.

"Aku pulang! Sampai jumpa!" lanjutku kemudian melenggang pergi. Meninggalkan Sungmin hyung yang sedari tadi masih mencoba mencerna ucapanku.

Cepat-cepat Sungmin hyung menarik lenganku dan menyeretku mendekati apartemen yang setiap Selasa kami datangi, apartement Ryeosom. "Aku mohon, bantu aku lagi Ryeowook-ah. Aku janji tidak akan bertingkah konyol lagi." ucapnya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di dada. Matanya mengerjap-ngerjap imut. Dipancarkannya bunny eyes attack andalannya. Tentu saja hal itu membuat diriku tidak tega, "Hah ya ya ya...aku akan menolongmu. Dan ini yang terakhir." ucapku tegas.

Kami kemudian berjalan menuju pos tempat Shindong ahjussi menjaga apartement Ryeosom. Dan Sungmin hyung, ia mengikutiku diriku dari belakang. Ia sudah hafal apa yang akan kami lakukan lalu berdiri dan berjalan menghampiri kami. Kami membungkuk, kemudian aku menyerahkan kotak berwarna merah serta makanan kesukaan Shindong ahjussi sebagai tanda terimakasih.

"Ah, lagi-lagi berwarna merah." Shindong ahjusshi memperhatikan kotak milik Sungmin hyung yang ada di tangannya. Kami hanya tersenyum mendengarnya. Shindong ahjussi menyeringai, "Boleh kubuka?" lanjutnya.

"Tentu saja tidak. Hadiah itu hanya boleh dilihat pertama kali oleh Jongwoon-ku," belum aku sempat menjawab, Sungmin hyung sudah menjawabnya terlebih dahulu. Shindong ahjussi menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda tak mengerti. "Jongwoon-ku?" Sungmin hyung menganggukkan kepalanya, sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Shindong ahjussi.

"Tunggu, sebenarnya yang menyukai Jongwoon itu kau?" tanyanya sambil menunjuk Sungmin hyung tidak sopan, lalu telunjuknya mengarah kepadaku. "Atau dia?"

"Tentu saja aku," dengan cepat Sungmin hyung langsung menjawab pertanyaan Shindong ahjussi. "Darimana ahjussi berpikiran bahwa dongsaeng-ku ini menyukai Jongwoon-ah?" ucapnya sambil menunjuk-nunjukku. 'Hah' aku hanya bisa menghela nafas melihat tingkah hyung-ku ini. 'Kekanakan'

"Karena hadiah ini langsung ku terima dari dirinya, bukan kau. Hmm baiklah." Shindong ahjussi menganggukkan kepalanya tanda mengerti, tapi dari wajahnya kelihatan jelas bahwa dirinya bingung.

"Oh iya, Jongwoon berpesan padaku, kalau orang yang mengirim hadiah ini datang, cegah dia pulang." katanya sambil tersenyum ke arahku.

"Jongwoon sepertinya ingin menemuimu. Dia penasaran sekali. Jadi, kenapa tidak kau tunggu saja dia?" lanjutnya dan lagi-lagi Shindong ahjussi mengatakannya sambil menatapku, bukan Sungmin hyung. Aku yang merasa tidak enak dengan Sungmin hyung pun menepuk pelan pundaknya. Ia terlihat kaget. Ada perasaan tidak suka yang kulihat dari wajahnya saat Shindong ahjussi mengatakan bahwa Jongwoon ingin menemuiku. Agar tidak terjadi salah paham aku pun menjelaskan semuanya pada Shindong ahjussi. Bahwa sebenarnya yang menyukai Jongwoon adalah Sungmin hyung.

"Ooo baik aku mengerti. Jadi sekarang, kalian tidak mau menemui Jongwoon?"

"ckckck," Sungmin hyung berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ahjussi, kalau aku datang ke sini dengan harapan bisa menemuinya, kami tidak perlu menoleh ke kanan kiri setiap datang kemari."

"Sudahlah, ayo pergi. Sebelum mereka datang." ajakku sambil menarik lengan Sungmin hyung, kemudian berlari menjauh. Setelah sebelumnya membungkukkan badan berkali-kali.

"Terima kasih Shindong ahjussi, Selasa depan kami akan datang lagi. Sampai jumpa." ucap Sungmin hyung sambil melambai-lambaikan salah satu tangannya yang terbebas dari tarikanku.

Setelah menjauh dari apartement tersebut, aku melepaskan tarikanku pada Sungmin hyung, "Err Ryeowook-ah, boleh aku menanyakan sesuatu?" tanyanya sambil meraba-raba tangannya yang ku tarik tadi.

"Umm~"

"Kenapa kau selalu menggunakan kotak berwarna merah? Hadiah pilihanmu juga sebagian berwarna merah." Sungmin hyung terdiam sebentar, "Padahal aku belum memberitahu warna kesukaan Jongwoon." ucapnya sambil menautkan kedua alisnya.

"Entahlah hanya saja, aku rasa warna itu cocok untuk dirinya," ucapku cuek kemudian melangkahkan kaki dan menautkan kedua tanganku di belakang kepala. Berjalan santai. Sungmin hyung yang mendengar jawabanku mengerutkan dahinya, "Kau ... Kau tidak menyukainya kan?" tanyanya takut-takut.

Langkahku terhenti saat mendengar pertanyaannya, kutatap dua iris hitam yang sedang menanti jawabanku tersebut. "Ani.." jawabku singkat. "Lagipula, bagaimana aku bisa menyukai orang yang bahkan belum pernah aku temui." tambahku. "Ayo hyung, eomma pasti sudah menunggu kita."

.

.

.

.

.

Normal PoV

"Selasa lalu namja itu mengabaikan pesanku dengan pergi begitu saja. Kim Sungmin, hari ini aku tidak akan melepaskanmu! Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2. Kata Shindong ahjusshi, namja itu biasa datang pukul 13.00. Kenapa sekarang terlambat? Menyebalkan sekali. Apa terjadi sesuatu padanya?' batinnya, Jongwoon mulai khawatir dengan penggemarnya yang satu ini. Entahlah hanya saja ini pertama kalinya ada seorang penggemar yang rutin memberikannya hadiah. Dan uniknya sebagian besar hadiah tersebut adalah hasil rajutan. Yang pasti sangat sulit untuk membuatnya.

"Shindong Ahjussi! Kau bilang dia biasa datang pukul 13.00. Lalu kenapa sekarang belum datang juga?" Jongwoon memprotes ahjussi yang sebenarnya tidak salah apapun. Dia tidak suka menunggu seperti ini.

"Aku juga tidak tahu.. Kau ini! Sabar saja." Shindong ahjussi memandangi Jongwoon yang sedang duduk di depannya dengan kesal. Ya saat ini, Kim Jongwoon seorang lead vocal dari sebuah boyband yang terkenal sedang berada di pos penjaga hanya untuk menunggu namja itu. Jongwoon menghela nafas panjang, kemudian mengutak-atik ponsel. Untuk menghilangkan rasa bosan.

Tiba-tiba Shindong ahjussi memukul lutut Jongwoon. Namja beriris hitam tersebut memandang ahjussi yang raut wajahnya berubah ceria. Pasti namja itu sudah datang!

"Mereka datang! Jangan keluar sampai dia mengucapkan sampai jumpa. Arra?", ahjussi menjelaskan tanpa menoleh ke arah Jongwoon.

Dia tidak memberitahu Jongwoon mana namja yang bernama Kim Sungmin. Ada dua namja di sana. Yang satu memakai jaket pink dan satu lagi berwarna merah. Jongwoon tidak dapat melihat dengan jelas wajah kedua namja tersebut, karena jarak pos yang jauh.

'Namja manis, mereka berdua manis. Jadi yang mana?' batinnya, pikirannya berkecamuk bingung. Namun kedua manik milik Jongwoon tidak pernah lepas dari namja mungil dan manis yang menggunakan jaket berwarna merah. Tanpa sadar kaki Jongwoon sudah berlari kecil dan menghampiri mereka.

Terlihat namja manis yang menggunakan jaket pink tersebut terngaga saat melihat Jongwoon. Sedangkan namja yang menggunakan jaket merah hanya diam, shock akan apa yang dilihatnya.

"Annyeong ... Kim Jongwoon imnida ... " Jongwoon membungkukkan badan kemudian menatap namja aegyo yang sedang mengerjap-ngerjapkan matanya. Pandangannya kini beralih pada sosok namja mungil yang ada disamping namja yang menggunakan jaket merah itu.

"Kau ..."

.

.

.

.

.

~TBC~

At least adakah yang bersedia meninggalkan review?

*nyodorin kotak review*

Gomawo *bow bareng Ryeowook*