Chapter 1: Wrong Jutsu

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rating: T

Warning: TYPO(S), Abal, CANON, OOC, Friendship, freak, and so on.

DO NOT LIKE DO NOT READ~

Summary: Saat pertemuan kepala-kepala tinggi di Konoha, Konoha diserang oleh Orochimaru dan Kabuto. Akatsuki juga ikut menyerang Konoha secara serampak. Namun saat penyerangan, Kabuto salah baca jurus Genjutsu dan … semua orang yang ada di ruangan itu berubah menjadi bocah berumur 5 tahun. Lalu, bagaimanakah dengan Sasuke dan Naruto serta para murid-murid mengatasinya?

A/N: Oh iya mereka disini seumuran dengan Naruto Shippuden dan Sasuke tidak menjadi missing nin, hanya Itachi saja. Sasori dan Tobi juga ada, jadi Sasorinya tidak dibuat mati.

It was because of Kabuto

Suatu hari, di sebuah desa yang damai dan tentram. Desa yang indah dengan pemandangan yang masih asri dan hijau. Matahari tampak bersinar dengan cerahnya pada pagi ini. Tampak tiga orang bocah sedang asik berlatih bersama seorang guru yang selalu mengenakan masker yang menutupi mata kirinya dan separuh wajahnya. Rambut peraknya mencuat ke atas dengan gagahnya, Hatake Kakashi.

Salah satu bocah perempuan dengan rambut merah muda lembut tampak sedang menulis-nulis di tanah, Haruno Sakura. Dia sedang asik menggambar wajah kedua orang temanya. Satu bocah dengan rambut pirang dan mata biru cerah, Uzumaki Naruto. Satunya lagi adalah seorang bocah dengan surai hitam kebiruan dengan mata hitam yang tajam, Sasuke Uchiha. Naruto tampak sedang asik duduk di atas pohon dengan Sasuke. Dia mencoba mengajak Sasuke untuk berbicara namun tak dipedulikan sama sekali, "Ish, Teme! Kau menyebalkan sekali. Sana kamu jadi missing nin saja sana!" ucap Naruto kesal sembari turun dari pohon itu.

"Sudah-sudah, ayo latihan lagi. Kalian dari tadi barsantai-santai terus. Padahal aku sudah bersusah payah untuk keluar dari jalan yang bernama kehidupan hanya untuk kali—"

"STOP!" ucap Sakura dan Naruto bersamaan. Sakura tampak mendatangi sang sensei, "Sensei! Jalan yang namanya kehidupan itu sudah ditutup karena ada festival musim panas." Ucapnya kesal sembari berjalan kembali dan bergabung dengan kedua temannya. Naruto hanya tertawa sedangkan Sasuke hanya mendengus geli.

"Baik-baik, aku mengaku tadi lewat sebelah warung ramen-nya paman Teuchi." Ucap Kakashi sensei tidak jelas sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya. "Ok, kita mulai latihannya sekar—"

'SYUUUT'

Tiba-tiba ada seorang pria yang menggunakan topeng berwarna putih, "Maaf, Kakashi-san. Ada rapat darurat. Dan semua disuruh berkumpul sekarang juga." Ucapnya sembari menunduk sedikit. Kakashi hanya mengangguk dan menatap ketiga muridnya yang sedang pura-pura tak melihat.

"Ha—ah, sepertinya latihan kita ditunda dulu. Aku ada rapat mendadak. Kalian latihan sendiri dulu." Ucapnya sembari pergi menghilang bersama pria tadi. Ketiga muridnya hanya bergembira ria—minus Sasuke yang berjalan pelan menuju sebuah pohon untuk tidur.

"Sebenarnya ada apa, ya? Tumben sekali ada rapat seperti itu." tanya Sakura bergumam. Dia menatap Naruto yang sedang asik mengganggu Sasuke, kemudian dia tersenyum tipis.

Markas Akatsuki.

Seorang pria dengan tindik di wajahnya tampak sedang berdiri tegak menghadap para bawahannya. Orang itu yang bernama Pein tampak sedang memegang dagunya—sedang berpikir keras. "Pein, jangan kebanyakan berpikir keras. Nanti kamu malah buang angin." Ucap salah satu anak buahnya yang sedang mengelap pedang besar, Hoshikagi Kisame. Dia tampak bersiul tidak tahu diri saat Pein menatapnya tajam.

"Dasar ikan busuk." Ucap Pein kesal sembari kembali menatap bawahannya. "Ehem, lupakan ikan busuk. Kita masuk ke rencana. Jadi, hari ini kita akan menyerang Konoha. Kebetulan mereka sedang rapat." Ucapnya sembari mengetuk-ngetukkan jarinya pada dinding.

"Pein, ketuknya di meja, jangan di dinding. Kayak cicak aja." Ucap Kisame lagi semakin membuat Pein ingin menggorengnya saat itu juga. "Eh, bercanda. Kan cuma memberi saran yang baik dan benar." Ucapnya mencoba membela diri. Pein hanya mengeram kesal mendengar ucapan Kisame.

"Ha—ah, tapi Orochimaru dan Kabuto juga akan menyerang Konoha hari ini." Ucap seorang pria dengan rambut pirang panjang dan mata biru yang lembut, Deidara. Tangannya sedang sibuk membuat sesuatu yang berwarna putih dan sepertinya dapat meledak.

'DUAR'

Ternyata benar, benda itu dapat meledak dan dia baru saja melemparkannya ke arah Kisame yang sedang sibuk merawat pedangnya. Kisame sudah hilang entah kemana, hanya sang pedang yang tertinggal manis disana. Anggota lainnya hanya cengo melihat kelakuan Deidara barusan. "Apa? Mau juga main petasan?" tanyanya sembari menatap seseorang yang selalu mengenakan topeng permen berputar-putar dengan sebuah bolongan di bagian matanya.

"Mauuu! Tobi mau main petasan juga! Minta! Minta!" teriaknya tidak jelas sembari menjulurkan tangannya ke arah Deidara.

"Tidak! Ini limited edition." Ucap Deidara sembari menyembunyikan petasannya. Tobi hanya mendumel tidak jelas sembari duduk manis.

Tap … Tap … Tap …

Tiba-tiba terdengar langkah seseorang yang sedang berjalan menuju mereka. Seorang pria dengan rambut hitam panjang yang diikat ke belakang dan mata hitam kelam, Uchiha Itachi. Dia berjalan dengan santai sembari menatap teman-temannya, "Ad yang tah—"

"Tidak! Aku tidak tahu."

"Sama, aku juga tidak tahu."

"Iya, tidak tahu. Ngomongnya saja tidak jelas."

"Iya, bagaimana kita bisa tah—"

"Woi! Aku belum selesai ngomong!" ucapnya kesal sembari mengaktifkan mengekyo sharingan miliknya. Teman-temannya hanya nyengir tanpa dosa mendengarnya marah seperti itu. "Ehm, ada yang tahu … ehm, itu … ehm …"

"Ah! Lama sekali ngomongnya!"

"Iya lama!"

"Sudah tidak usah ngomong saja."

Ya, ternyata karena kelamaan ngomong, Itachi dikacangin oleh teman-temannya. Salahkan Itachi yang terlalu lama mengucapkan kata-kata tidak pentingnya.

-VargaS. Oyabun-

Ruang rapat Konoha.

Tampak suasana sedang hening. Seorang wanita dengan rambut pirang yang diikat dua tampak menatap tajam para bawahnnya, Tsunade atau biasa dipanggil Godaime. "Tolong diam! Kita sedang rapat." Ucapnya sembari berdiri. "Kita harus menyusun rencana agar dapat melawan Orochimaru berserta Akatsuki." Ucapnya sembari kembali duduk dengan tenang. Para peserta rapat tampak mengangguk setuju dan terjadi keheningan. "Kita harus bersiap karena sebentar lagi mereka ak—"

'DUAR' … 'DUAR' … 'BRAK'

Tiba-tiba dinding ruang rapat tersebut dijebol oleh segerombolan ular besar berwarna ungu. Tampak seorang pria dengan rambut perak dan mengenakan kaca mata bundar yang besar sedang berdiri di depan lubang tersebut, Yakushi Kabuto. "Oro-sama, sepertinya kita datang pada waktu yang tepat." Ucapnya sembari memberikan jalan pada seorang pria berambut hitam panjang dan mata kuning yang seperti ular.

"Salam saudaraku, sepertinya kalian sedang asik bermain." Ucapnya sembari menyeringai ke arah orang-orang yang sedang menatapnya bingung.

"Kita lagi rapat kok dibilang main."

"Iya, tidak jelas sekali. Bilang-bilang saudara lagi. Padahal kita tidak kenal."

"Orang gila, ya?"

"Kayaknya sih begitu."

Mendengar ucapan itu, Orochimaru pundung di pojokan. Melihat tuannya seperti itu, Kabuto mencoba mencari cara agar tuannya ceria kembali, "DIAM! Dia tidak gila! Dia cuma kurang pintar saja."

Hening.

Hening.

Hening.

Orochimaru sudah mati tak bernyawa ditindis reruntuhan tembok yang tadi di hancurkannya. Baru saja dia hendak pulih dari kepundungannya, tiba-tiba segerombolan manusia yang memakai jubah hitam bergambar awan merah kambali menjebol dinding tersebut. Begitu malang si Orochimaru. "Akatsuki …" desis Kakashi tak suka. Matanya menatap orang-orang tersebut dengan tatapan yang seakan-akan berkata bayar-utang-kalian-sekarang-juga.

"Tobi … kamu pernah ngutang sama orang itu, ya?" bisik Deidara pada Tobi yang sedang berdiri tepat di sebelah kanannya sembari menunjuk Kakashi.

"Hah? Tidak. Kan ngutangnya sama Kakuzu." Bisik Tobi di telinga Deidara. Deidara hanya mangut-mangut mengerti.

"Tapi … kok dia menatapnya begitu sih? Tatapannya itu seakan-akan menyuruh kita untuk bayar utan—"

'BLETAK'

"Deidara dan Tobi, tidak bisakah kalian fokus pada misi kita?" tanya Pein sembari menatap keduanya dengan tajam. Tobi dan Deidara hanya mengangguk mengerti. "Baiklah! Seraaaaang!" teriak Pein sembari menyerang para orang Konoha dengan bersamaan.

Terjadilah saling adu kekuatan antar orang-orang Konoha tersebut. Saling melukai dan melindungi satu sama lain. Deru napas saling beradu dalam udara sempit. Bunyi sentuhan-sentuhan kunai memenuhi ruangan tersebut. Ledakan-ledakan dan jurus-jurus saling beradu satu sama lain mencoba saling mendominasi.

Orochimaru yang kesal karena tidak dipedulikan sama sekali langsung berteriak, "Kabuto, keluarkan jurus yang kuajari semalam." Teriaknya sembari menatap tajam Kabuto. Kabuto hanya mengangguk dan mulai membentuk segel dengan jari-jarinya. Kabuto lalu membuat sebuah angin besar ditangannya dan mengarahkannya ke seluruh ruangan.

'BWUSSHH'

Angin berhembus kencang menyelimuti semua orang yang ada di sana termasuk Orochimaru—minus Kabuto karena dia yang mengeluarkan jurus.

Hening.

Hening.

Heni—

"Loooh? Kok aku jadi kecil begini cih?" ucap seorang wanita dengan rambut pirang dikuncir dua. "Loh, Chizune juga jadi kecil!" ucapnya heran sembari menatap seorang bocah kecil berambut hitam pendek di sebelahnya, Shizune.

"He? Heeee? Tcunade-cama kok kita cemua jadi kecil cepelti ini?" tanyanya bingung sembari menatap orang-orang disekelilingnya yang berubah menjadi anak kecil semua—minus Kabuto yang masih baik-baik saja.

Mereka semua jadi terdiam dan memandang diri masing-masing, baju kebesaran dan tangan yang kecil. Lalu mereka saling pandang dan …

"Kabuto cialan!" teriak mereka serampak tak luput Orochimaru juga berteriak.

-VargaS. Oyabun-

Setelah kejadian tersebut, di tempat team 7.

Sakura, Naruto, dan Sasuke memandang Kakashi sensei dan Iruka sensei yang memakai baju kebesaran dengan cengo, "He? He? Heeeeeee?" teriak Naruto bingung sembari mengacak surai pirangnya dengan prustasi. "Sakura! Sasuke! Pukul aku sekarang! Ini pasti mimpi!" teriaknya tidak jelas.

'BLETAK' … 'BLETAK' …

"Ouch!" ucap Naruto kesakitan saat Sasuke dan Sakura memukulnya secara bersamaan. Sakura dan Sasuke juga tak kalah terkejutnya dengan Naruto. "Sensei! Jangan main kagebunshin sembarangan!" ucap Naruto kesal sembari menatap Kakashi dan Iruka dangan tajam.

Kakashi hanya menghela napas lelah dan menguap dari balik maskernya yang kebesaran, "Ha—ah. Ini cemua gala-gala ci Kabuto itu." ucapnya sembari bergaya a la orang dewasa seperti biasanya.

"Iya, ini cemua kalena dia. Aku cangat dendam dengannya Kakachi." Ucap Iruka sensei sembari menutup mukanya dengan kedua tangan mungilnya.

"Ya, Iluka. Nanti akan kita balac ci kaca mata becal itu." Ucap Kakashi mencoba menenangkan Iruka.

Naruto dan Sakura hanya berteriak prustasi mendengar percakapan Kakashi dan Iruka yang seperti anak kecil yang cadel. Sasuke? Dia hanya menikmati rasa cengonya.

Team 10 dan team Guy.

Shikamaru, Ino, Chouji, Neji, Lee, dan Tenten menatap kedua guru di hadapannya dengan cengo tingkat akut. "Apa-apaan ini?" teriak Tenten si gadis bercepol dengan Ino gadis berambut pirang dengan mata biru muda dengan histeris.

"Me-mendoukusai." Ucap Shikamaru sedikit ragu-ragu. Bocah berambut hitam yang dikuncir seperti nanas ini tampak setengah cengo menatap kedua guru tersebut. Chouji tak mampu berkata-kata, sampai-sampai dia melupakan keripik kentangnya. Neji? Jika saja ada tukang potong rambut, dia akan memotong rambutnya saat itu juga.

"Cih! Ini cemua gala-gala Olochimalu dan anak buahnya dengan kaca mata becal yang bundal itu." Ucap Asuma sensei sembari menghisap sebatang rokok menggunakan tangan mungilnya.

"Yosh! Kita halus membalacnya! Kita akan melawan meleka dengan cemangat becal! Hei kau anak-anak muda, kau halus mencontoh diliku yang penuh cemangat ini! Cemangat maca muda!" teriaknya sembari mengepalkan tangan mungilnya ke angkasa, tidak lupa gigi kecilnya yang berkilau.

"Ya! Cencei, kita lawan meleka!" jawab Lee ikut-ikutan merubah suaranya menjadi cadel.

Ha—ah, teman-temannya hanya dapat menghela napas pusing melihat hal mendadak yang begitu gila ini.

Ha—ah tak ada bedanya dengan team 8, dimana Shino sempat emosi dan mengsir para serangganya dengan kasar. Kiba yang tiba-tiba lupa dengan Akamaru dan Hinata yang sudah tergeletak tak sadarkan diri mendengar Kurenai sensei marah-marah dengan suara cadelnya.

-VargaS. Oyabun-

Markas Akatsuki.

Pein berjalan dengan mengenakan jubah kebesarannya. Sesekali dia menarik lengan jubahnya yang teralu panjang untuknya, "Dacar cialan! Maca kita jadi kecil begini! Tidak bica dibialkan!" ucapnya masih dengan mondar-mandir.

"Iya! Aku tidak cuka jadi kecil begini! Aku lebih cuka becar cepelti biacanya!" ucap Kisame sembari mengerutkan alisnya kesal. Semuanya terdiam dan memandang Kisame dengan bingung. "Apa liat-liat? Aku kelen, ya?" ucapnya dengan terlalu percaya diri.

"Dia telalu pelcaya dili."

"Iya, mana ada anak kecil walna bilu kulitnya."

"Milip ikan bucuk lagi."

"Iya, Kicame jelek banget, ya?"

Begitulah yang terdengar setelah ucapan kepedean si Kisame. Tiba-tiba dua orang bocah dengan tampang dingin menatap mereka dengan diam. "Bica diam, tidak? Kalian belicik cekali. Aku mau buat boneka balu." Ucap seorang bocah dengan rambut merah dan muka yang lucu, Sasori.

"Iya, belicik cekali. Olang mau tidul juga." tambah Itachi sembari menidurkan tubuh mungilnya disamping Sasori.

Hening.

Hening.

Hen—

"Kyaaaa, meleka beldua lucu cekali!" teriak para anggota lainnya sembari berlari dengan baju yang kebesaran ingin memeluk Sasori dan Itachi.

Tempat Orochimaru.

"Kabuto belengcek! Gala-gala dia calah baca jutcu, aku jadi ikut belubah kecil begini. Lihat … Manda jadi belubah kecil juga. Manda? Kamu ulat atau ulal, ci?" tanya Orochimaru pada ular kecil berwarna ungu ditangannya. Yang ditanya hanya menjulur-julurkan lidahnya. "Ditanya kok malah ngolok ci, Manda. Kamu cama aja kaya Kabuto. Menyebalkan."

Ha—ah, entah apa yang akan terjadi selanjutnya jia seperti ini. Semoga saja jurusnya dapat dibalikkan.

BERSAMBUNG …

Ha—ah, ahahaha ya ampun ini ide sepintas yang muncul di otak pas lagi meratiin jalanan. Entah kenapa ide nista ini begitu menarik buatku.

Saa, Mind to Review, Minna-san?