Suatu malam di Cadic Academy, Ulrich sedang berjalan ke kamarnya setelah mandi
"Setelah mandi rasanya segar."Kata Ulrich
Ulrich melihat Aelita yang sedang berjalan. Ia langsung bertanya padanya.
"Hai, Aelita. Sedang apa kau di sini?"Tanya Ulrich
"Aku ingin kembali ke kamarku. Tadi aku mengecek kamar kosong di lantai atas."Jawab Aelita
"Oh... Tapi bukannya kamar itu berhantu?"Tanya Ulrich
"Kata orang-orang juga begitu. Tapi tidak ada hantu di sana."Jawab Aelita
"Oh... Jadi begi..."
"Tidak!"Suara teriakkan dari lantai atas
"Suara itu pasti dari lantai atas. Ayo kita cek!"Kata Ulrich
Mereka berlari ke lantai atas.
Setelah sampai di lantai atas, mereka melihat banyak murid yang mengerumuni kamar berhantu.
"Aku penasaran apa yang terjadi di sana."Kata Aelita
"Sebaiknya kita melihatnya."Kata Ulrich
Mereka berlari ke kamar berhantu
Setelah ada di depan kamar berhantu
"Apa yang terjadi di sini?"Tanya Ulrich
"Della Robbia... Di bunuh."Jawab Guru Olahraga Jim yang sedang mengangkat Odd
"Apa?!"Kata Aelita dan Ulrich bersamaan
"Tadi Bapak mendengar suara teriakkan. Dan asal suara itu dari sini. Bapak melihat Della Robbia yang terbaring di lantai kamar ini. Lalu Bapak merangkulnya dan mendengarkan detak jantungnya. Dan... Tidak ada detak jantung sama sekali. Bapak akan membawanya sekarang."Kata Pak Jim
"Semua kembali tidur!"Sambung Pak Jim
"Baik, Pak."
Semua murid kembali tidur. Pak Jim membawa Odd, sementara Ulrich dan Aelita terdiam di depan kamar berhantu.
"Odd, di bunuh? Tapi kenapa dia bisa di bunuh begitu saja?"Tanya Ulrich
"Aku juga tidak tahu. Sepertinya kamar itu benar-benar berhantu."Jawab Aelita
"Sepertinya begitu. Bagaimana kalau kita bertanya pada Pak Kepala Delmas soal kamar ini?"Tanya Ulrich
"Ide yang bagus."Kata Aelita
Mereka pergi ke kantor Kepala Sekolah
Setelah sampai
"Tok tok tok"
"Masuk."
Aelita membuka pintu
"Permisi, Pak. Maaf menggangu. Saya ingin bertanya tentang kamar kosong di lantai atas."Kata Ulrich
"Kamar berhantu itu? Apa yang ingin kau tanyakan?"Tanya Pak Kepala Sekolah Delmas
"Siapa yang menempati kamar itu sebelum di sebut kamar berhantu? Dan mengapa kamar itu di sebut kamar berhantu?"Tanya Ulrich
"Yang menempati kamar itu adalah seorang murid kelas tujuh yang bersekolah di sini. Tapi Bapak lupa namanya.
Kamar itu di sebut kamar berhantu karena terjadi pembunuhan di kamar itu. Anak itu incaran para pembunuh itu. Dan dia meninggal. Jadi, setiap orang yang masuk ke kamar itu akan di bunuh."Jawab Pak Kepala Sekolah Delmas
"Berarti, apa itu yang terjadi pada Odd? Apa dia masuk ke kamar itu dan hantu membunuhnya?"Tanya Ulrich
"Apa katamu?! Della Robbia di bunuh hantu anak itu?!"Tanya Pak Kepala Sekolah Delmas
"Ya, Pak. Tadi dia masuk ke kamar itu dan dia terbunuh. Kami masih belum bisa memastikan bahwa yang membunuhnya adalah hantu itu."Jawab Ulrich
"Kalau begitu semakin banyak orang yang masuk ke kamar itu, semakin banyak korban. Sebaiknya Bapak mengunci pintu kamar itu."
"Sebaiknya begitu. Sebaiknya kami kembali ke kamar. Terima kasih atas informasinya. Selamat malam, Pak."Kata Aelita
Mereka keluar dari kantor Kepala Sekolah
"Selamat malam Stern, Schaeffer."Kata Pak Kepala Sekolah Delmas
"Aku harus menguncinya sekarang."Kata Pak Kepala Sekolah Delmas
Beliau pun pergi membawa sebuah kunci tua.
Di kamar Ulrich
"Aku penasaran siapa nama anak yang menempati kamar itu."Kata Ulrich
"Sebaiknya aku tidur. Selamat malam, Odd!"
"O iya. Odd sudah tiada. Bagaimana dengan Kiwi? O iya dia di rumah nenek Odd. Dia pasti menjadi Anjing kecil yang bahagia di sana. Tapi tidak untukku. Aku kehilangan seorang sahabat. Sudahlah lebih baik aku tidur saja."Kata Ulrich
Akhirnya dia tertidur
In Ulrich's Dream
Di salah satu kamar Kadic. Terjadi sesuatu di tempat itu.
"Serahkan dia padaku!"Kata seorang penjahat berbaju serba hitam
"Tidak. Tidak akan! Aku akan melindunginya!"Kata Ulrich yang masih kecil. Umurnya masih 10 tahun.
"Ulrich, serahkan saja aku."Kata sahabat Ulrich Umurnya 13 tahun. Namanya Je. Dia seperti Jeremy. Tapi dia lebih tinggi dari Jeremy
"Tidak bisa, Kak Je Tidak bisa. Aku tidak bisa menyerahkan Kakak karena dia penjahat! Aku tidak mau kehilangan Kakak!"Kata Ulrich
"Mulai sekarang aku akan selalu melindungi Kakak apapun keadaannya dan apapun resikonya."Kata Ulrich
"Terima kasih, Ul... Rich."
"Dor..."Penjahat itu menembak Je. Kacamata miliknya terlepas.
"Kak... Kak Je!"
Ulrich membangunkan Je yang tertembak
"Kak Je, bangun."
Je tak bergerak sedikit pun.
Ulrich sedih mengetahui bahwa Je telah tiada.
Di kamar Ulrich
Ulrich terbangun dari tidurnya
"Aku bermimpi aneh. Mimpiku seperti kejadian nyata. Lebih baik aku mengecek kamar itu untuk memastikannya."
Ulrich pergi ke kamar itu
Setelah sampai
Ulrich melihat Pak Kepala Sekolah yang tergeletak di kamar itu dan berlumuran darah.
"Pak Kepala Sekolah!"
Ulrich langsung berlari mencari bantuan.
Saat berlari, Ulrich tak sengaja menabrak Jim.
"Hey kalau ingin berlari, berlarilah di luar."
"Maaf, Pak Jim. Tapi ini keadaan darurat. Pak Kepala Sekolah... Di bunuh!"
"Apa?! Wah banyak sekali korbannya. Pertama Odd. Kedua Nicolas. Ketiga Sissi. Keempat Theo. Sekarang Pak Kepala Sekolah."
"Aaa..."
"Suara itu mirip... Yumi!"
Mereka berlari ke kamar berhantu
Setelah sampai
"Yu... Yumi. Tidak mungkin. Dia pasti ingin membawa Pak Kepala Sekolah ke klinik."Kata Ulrich
Dia mengeluarkan air mata
"Sebaiknya kita bawa mereka dan menutup kamar ini sebelum korban semakin banyak."Kata Jim
"Ya, Pak."Kata Ulrich
Ulrich melihat kunci tua di tangan Pak Kepala Sekolah. Lalu dia mengambilnya.
"Apa ini kunci untuk mengunci pintu ini?"Tanya Ulrich
"Coba aku lihat."Kata Jim
Ulrich langsung memberikan kunci itu pada Jim.
"Bagaimana? Apa itu kunci kamar ini?"Tanya Ulrich
"Ya."
"Kalau begitu aku yang mengunci pintunya. Lalu kita membawa mereka."Kata Ulrich
"Tidak. Lebih baik kau ke kelas. Biar aku yang melakukannya."Kata Jim
"Tidak. Aku akan membantu Bapak!"Kata Ulrich
"Baik. Kau mengunci kamar ini. Aku membawa mereka."Kata Jim
"Apa Anda tidak lelah membawa mereka?"Tanya Ulrich
"Tentu tidak."Jawab Jim
"Sekarang kau kunci kamar itu."Kata Jim
"Ok."
Jim pergi membawa Yumi dan Pak Kepala Sekolah. Sementara Ulrich masuk ke kamar berhantu
Di dalam kamar berhantu
"Kamar ini sama dengan kamar yang ada di mimpiku."Kata Ulrich
Dia tidak sengaja menginjak segumpal darah.
"Darah. Di sini penuh dengan darah."Kata Ulrich
Dia melihat sebuah kacamata yang rusak di dekat gumpalan darah yang diinjaknya.
"Kacamata ini kan..."
Ulrich mengingat-ingat mimpinya
Di pikiran Ulrich
"Dor..."
Je tertembak oleh penjahat. Kacamata miliknya terlepas
"Kak... Kak Je, bangun."
Di kamar berhantu
"Ini milik Kak Je. Tapi sebenarnya siapa Kak Je itu?"Tanya Ulrich
"Glek..."Pintu kamar berhantu tertutup
Angin bertiup kencang
"Apa... Yang terjadi?"Tanya Ulrich
Angin pun berhenti. Udara dingin berhembus.
"Kenapa dingin sekali?"Tanya Ulrich
"Ul... Ulrich,"
Ulrich berbalik
"Kau... Ulrich Stern, kan?"
"I... Iya. K, kau... Siapa kau?"Tanya Ulrich sedikit ketakutan sekaligus kedinginan
"Aku? Maaf membuatmu bingung. Pasti kau sudah lupa denganku. Namaku... Je."
"Je, kau Je yang ada di mimpiku?"
"Ya. Itu aku."
"Apa ini milikmu?"Tanya Ulrich sambil menunjukkan kacamata yang di temukan Ulrich tadi
"Hmm... Seperti ya. Aku sulit untuk melihat. Karena mataku rabun."
"Kalau matamu rabun, kenapa kau bisa mengetahui kalau aku Ulrich?"Kata Ulrich sambil memberikan kacamata Je
"Karena kau mengingatku. Dan aku mengingatmu."Jawab Je sambil memakai kacamatanya
"Ohh... Sebenarnya aku tidak mengingatmu."
"Tapi kau akan mengingatku, Ulrich."
Di lapangan
Sekarang pelajaran olahraga
"Murid-murid, sekolah ini tidak memiliki seorang kepala sekolah lagi. Karena kepala sekolah kita telah di bunuh di kamar berhantu. Untuk itu, kalian tidak boleh masuk ke kamar itu. Karena itu akan membahayakan nyawa kita."Kata Jim
"Ulrich dan Yumi di mana, ya? Sejak tadi pagi aku tidak bertemu dengan mereka."Kata Aelita di dalam hati
Tiba2 langit mendung dan petir menyambar.
"Ayo kita masuk! Sebentar lagi hujan akan turun."Kata Jim
Semua murid masuk ke dalam. Aelita hanya terdiam di luar. Dia melihat awan hitam yang berkumpul
"Aelita! Cepat masuk!"Kata Jim
"Ba... Baik, Pak!"
Aelita berlari ke asrama
Tiba-tiba kabut hitam menutupi jalan.
"Aku tidak bisa melihat apapun!"
"Aelita! Di mana kau?"
"Aku di sini!"
"Di mana?"
"Di sini!"
"Aelita,"
Aelita menengok ke belakang. Empat ekor serigala ada di belakangnya.
"Aaa..."
Aelita berlari ke dalam asrama. Tapi dia tidak bisa melihat asramanya. Dia terus berlari dari serigala itu.
Tak lama kabut hitam menghilang. Empat serigala itu juga hilang.
"Serigala itu sudah hilang. Aku akan kembali ke asrama."
Aelita berbalik dan melihat sekitar tempat dia berdiri
"Di... Di mana aku?"Tanya Aelita
Aelita berada di sebuah istana tua berhantu. Tiba-tiba pintu di belakangnya tertutup.
"Seperti film horror saja. Pasti aku tidak bisa keluar dari sini."Kata Aelita
"Apa?! Aku tidak bisa keluar?! Bagaimana ini?"Tanya Aelita
Tiba-tiba udara di sekitar istana itu menjadi dingin
"Hai. Kau... Aelita, kan?"Tanya Je
Aelita berbalik
"Ya. Siapa kau?"Tanya Aelita
"Aku temannya Ulrich. Namaku Je."Jawab Je
"Je, hanya itu?"Tanya Aelita
"Ya. Namaku hanya Je. Aku di sini untuk membantumu bersama Ulrich."Jawab Je
"Tapi... Di mana Ulrich?"Tanya Aelita
Ulrich muncul di dekat Je
"Aku di sini. Maaf menunggu."Kata Ulrich
"Bagaimana kau bisa muncul seperti seorang penyihir?"Tanya Aelita
"Dia membantuku."Jawab Ulrich
"Dan di mana Yumi?"Tanya Aelita
"Yumi... Di bunuh di kamar berhantu."Jawab Ulrich
"Yu... Yumi di bunuh?!"Tanya Aelita
"Ya."Jawab Ulrich
"Sudahlah jangan bahas itu dulu. Kita harus keluar dari istana ini."Kata Je
"Tapi... Bagaimana caranya?"Tanya Aelita
"Aku juga tidak tahu. Kita berkeliling di tempat ini dulu. Siapa tahu kita menemukan pintu keluar."Jawab Je
Mereka berkeliling di istana itu. Tak lama mereka menemukan sebuah cermin raksasa.
"Wow, ini sangat besar."Kata Ulrich sambil menyentuh cermin itu
Tiba-tiba tangan Ulrich menembus cermin itu. Ulrich tertarik ke dalam cermin itu.
"Hwaa..."
"Ulrich!"
Aelita ingin masuk ke dalam kaca itu. Tapi tidak bisa.
"Tidak bisa."Kata Aelita
"Hahaha..."Je tertawa dengan kencang.
"Kenapa... Kau tertawa?"Tanya Aelita
"Hahaha... Kena kau, Aelita."Kata Je
"Apa maksudmu?"Tanya Aelita
Mata Je langsung berubah menjadi tanda Xana.
"Xa... Xana!"
Di tempat Ulrich
"Hwaaa..."
Ulrich jatuh ke dalam jurang yang dalam. Seseorang menangkapnya.
"Kau selamat, Ulrich."
Dia membawa Ulrich ke suatu tempat.
Kembali di tempat Aelita
"Hahaha... Kau sendirian di sini. Tidak ada satupun teman di sampingmu. Kau tidak akan bisa mengalahkanku."Kata Xana
"Aku pasti bisa."Kata Aelita
Di sebuah rumah di balik cermin ajaib
"Apa yang terjadi? Dan di mana aku?"Tanya Ulrich
"Kau sudah sadar ya? Kau jatuh ke jurang. Dan aku menyelamatkanmu. Dan kau berada di sebuah rumah kosong di dekat jurang tadi."Kata orang yang sudah menyelamatkannya
"Terima kasih sudah menyelamatkanku. Ngomong-ngomong siapa namamu?"Tanya Ulrich
"Sama-sama. Dan maaf membuatmu terkejut dengan namaku. Namaku Je."Katanya sambil berjalan ke arah Ulrich
"K... Kau manusia?"Tanya Ulrich
"Ya."Jawab Je
"Bukan hantu?"Tanya Ulrich
"Aku juga hantu."Jawab Je
"Kau di bunuh oleh penjahat, kan?"Tanya Ulrich
"K... Kau tahu dari mana?"Tanya Je
"Dari Pak Kepala Sekolah dan dari mimpiku."Jawab Ulrich
"Kepala Sekolah? Bukannya dia melarikan diri saat pembunuhan? Dan bukannya hanya Ulrich yang ada di asrama. Malah dia sedang melindungiku. Kenapa dia bisa mengetahuinya?"Kata Je di dalam hati
"Je, kenapa kau diam saja?"Tanya Ulrich
"Ohh, tidak. Tidak ada."Jawab Je
"Pasti dia. Xana."Kata Je
Tiba-tiba Xana datang
"Hahaha... Bagus Je. Bagus."Kata Xana
Je menatap Xana yang berada di depannya.
"Apa yang kau inginkan?"Tanya Je
"Dan di mana Aelita?"Tanya Ulrich
"Aku ingin kekuatanmu, Je. Dan Aelita sudah ku musnahkan."Jawab Xana
"Xana ingin mengambil kekuatanku. Aku tidak akan membiarkannya."Kata Je di dalam hati
"Kau pasti berbohong. Je tidak memiliki kekuatan. Dan Aelita tidak mungkin musnah!"Kata Ulrich
"Kalau kau tidak percaya, lihatlah cermin itu."Kata Xana sambil menunjuk cermin besar yang ada di samping Ulrich
Tiba-tiba sebuah kejadian terlihat di cermin itu.
"Ini adalah kejadian saat kau masih kelas lima."Kata Xana
Apa yang terlihat di cermin
Di kota yang hancur, Ulrich dan Je melihat sebuah robot yang besar menuju ke arah mereka.
"Kak Je, robot apa itu?"Tanya Ulrich
"Itu... Xana! Lari Ulrich! Aku akan menghapinya."Kata Je
"Tidak. Aku ingin bersama Kakak. Aku tidak mau meninggalkan Kakak."Kata Ulrich
"Dan aku tidak mau kehilangan Kakak."Kata Ulrich
"Ulrich,"Kata Je
Mata Je mengeluarkan air mata.
"Kak Je, kenapa Kakak menangis?"Tanya Ulrich
"Mataku hanya perih."Jawab Je
Tiba-tiba tangan robot itu ingin melindas mereka.
"Awas!"
Je mendorong Ulrich jauh dari tangan robot itu.
"Kak Je!"
Ulrich berlari ke arah Je
Tangan robot itu berhenti bergerak.
"Hah?"Ulrich bingung
"Xana, terima tanganmu!"Kata Je
Dia mengerakkan tangan robot itu ke arah kepala robot dengan kekuatannya. Dan robot itu meledak.
"Bum..."
Suara ledakkan itu sangat kencang.
"Aku akan membalasmu, Je!"Kata Xana
Dia pergi dari tempat itu
"Bruk..."Je jatuh pingsan
"Kak Je!"
Ulrich membawanya ke asrama walaupun tubuh Je lebih tinggi dan lebih berat darinya.
Kembali di rumah kosong
"Apa itu benar, Je? Kau mempunyai kekuatan?"Tanya Ulrich
Je hanya diam
"Jawab, Je!"Kata Ulrich
Je berlari keluar rumah kosong itu.
Xana langsung mengambil Je dengan kekuatan listriknyaa
"Agh... Lepaskan aku!"
"Tidak sekarang, Je."Kata Xana
Xana langsung mengambil kekuatan Je.
"Je!"
Ulrich mencoba menghentikan Xana mengambil kekuatan Je. Tapi Ulrich tersengat listrik dan terpental agak jauh.
Mata Je mengeluarkan sinar putih.
"Kenapa dia? Apa yang terjadi padanya?!"Tanya Ulrich
"Itu bertanda kekuatannya telah habis. Hahaha..."Jawab Xana
Dia langsung menjatuhkan Je dengan keras dan menghilang dari tempat itu.
Ulrich melihat Je yang tak sadarkan diri. Ulrich langsung berjalan ke arahnya.
"J... Je, bangun. Ku mohon bangunlah."Kata Ulrich
"Ulrich,"Ada yang memanggilnya dari belakang
"Aelita,"Ulrich menengok ke belakang
"Hy!"Ada dua orang lagi yang menyapanya
"Yumi, Odd, kalian semua baik-baik saja?"Tanya Ulrich
"Kami baik-baik saja meskipun kami hantu."Kata Odd
"Baguslah. Tapi Je..."
Ingattan Ulrich
Di Academy Kadic
Ulrich sedang melihat asrama. Ulrich melihat seseorang berambut pirang, bertubuh tinggi, berkemeja biru, dan berkacamata sedang berjalan pulang ke rumahnya.
"Wah... Sepertinya Kakak itu orang yang Jenius."Kata Ulrich
"Hy! Ingin berkenalan?"Tanya anak yang di lihat Ulrich tadi
"Te... Tentu."Jawab Ulrich
"Namaku Je."Kata Je
"Namaku... Ulrich Stern."Kata Ulrich
"O ya. Bolehkah aku memanggilmu Kak Je?"Tanya Ulrich
"Tentu. Kenapa tidak. Kau tinggal di mana?"
"Aku tinggal di apartemen yang besar milik Ayahku."Jawab Ulrich
"Ohh... Pasti kau anak yang sangat kaya."Kata Je
"Tidak juga. Mau pergi jalan-jalan bersamaku?"Tanya Ulrich
"Ok. Tapi sebentar saja, ya. Karena hari hampir malam."Jawab Je
Mereka pergi ke kota untuk jalan-jalan. Mereka membeli es krim, mengobrol, sampai berfoto bersama.
"Apa Kakak tahu? Dulu aku juga punya sahabat seperti Kakak. Tapi dia menghilang entah kemana. Aku sangat rindu padanya."Kata Ulrich
"Ohh... Jangan khawatir. Dia pasti kembali."Kata Je
Kembali di tempat Ulrich dkk
"Dia Xana! Apa yang dia lakukan padamu?"Tanya Aelita
"Tidak. Dia bukan Xana. Dia Je yang asli. Xana mengambil kekuatannya. Dan sepertinya... Dia tidak akan hidup lagi."Kata Ulrich
Ulrich mencoba mendengar detak jantung Je. Dan... Jantung Je tak berdetak.
Ulrich meneteskan air mata.
"Kenapa kau menangis?"Tanya Aelita
"Je... Me... Meninggal."Jawab Ulrich
"Jantungnya tidak berdetak lagi."Kata Ulrich
Di luar rumah kosong
"Ulrich, aku ingin menjadi diriku lagi. Tapi sepertinya kau lebih menyukai diriku yang baru. Kalau begitu... Baiklah."
Di dalam rumah kosong
"Aku bangga padanya. Dia menyelamatkanku sejak kelas lima. Dia adalah pengganti Jeremy setelah dia menghilang."Kata Ulrich
"Andai Jeremy dan Je saling berkenalan. Pasti mereka terlihat bersaudara."Sambung Ulrich
"Ugh... Ulrich,"
"Je, kau masih hidup?"Tanya Ulrich sambil mengusap air matanya
"Tentu saja. Memangnya aku sudah mati?"Tanya Je
"Itu tadinya."Jawab Ulrich
"Yumi, Odd, Aelita, sejak kapan kalian di sini?"Tanya Je
"Sejak dari tadi. O ya, kau benar-benar mirip sahabat kami Jeremy."Kata Yumi
"Benarkah? Wah! Berarti aku bisa menjadi pengganti Jeremy."Kata Je
"Tidak juga. Aku lebih menyukai Jeremy. Dia sangat jenius. Sifatnya mirip denganmu. Tapi aku lebih mengenal Jeremy daripada dirimu. Tapi dia sudah menghilang. Aku tidak tahu harus mencari di mana."Kata Ulrich
"Jangan lupa dengan bumi. Kita harus mperbaiki semua kerusakkan di bumi."Kata Yumi
"Dan jangan lupa tentang korban kamar berhantumu, Je. Kita harus menyingkirkan hantunya."Kata Ulrich
"Ok. Kita kembali ke bumi."Kata Je
"Kalian bertiga hantu, kan? Ayo bantu Ulrich terbang ke cermin ajaib."Kata Je
"Lalu bagaimana denganmu?"Tanya Aelita
"Benar juga. Kekuatanku. Aku coba dulu kekuatanku."Jawab Je
Dia mencoba mengeluarkan kekuatannya. Tapi yang keluar hanya sedikit.
"Bukannya kekuatanmu sudah di ambil Xana? Kenapa kau masih bisa mengeluarkan kekuatanmu?"Tanya Ulrich
"Entahlah."Jawab Je
Tiba-tiba bola mata Je yang tadinya berwarna hitam berubah menjadi biru.
"Bola matamu berubah!"Kata Yumi
"Kau benar, Yumi!"Kata Ulrich
Tiba-tiba bangunan rumah itu bergoyang
"Gempa bumi!"Kata Odd
Yumi, Aelita,& Odd keluar rumah itu.
Ulrich menarik Je untuk keluar rumah.
"Je, ayo keluar!"Kata Ulrich
"Tidak! Kalian keluarlah!"Kata Je
"Ayo! Kalau tidak kau bisa tertimpa rumah ini!"Kata Ulrich
"Aku bilang, keluar!"
Je mendorong Ulrich dkk keluar dari rumah itu dengan kekuatannya.
"Je! Kenapa kau lakukan itu?!"Tanya Ulrich
Di langit terlihat sangat mendung. Angin bertiup sangat kencang.
"Sepertinya akan terjadi badai!"Kata Odd
"Ayo kita berlindung!"Kata Aelita
"Tidak! Aku ingin ke tempat Je!"Kata Ulrich
"Jangan! Itu terlalu berbahaya!"Kata Yumi
"Aku akan ke sana walaupun berbahaya!"Kata Ulrich
Dia berlari ke dalam rumah kosong
"Ulrich!"
Hujan deras mengguyur tempat itu.
Di dalam rumah kosong
"Je, ini aku Ulrich. Kenapa kau seperti ini?! Apa yang sedang terjadi padamu?!"Tanya Ulrich
"Ulrich, tolong tinggalkan aku di sini! Ini terlalu berbahaya."Kata Je
"Tapi kenapa kau tidak keluar?"Tanya Ulrich
Rumah kosong mulai rubuh.
"Agh..."Je teriak kesakitan sambil memegang dadanya.
Ulrich mendekati Je. Badai dan guncangan sudah selesai.
"Je,"Ulrich memegang bahu Je.
Je langsung menyingkirkan tangan Ulrich dari bahu Je.
"Je, kau kenapa?"Tanya Ulrich
Je langsung menghadap ke arah Ulrich dan langsung melempar Ulrich ke jurang dengan kekuatannya.
"Hwa... Je..."Ulrich berteriak
"Ulrich,"
Yumi melihat ke bawah jurang
"Ulrich!"
"Hwa..."
"Ulrich!"
Yumi meneskan air mata
"Yumi, kenapa kau terus menyebut nama Ulrich?"Tanya Aelita yang sedang berjalan ke arahnya
"Ulrich jatuh ke jurang."Jawab Yumi
"Ayo kita mencarinya."Kata Aelita
"Odd!"
"Iya Aelita. Aku di sini."Kata Odd
"Ayo kita mencari Ulrich."Kata Aelita
"Memangnya Ulrich hilang?"Tanya Odd
"Bukan. Dia jatuh ke jurang."Jawab Aelita
Di dasar jurang
"Di mana aku?"Tanya Ulrich sambil berdiri
"Kau ada di dasar jurang."
"Apa kau Jeremy?"Tanya Ulrich
"Ya. Aku Jeremy Belpois."Jawab Jeremy
"Sudah hampir lima tahun aku mencarimu. Dan ternyata kau ada di sini. Aku sangat merindukanmu, Jeremy."Kata Ulrich
"Aku juga, Ulrich."Kata Jeremy sambil memeluk Ulrich
"Hey, bisa kau hentikan pelukkan itu? Kita harus keluar dari sini."Kata Odd yang datang bersama Aelita dan Yumi
Jeremy melepas pelukkannya dari Ulrich dan melihat teman-temannya.
"Hy! Sudah lama aku tidak melihat kalian."Kata Jeremy sambil tersenyum
"Kami juga sudah lama tidak melihatmu. Kau menghilang secara misterius. Dan kami mencarimu selama empat tahun."Kata Odd
"Hahaha..."Je berdiri di belakang Jeremy. Dan bersiap-siap untuk mengeluarkan kekuatan
"Je, jangan!"Ulrich yang langsung melindungi Jeremy
Je mengambil batu besar dengan kekuatannya. Dan melemparnya ke arah Ulrich.
"Ulrich!"
Jeremy berlari ke depan Ulrich dan mendorong Ulrich ke samping. Dan batu besar itu mengenai Jeremy.
"Jeremy!"Ulrich dkk mendekati Jeremy
"Aku... Tidak... Apa-apa."Kata Jeremy yang terluka karena batu tadi
Dia pun berdiri dengan perlahan sambil menahan sakit pada lukanya.
"Xana, kau mengendalikan tubuhku yang baru. Ku beri nama dia, Je. Je adalah singkatan dari namaku, yaitu Jeremy. Kau tidak boleh mengambilnya!"Kata Jeremy di dalam hati
"Je, apa yang kau lakukan padanya?! Kenapa kau jahat padanya?! Kalian mirip satu sama lain! Kenapa kau membuat Jeremy terluka?!"Tanya Aelita
"Aelita, kau... Terima kasih!"
Sebuah ledakkan besar terjadi. Ledakkan itu berasal dari tubuh Jeremy.
"Jeremy, apa yang terjadi padamu?"Tanya Yumi
"Sepertinya dia juga akan di kendalikan Xana"Jawab Aelita
"Persahabatan yang tidak akan putus. Kesetiaan yang tidak akan hilang. Tapi segala kejahattan akan hilang!"Kata Jeremy di dalam hati
"A... Apa ini? Kenapa aku tidak bisa bergerak?"Kata Xana
"Keluarlah dari tubuh Je, Xana. Jangan kendalikan dia!"Kata Jeremy
"Tidak. Je tidak akan ku lepaskan!"Kata Xana
"Aku minta maaf, Je. Aku akan melukai tubuhmu."Kata Jeremy di dalam hati
Jeremy mulai membuat sebuah ledakkan besar dengan kekuatannya.
"Ledakkan ini membuat Xana terpental sangat jauh. Tapi Je akan terluka."Kata Jeremy di dalam hati
"Kira-kira apa yang akan di lakukan Jeremy?"Tanya Odd
"Kami tidak tahu."Jawab Aelita
Jeremy meledakkan kekuatannya.
"Bum..."
"Agh..."Xana terpental sangat jauh
"Semua beres."Kata Jeremy
Je jatuh dan Jeremy menangkapnya
"Jeremy, itu sangat hebat! Kau mirip dengan Je"Kata Odd
Teman-teman mendekatinya.
"Itu terjadi tiba-tiba."Kata Jeremy
"Ayo kita kembali ke bumi."Kata Yumi
"Ok. Kita pergi sekarang. Je harus di obati. Efek kekuatanku bisa membuatnya meninggal."Kata Jeremy
Mereka pergi ke atas jurang dan masuk di sebuah portal.
Di kamar Je
Mereka keluar dari portal yang ada di sana. Dan portal itu tertutup.
"Aku akan mengobati Je. Kalian cek sekolah ini."Kata Jeremy
"Baik."Kata Yumi
Jeremy cepat-cepat pergi ke klinik sambil menggotong Je.
Setelah sampai
"Tok tok tok"
Tidak ada suara di dalam
"Apa aku harus membukannya sendiri?"Tanya Jeremy
"Ya sudahlah."
Jeremy masuk ke dalam klinik.
Keadaan di dalam cukup aneh. Di sana seperti kamar mayat bukan sebuah klinik.
"Kamar ma... Mayat?"
Jeremy kaget melihatnya sampai Je jatuh darinya.
"Maaf, Je."Jeremy mengangkat Je
"Aku memanggil rumah sakit saja. Tapi kau akan kuberi jantung agar dokter bisa mengobatimu."Kata Jeremy
Di lapangan
Lapangan itu kotor dan rusak
"Lapangan kita rusak."Kata Ulrich
"Banyak darah."Kata Yumi
"Apalagi gedung sekolah kita sudah rusak. Dindingnya retak, kaca banyak yang pecah."Kata Aelita
"Jangan lupa pabrik kita. Xana sudah menghancurkan pabrik kita. Kita tidak bisa menonaktifkan menara."Kata Odd
"Benar. Sepertinya Xana akan menang dan dapat mengusai dunia."Kata Ulrich
Di Rumah Sakit
"Setelah kau membaik, aku akan mengambil milikku lagi."Kata Jeremy
Beberapa menit kemudian.
Dokter keluar dari ruang 558
"Dok, bagaimana kondisinya?"Tanya Jeremy
"Dia mengalami luka dalam yang serius. Untungnya kau membawanya sekarang. Kalau tidak lukanya semakin parah."Kata Dokter
"O ya. Kau boleh melihatnya sebentar sebelum kami lakukan pengobatan yang berlangsung selama 2 hari."Kata Dokter
"Terima kasih, Dok."Kata Jeremy
Dia masuk ke kamar Je dan mendekati Je yang terbaring di tempat tidur pasien.
"Je, aku senang menjadi dirimu. Tapi kau masih harus di obatti."Kata Jeremy
Tiba-tiba Je melayang di udara.
"Hahaha..."
"Dia lagi. Huh..."Kata Jeremy
"Pip..."
"O tidak. Jantungnya!"Kata Jeremy
3 orang Dokter langsung membuka pintu. Xana langsung menghilang.
"Nak, tolong mundur."Kata Dokter 1
Jeremy mundur beberapa langkah.
"O tidak tidak! Je! bagaimana ini? Aku tidak bisa melakukan apapun. Kecuali..."Kata Jeremy di dalam hati
"Jantungnya tak berdetak!"Kata Dokter 3
"Dok, bolehkah Saya membantu?"Tanya Jeremy
"Membantu membuat jantungnya berdetak lagi?"Tanya Dokter 2
"Ya. Saya akan mencobanya."Jawab Jeremy
"Baiklah. Tapi cepat. Kau pasti punya pengetahuan Dokter."Kata Dokter 1
Jeremy langsung mendekati Je.
"Jantung, tolong berdetak lagi."Kata Jeremy sambil memegang dada Je.
"Pip... Pip pip pip"
"Sudah selesai."Kata Jeremy
"Terima kasih. Tapi... Cara apa yang kau pakai?"Tanya Dokter 2
"Itu cara tradisional."Jawab Jeremy
"Hmm... Bisa kau ajarkan pada kami?"Tanya Dokter 3
"Tidak. Maaf ya." Kata Jeremy
"Tidak apa-apa. O ya. Karena kami sudah ada di sini, kami akan melakukan pengobatan pada temanmu."Kata Dokter 1
"Baiklah kalau begitu. Saya harus pergi. Terima kasih sebelumnya untuk pengobatan Je. Semoga pengobatannya lancar."Kata Jeremy
Di Kadic yang kacau
"Semua serba berantakkan."Kata Odd
"Benar! Sebenarnya aku masih bingung siapa hantu yang membunuh semua warga Kadic."Kata Ulrich
Udara dingin berhembus di sekitar tempat itu.
"Hantu Je. Pasti dia. Tapi bukannya dia di bawa ke klinik?"Kata Ulrich di dalam hati
Tiba-tiba salju turun
"Salju? Cukup aneh."Kata Odd
"Ya. Memang aneh."Kata Jeremy sambil tersenyum jahat
Matanya berubah menjadi merah. Dia ada di belakang para LW
"Hah?"
Semua berbalik badan
"Je... Jeremy, apa yang terjadi padamu?"Tanya Odd
Jeremy hanya tersenyum jahat dan menghilang
"Hah? Di mana dia?"Tanya Aelita
Yumi menengok ke belakang
"Itu dia!"Kata Yumi sambil menunjuk Jeremy yang melayang di udara
"Jeremy! Sebenarnya apa yang terjadi padamu?!"Tanya Ulrich
Jeremy hanya diam
"Jawab, Jeremy! Ku mohon."Kata Ulrich
Jeremy menghilang lagi.
"Seharusnya kau jawab dulu pertanyaan Ulrich! Jangan menghilang terus!"Kata Odd
"Sudahlah, Odd."Kata Ulrich
Sebuah kekuatan yang besar mendorong mereka.
"Aaa..."
Mereka semua terpental jauh sampai tertabrak dinding.
"Hahaha..."
"J... Jeremy... Kenapa kau lakukan ini pada kami? Apa kau di rasukan Xana?"Tanya Aelita
"Atau... Kau memang jahat padaku?"Kata Ulrich
"Hah?"
"Apa maksudmu, Ulrich?"Tanya Yumi
Ulrich mengabaikan pertanyaan Yumi
"Kau pasti jahat padaku. Kau selalu membuatku celaka sejak kecil!"
Ingatan Ulrich
Di halaman apartemen Ulrich
"Jeremy, ayo ke sini!"Kata Ulrich kecil yang sedang melihat dua cahaya biru terbang yang ada di balik semak-semak
"Baik!"Kata Jeremy kecil
Jeremy berjalan ke arah Ulrich.
Tapi tiba-tiba, dia jatuh pingsan.
"Bruk..."
Ulrich menengok ke belakang dan berlari ke arah Jeremy.
"Jeremy!"
Ulrich menggotong Jeremy ke dalam apartemen.
Jeremy terbangun. Matanya berubah menjadi merah.
"Lepaskan aku!"Kata Jeremy
Ulrich langsung melepaskan Jeremy
"Kau sudah sadar rupanya!" Kata Ulrich
Jeremy langsung memukul Ulrich dengan keras. Ulrich terjatuh dan pingsan.
Di Kadic
"Kau memukulku hingga aku pingsan!"Kata Ulrich
"Apa?!"
Jeremy jatuh pingsan.
"Jeremy!"
Ulrich menghampiri Jeremy. Walaupun Jeremy pernah menyakitinya, tapi ia tetap menyayangi Jeremy.
"Jeremy, kau memang jahat padaku. Tapi aku tetap menyayangimu apa adanya."Kata Ulrich sambil mengelus rambut Jeremy
In Jeremy's dream
"Hahaha..."
"Jeremy!"
Mata Jeremy berubah menjadi biru.
"Tadi kau memukul Ulrich?"Tanya Ayah Ulrich
"Bukan. Bukan aku."Jawab Jeremy
"Aku melihatnya dari atas. Kau benar-benar keterlaluan, Nak. Lebih baik kau jangan mendekati anakku lagi!"Kata Ayah Ulrich
Jeremy begitu kecewa dan menggotong Ulrich.
"Tidak perlu! Sebaiknya kau pergi! Jangan pernah kembali kesini! Kau selalu melukai anakku."Kata Ayah Ulrich
Jeremy langsung berlari dengan sedih.
"Ada apa sebenarnya?! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ulrich selalu terluka?!"Kata Jeremy
Di apartemen Ulrich
"Asisten! Tolong obatti anakku!"Kata Ayah Ulrich sambil membawa anaknya yang terluka cukup parah.
"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa mengobatinya. Lukanya terlalu parah."Kata Asisten Apartemen yang sebenarnya adalah Dokter
"Lalu bagaimana dengan Anakku?"Kata Ayah Ulrich yang mengkhawatirkan anaknya
"Kita harus membawanya ke rumah sakit."
Di taman
"Hiks... Hiks..."
Anak pirang itu terus menangis. Air matanya mengalir dengan deras memikirkan sahabat sejatinya yang terluka parah.
"Bagaimana keadaannya? Apa dia meninggal karena diriku?"Kata Jeremy di dalam hati
Seorang anak perempuan Jepang mendekatinya.
"Hai, Jeremy!"
"Tolong tinggalkan aku, Yumi. Aku ingin sendirian dulu."
"Oh... Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa!"
Dia pergi menjauh dari Jeremy.
"Aku harus ke Rumah Sakit untuk memastikan saja."
Jeremy berlari ke Rumah Sakit
Setelah sampai
"Permisi. Apa Ulrich Stern ada di sini?"
"Ada. Dia di kamar 768."
"Terima kasih."
Jeremy pergi ke kamar itu.
Orang tua Ulrich pulang ke apartemen. Mereka tidak melihat Jeremy. Jeremy melihat mereka.
Setelah sampai di kamar itu
Jeremy bertemu seorang Dokter
"Permisi. Apa aku boleh menjenguk temanku?"
"Tentu. Silahkan."
"Terima kasih."
Jeremy langsung masuk ke kamar sahabatnya.
"Ulrich, melihat dirimu yang terluka seperti ini, aku merasa bersalah. Aku minta maaf."Kata Jeremy
Jeremy mengambil sebuah kertas dan pulpen yang ada di kamar itu. Dan Jeremy menulis sebuah surat untuk Ulrich
"Kepada sahabatku, Ulrich Stern. Aku ingin minta maaf atas perbuatanku yang amat keji. Aku selalu memukulmu dan kau terluka sangat parah. Karena perbuatanku itu, Ayahmu tidak mengizinkan diriku untuk bertemu denganmu lagi. Dan aku akan pergi dari sini. Mencari tempat yang nyaman untuk tinggal. Agar aku tidak berbuat jahat lagi padamu. Selamat tinggal, Ulrich. Dan jangan pernah mencariku. Karena aku tidak ada di dunia ini lagi.
Salam dari sahabatmu, Jeremy Belpois "
Jeremy melipat kertas itu dan memberikannya pada Dokter.
"Dok, Ini surat untuk Ulrich. Tolong berikan setelah dia sudah lebih baik."Kata Jeremy
"Baik."Kata Dokter
"Terima kasih."
Jeremy terburu-buru pergi dari Rumah Sakit
"Selamat tinggal, Ulrich."
Di Kadic di kamar Ulrich. Kamar satu-satunya yang tidak berantakan.
"Jeremy, kenapa kau menangis? Sejak tadi kau selalu mengeluarkan air mata."Kata Ulrich sambil mengusap air mata Jeremy sejak tadi
"Ulrich,"
"Jeremy, apa kau sudah sadar?"Tanya Ulrich
"Maafkan aku. Aku telah berbuat jahat padamu. Aku tidak sadar kalau aku memukulmu. Aku menghilang karena aku tidak mau melukaimu lagi, Ulrich. Tapi kau malah terluka lagi."Kata Jeremy
"Ya. Aku memaafkanmu. Lagi pula itu sudah lama terjadi. Tidak perlu di bahas lagi."Kata Ulrich
"Terima kasih sudah memaafkanku."Kata Jeremy
"Sama-sama."Kata Ulrich
"Aku merasa benar-benar menyesal. Dulu aku mendapatkan kutukkan. Aku akan berbuat jahat. Mataku menjadi merah. Dan aku akan melukai seluruh orang jika aku tidak di sadarkan seseorang. Diriku memang buruk. Aku tidak bisa mengendalikan kutukan itu."Kata Jeremy
"Kau tidak buruk. Kau orang yang spesial bagiku. Kau seperti Je. Di dalam dirimu terdapat kekuatan dahsyat yang mampu mengalahkan Xana. Aku benar-benar bangga padamu."Kata Ulrich
"Sungguh? Apa kau bersungguh-sungguh?"Tanya Jeremy
"Tentu. Tadi kau menyelamatkan Je. Dan Xana terpental sangat jauh. Itu sangat hebat."Jawab Ulrich
"Terima kasih atas pujianmu. Itu bukan apa-apa."Kata Jeremy
"Ya. Sama-sama."Kata Ulrich
"O ya, bagaimana keadaan Je?"Tanya Ulrich
"Dia... Sedang menjalani pengobatan. Kata Dokter pengobatan itu berlangsung selama dua hari."Jawab Jeremy
"Oh..."
Ulrich melihat Xana di belakang Jeremy. Dia membawa dua pisau yang tajam.
"J... J... Jeremy!"
Ulrich langsung mendorong Jeremy jatuh dari tempat tidur
"Kenapa kau mendorongku?"Tanya Jeremy
"Xa... Xana! Dia ingin membunuhmu!"Kata Ulrich
"Hah? Aku tidak melihatnya."Kata Jeremy
Xana melihat Jeremy yang duduk di lantai. Xana bersiap-siap menusuk Jeremy.
"Jeremy!"
Ulrich mengambil bantal dan memukul Xana dengan bantal. Tapi Xana menembus bantal itu.
"O tidak."
"Siap-siaplah, Jeremy! Kau tidak bisa melihatku. Jadi aku mudah membunuhmu."Kata Xana di dalam hati
"Jeremy, lari!"
"Untuk apa aku berlari? Apa kita sedang bermain?"
"Hahaha..."
Xana menggangkat kedua pisaunya.
"Tidak! Jeremy!"
Ulrich buru-buru ke lantai tempat Jeremy duduk.
Tapi Xana sudah menusuk dada Jeremy.
"Hahaha..."
Xana langsung menghilang dari tempat itu.
Ulrich hanya terdiam di samping Jeremy dan melihat tubuh Jeremy yang berlumuran darah di bagian dada.
"Hiks... Hiks... Xana, kenapa kau membunuhnya? Aku baru saja bertemu dengannya setelah lama ia menghilang. Kenapa kau membunuhnya?!"
"Ulrich, apa yang terjadi di sini?"Tanya Aelita yang baru datang dari luar bersama Odd dan Yumi
"Jeremy... Dia di bunuh Xana."Jawab Ulrich
Keesokkan harinya di Kadic
Je sudah pulih. Dia melihat Odd, Aelita, dan Yumi yang sedang duduk di tangga.
"Hy!"Je menyapa teman-temannya sambil berjalan mendekati mereka
"Hy, Je! Bagaimana pengobattannya?"Tanya Ulrich
"Pengobattannya lancar."Jawab Je
"O ya. Apa yang aku lewatkan kemarin?"Tanya Je
"Jeremy. Dia menjadi jahat. Dan dia meninggal semalam. Karena di bunuh Xana."Jawab Ulrich
"Bayangan itu benar-benar keterlaluan."Kata Je
"Benar."
"Kita harus melawan Xana sekarang."Kata Je
"Hahaha..."Xana muncul di belakang mereka
"Cepat juga. Kami baru membicaramu, kau langsung datang."Kata Je
"Aku akan mengalahkan kalian berlima."Kata Xana
"Justru kami yang akan mengalahkanmu."Kata Je
"Oh... Ok kalau itu katamu, Je."Kata Xana
Beberapa bayangan Xana datang dan memeggang erat tangan dan kaki Je.
"Kita bertarung tanpa Je."Kata Xana
"Ok."Kata Ulrich
Xana merubah dirinya menjadi Jeremy.
"Hey! Ini curang!"Kata Ulrich
"Apa maksudmu?"Tanya Odd
"Iya. Apa maksudmu, Ulrich?"Tanya Yumi
"Kau lupa? Jeremy juga memiliki kekuatan. Dia membuat sebuah ledakkan besar dan mementalkan Xana sampai jauh."Jawab Ulrich
"Benar juga."Kata Yumi
"Seharusnya kau melawanku. Bukan melawan mereka!"Kata Je
"Kalau kau mau, ayo! Kau sendiri yang melawanku."Kata Xana
"Baik."Kata Je
"Je, kau baru pulih. Kau jangan bertarung dulu!"Kata Aelita
"Tidak apa-apa, Aelita."Kata Je
Para bayangan Xana memeggang erat kaki dan tangan Ulrich, Aelita, Odd, dan Yumi. Tangan dan kaki Je di lepaskan.
"Aku siap!"
Xana langsung mengeluarkan kekuatan api dan membakar jalan Je. Tapi Je mengeluarkan kekuatan airnya untuk memadamkan api.
"Ini terlalu mudah."Kata Je
"Je, kau hebat!"Kata Aelita
"Itu bukan apa-apa."Kata Je
"Tadi baru permulaan."Kata Xana
Xana langsung mengeluarkan beberapa bayangannya dan mengelilingi Je.
"Coba tebak yang mana diriku yang sebenarnya. Serang pilihanmu setelah kau menebak."Kata Xana
"Wah! Pasti itu sangat sulit."Kata Odd
"Kau benar. Pasti Je kesulittan menebaknya."Kata Aelita
Je menutup matanya dan berkonsentrasi.
"Tolong beri aku petunjuk. Yang mana Xana yang asli."
Dia membuka matanya dan langsung menyerang salah satu Xana yang ada di belakangnya dengan kekuatannya.
Xana terpental agak jauh. Dan semua bayangan Xana menghilang.
"Je benar-benar hebat. Aku jadi rindu pada Jeremy. Aku melihat Je seperti aku melihat Jeremy."Kata Ulrich di dalam hati
"Itu keren! Je bisa menebaknya!"Kata Aelita
"Kau hebat, Je. Tapi itu bukan kekuatanku yang sebenarnya."Kata Xana
"Hey, Xana! Apa kekuatanmu yang sebenarnya?"Tanya Odd
"Kau ingin tahu, ya? Baiklah. Aku lakukan!"Kata Xana
Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang dahsyat. Jalan-jalan terbelah. Membuat Je dan teman-teman terpisah jauh.
"Berjuanglah, Je! Maaf kami tidak bisa membantumu! Semoga kau berhasil!"Kata Yumi
Je melihat teman-temannya yang semakin jauh darinya.
"Semoga kalian baik-baik saja. Itu yang terpenting."Kata Je
Gedung Kadic runtuh karena gempa. Sebuah gunung aktif keluar dari tanah. Api membakar taman.
"Itu terlalu berlebihan!"Kata Je
Ternyata Xana sudah menghilang.
"Hey! Di mana kau?"Kata Je
"Hahaha... Kalau kau ingin menghentikan ini, kau harus melawanku!"Kata Xana
"Huh... Dia sangat menyebalkan. Dia menusuk tubuhku yang sebenarnya. Aku tidak bisa menjadi diriku. Aku akan menjadi Je selamanya. Bagaimana dengan orang tuaku yang sudah berusaha selama hampir lima tahun untuk mencariku? Mereka pasti akan kecewa mendengar bahwa aku sudah meninggal. Itu pasti menyedihkan. Hidupku ini memang membingungkan. Kalau aku menjadi Jeremy, aku memiliki kutukan jahat. Kalau aku menjadi Je, aku memiliki kekuatan yang luar biasa. Dan itu bisa membahayakan diriku."Kata Je di dalam hati
"Je!"Ulrich berteriak memanggil Je dari kejauhan
"Ulrich! Di mana kau?!"
Ulrich tak menjawab.
"Mungkin suaraku kurang kencang."Kata Je
"Lalu... Bagaimana aku mencarinya?"Tanya Je
Seekor burung kecil berwarna biru datang dan hinggap di bahu Je
"Cuit cuit cuit cuit cuit"(Empat orang dalam bahaya! Mereka di siksa di tepi gunung merapi!)
"Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti."Kata Je
"Kecuali..."
Je mengeluarkan kekuatannya agar burung itu bisa berbicara.
"Hai. Namaku Je. Apa yang kau katakan tadi?"Tanya Je
"Hai, Je. Salam kenal. Namaku Little Bird. Yang kukatakan tadi adalah ada empat anak dalam bahaya! Mereka di siksa di tepi gunung merapi!"Kata Little Bird
"Xana. Aku harus menyelamatkan mereka!"Kata Je
"Aku ikut!"Kata Little Bird
"Ok. Ayo kita pergi."Kata Je
"Bagaimana cara kita menyelamatkan mereka dengan cepat? Gunung itu agak jauh. Dan kau butuh waktu lama untuk mendaki gunung itu."Kata Little Bird
"Benar juga. Kau butuh waktu berapa menit untuk terbang dari sini sampai ke atas gunung itu?"Tanya Je
"Kira-kira dua menit jika memakai kecepatan tinngi."Jawab Little Bird
Di tepi Gunung Merapi
"Di sini sangat panas. Boleh aku keluar?"Tanya Odd
"Tidak!"Jawab Xana
"Kau tidak berhasil."Kata Ulrich
Di perjalanan menuju Gunung merapi
"Ini sangat seru!"Kata Je yang terbang di udara. Dia berubah menjadi burung elang biru raksasa.
"Kau keren, Je! Baru belajar terbang, kau langsung bisa!"Kata Little Bird
"Itu biasa saja."Kata Je
"Sebaiknya kita tidak bicara. Banyak serangga yang terbang."Kata Little Bird
Je mengangguk
Akhirnya mereka sampai di atas gunung.
"Lihat! Elang itu besar sekali!"Kata Odd
"Tidak ada waktu melihat elang besar itu!"Kata Xana
Xana mendorong keempat warrior kedalam gunung
"Kalian akan mati terbakar magma. Hahaha..."Kata Xana
Je langsung masuk ke dalam gunung.
"Aku takut masuk ke sana. Tapi aku harus ikut Je."Kata Little Bird di dalam hati
Akhirnya, Little Bird juga ikut masuk
Di dalam gunung
"Hwa..."
"Lihat! Elang itu!"Kata Odd
Je terbang cepat ke bawah teman-temannya. Dan mereka mendarat di atas tubuh Je
"Elang ini menyelamatkan kita!"Kata Yumi
"Terima kasih, Elang."Kata Ulrich
"Je!"Little Bird terbang mendekati Je
"Little Bird, seharusnya kau di atas saja."Kata Je
"Jadi kau adalah Je?"Tanya Odd
"Ya, Odd. Aku Je. Aku berubah menjadi elang"Jawab Je
"Kau keren! Kau seperti elang asli!"Kata Aelita
"Benar! Kau teman kami yang paling hebat!"Kata Yumi
"Benarkah? Bagaimana dengan Jeremy?"Tanya Je sambil terbang ke atas
"Dia sama denganmu."Jawab Yumi
Mereka sampai di atas gunung
Je menurunkankan teman-temannya di tepi gunung
"Kalian beruntung. Elang itu menyelamatkan kalian."Kata Xana
"Ya. Kami memang beruntung."Kata Odd
"Tidak jika..."
Xana menyerang Je dengan kekuatannya
Je pingsan dan terjatuh ke dalam gunung
"Je!"
To be continue
