Disclaimer: Inazuma eleven is belong to level-5

Warning: AU, OOC, Shonen ai, abal, gaje, dan banyak sekali kekurangan fic ini. Don't like? Baca dulu boleh kok. Tapi disini flame sangat dilarang! Saia sudah siap pasukan pemadam api (?), yaitu Shirou dan Fuusuke! (plaak!)

Ehem... enjoy this...

Death Chorus

Chapter 1

New Destiny

Millenium Century, 3013...

"Cepat lari...!"

"Lindungi 'produk' milik kita!"

Mulai terdengar bunyi reruntuhan di sebuah laboratorium bawah tanah. Alarm yang bercahaya kemerahan mewarnai kepanikan di ruangan yang didominasi warna putih itu. Alat-alat canggih disana mulai mengeluarkan percikan listrik. Banyak orang berjas putih yang sibuk untuk mengatasi segala kekacauan ini. Diantara lalu lalang manusia-manusia yang diketahui sebagai ilmuan itu, terlukis 3 sosok di suatu ruang rahasia...

"Asuka, Aki! Bawa 'Produk' kita lari sejauh mungkin! Cepat!" Ucap seorang profesor paruh baya sambil menepuk pundak kedua muda-mudi yang ada dihadapannya.

"Tapi, Profesor Daisuke... Bagaimana dengan anda...?" Salah satu dari ilmuan muda yang bernama Asuka Domon mulai menunjukkan kepanikannya.

"Aku akan melindungi kalian dan 'Produk' kita...! Bagaimanapun, 'Death Chorus' tak boleh mendapatkannya!" Profesor Daisuke mulai membuka segel suatu ruangan. Di ruangan gelap itu tak nampak apapun, kecuali sesosok anak lelaki yang sedang tertidur dalam tabung percobaan. Dengan cekatan, Profesor Daisuke berhasil membuka kembali kode kunci dari segel tabung besar itu. Tabung tersebut mulai menghilang, dan jatuhlah tubuh sang anak dengan lemah terkulai. rambut cokelat tuanya dengan sempurna membingkai wajah moleknya. Matanya masih tertutup, dirinya tak bernafas. Kulitnya putih pucat, seolah tak memiliki tanda kehidupan.

Profesor Daisuke mulai mengangkat tubuh rapuh sang 'Produk' dan membisikkan suatu kata tepat di telinganya, sebuah password rahasia. Perlahan mata sang 'Produk' mulai terbuka. Sepasang cokelat tua dengan sayu menatap kosong ke sekitarnya. Menatap ke arah sang profesor dan kedua asisten ciliknya.

"Siapa...? Aku...?" Mata sang 'Produk' mulai meneteskan air berwarna bening. Air mata.

"Kau adalah Produk kami, ReBioWorld no. 00...!" Profesor Daisuke mulai menepuk kepala bocah tersebut.

"Untuk apa... Aku disini...?"

"BLARR!"

Suara dentuman mulai terdengar. Sejenak kemudian, bangunan rahasia itu mulai benar-benar runtuh. Suara panik dari ruang seberang dapat didengar oleh mereka. Kemudian disusul dengan suara tembakan bertubi-tubi dan diikuti oleh jeritan memilukan dari para ilmuan.

"Gawat! 'Mereka' datang! Cepat bawa ReBioWorld no. 00 pergi!" Profesor Daisuke mulai menekan tombol pintu keluar rahasia. Aki segera menarik sang 'Produk', diikuti oleh Asuka yang menuju keluar. Dengan cepat, Profesor Daisuke menutup kembali pintu tersebut.

"Profesor...!" Asuka sempat ragu untuk lari meninggalkan sang profesor yang sangat dihormatinya itu.

"...Lindungi 'Produk' milik kita... Hanya dialah yang dapat menyelamatkan dunia ini..." Ucap profesor Daisuke yang kemudian menutup pintu besi itu.

"Blam!" Pintu tertutup sempurna, Aki dan Asuka hanya menatap sedih pada apa yang ada dibelakang mereka itu. Mungkin profesor yang mereka hormati tengah dihabisi nyawanya. Tidak, saat ini bukan waktu yang tepat untuk memikrikan hal itu. Ada hal lebih penting yang harus mereka lakukan. Melindungi sang 'Produk'...

Kini dihadapan mereka bertiga terhampar pemandangan yang putih, dengan langit yang gelap. Salju-salju bertebaran menghalangi pandangan mereka. Sejenak Aki dan Asuka berbalik, terdengar suara tembakan dari dalam laboratorium.

"Profesor...!" Asuka yang emosinya terguncang segera berlari kembali ke lab, namun Aki menahannya.

"Jangan Asuka! Kita harus melindunginya!" ucap Aki sambil menunjuk sang 'Produk' yang masih berdiri terpaku di tengah badai salju. Matanya cokelat gelapnya menerawang ke langit.

"Kalian... Akan mati." Ucap sang produk sambil menatap Aki dan Asuka tanpa ekspresi. Rambut cokelatnya yang seperti tanduk itu berkibar tak beraturan. Kulitnya yang kecokelatan menjadi makin pucat karena dinginnya udara. Terusan putih bersih yang dikenakannya menjadi makin kotor dan basah karena siraman salju.

"Apa maksudmu!" Asuka emosi dan langsung menonjok pipi sang 'Produk'. Yang ditonjok langsung terpelanting bebas dan mendarat terkapar di atas dinginnya salju.

"Hentikan, Asuka! Kita harus segera lari...!" Aki mulai menahan Asuka.

"Kalian tak perlu lari..." Ucap seseorang yang berdiri tepat dibelakang Aki dan Asuka. Kemudian menodongkan pistol dikepala Asuka. Wajahnya menyeringai sadis. Rambut putihnya senada dengan putihnya salju berkibar lembut, namun tak selembut wajah sadisnya itu. Sepersekian detik kemudian, bunyi peluru terdengar keras, menembus kepala Asuka dengan mudahnya. Nyawa Asuka langsung melayang seketika itu juga. Aki yang ada disebelahnya mulai menjeritkan nama Asuka. Itulah teriakan terakhirnya, seorang lagi yang berambut turquoise panjang dan dikuncir ponytail segera menebas tubuhnya dengan pedang dari belakang. Hilanglah sudah. Nyawa 2 ilmuan yang harusnya memiliki jalan yang masih panjang itu tenlah berakhir sampai disini.

Hening. Salju yang tadinya putih bersih mulai terkotori dengan darah kedua jasad yang terkapar ditengah salju. Sang 'Produk' hanya menatap kosong kedua jasad yang tadinya masih sempat bicara dan memukul dirinya itu. Perlahan mendekati kedua jasad itu, dan malah bermain dengan darah mereka. Dia mengoyak tubuh kedua jasad itu dengan sadis, mencakar-cakar luka bekas tebasan pedang di tubuh Aki, dan mulai mengelurakan organ-organ dalam jasad Aki. Namun sang 'Produk' tidak memiliki maksud jahat apapun, hanya sibuk mengamati dan bertanya-tanya soal apa yang baru dilihatnya itu. Tangannya sibuk mengambil jantung dari tubuh jasad, kemudian dia mulai sibuk bermain dengan usus jasad itu. Seluruh tubuhnya yang tadinya putih bersih itu mulai ternodai oleh darah yang merah segar. Sementara kedua pembunuh tadi hanya melihatnya dengan tatapan datar, telah terbiasa dengan pemandangan sadis seperti itu.

"...Ini apa...?" Tanya sang 'Produk' sambil menyodorkan tangannya yang merah dengan darah menetes dan mendekat pada kedua pembunuh tadi.

"Huh...? Kau tidak takut pada kami rupanya... Menarik." Ucap pembunuh berambut putih yang kemudian menggenggam pergelangan tangan sang 'Produk' yang berlumuran darah.

"Ini darah, bocah. Akan keluar dari tubuh manusia bila kau melukai mereka..." Ucap sang pembunuh sambil menjilati tangan 'Produk' yang berlumuran darah tersebut.

"Darah...? Kau menjilatnya seperti itu. Sepertinya rasanya enak yah...?" Tanya sang 'Produk' yang masih menatap kosong ke arah sang pembunuh berambut putih.

"..." Pertanyaan yang sukses membuat kedua pembunuh profesional kita ini cengo dan sweatdrop.

"...Tunggu. Dia ini benar-benar 'Benda' yang jadi target misi kan...?" Tanya sang pemuda berambut biru turquoise pada rekannya.

"Sepertinya begitu. Hei, siapa namamu?" Tanya sang pemuda bermabut putih itu.

"ReBioWorld no. 00..." Jawab sang produk.

"Huh! Bukan itu! Maksudku nama, nama itu adalah panggilan untukmu...!" Ujar sang pemuda berambut putih.

"Mereka bilang itu namaku..." Ucap Mamoru.

"Huh, nama yang jelek... Nah, Nathan! Kita apakan dia? Kita bunuh atau tidak?" Tanya sang pemuda berambut putih pada rekannya yang berambut turquoise indah itu.

"Jangan... Kurasa lebih baik kalau Kita bawa saja... Hnn... Dia juga akan jadi bagian dari 'Death Chorus'." Ucap sang pemuda berambut biru turquoise yang dipanggil Nathan tadi.

"Baiklah... Hei, kau!" Sang pemuda berambut putih mulai mengulurkan tangannya.

"Mulai hari ini, kau adalah anggota Death Chorus..." Dia mengangkat tubuh sang 'Produk' yang tadinya terduduk, kemudian menarik mantelnya dan menyelimuti tubuh bocah itu...

"?" Sang 'Produk hanya memiringkan kepalanya.

"Ini mantel, agar kau merasa hangat! Kau itu bodoh sekali sih untuk ukuran seorang 'main target'!" Sang pemuda berambut putih mencubit pipi tembem sang 'Produk'.

"Shuuya! Jangan menyakitinya!" Nathan menggeret sang pemuda berambut putih menjauhi sang bocah.

"...Jangan panggil Aku 'Shuuya' saat kita berada dalam misi..." Ucap 'Shuuya' yang kemudian menggandeng tanagn mungil sang 'Produk'.

"Maaf. Aku lupa..." Sang permuda berambut turquoise hanya nyengir tanpa rasa dosa.

"..."

"Brukk!"

Tubuh sang bocah berambut cokelat itu mulai hilang keseimbangan dan akhirnya terjatuh, matanya kembali tertutup. Shuuya dan Nathan terkejut dibuatnya.

"Dia pingsan!" Ucap Nathan panik.

"Biar kugendong..." Shuuya mulai mengangkat dan menggendong tubuh lemah sang 'Produk'.

"Mungkin karena baru diaktifkan, jadinya dia begini..." Nathan mulai membelai pelan kepala sang produk, "Sepintas terlihat seperti anak biasa."

"Tentu saja. Siapa sangka kalau bocah ini adalah benda itu?" Shuuya mulai mengeratkan gendongannya atas sang 'Produk'.

"Daripada dia kau panggil 'Bocah', bagaimana kalau kita beri nama? Kelihatannya juga usia kita dengannya tak beda jauh..." Ucap Nathan.

"Anak ini tidak hidup, Nathan. Usia benda mana bisa dibandingkan dengan usia Manusia...? Ngomong-ngomong, kapal kita ada dimana sih!" Ucap Shuuya yang menggerutu sambil berjalan menembus badai salju.

"Kurasa... Dia mirip denganmu..." Ucap Nathan yang tertunduk.

"Ya..." Shuuya mulai memejamkan matanya.

"Mungkin begitu..."

Mereka berdua terus berjalan lurus, menuju sebuah takdir baru yang akan mengubah kembali dunia ini...

To Be Continued...

Uwa! Uwaaa! Saia bikin fic apaan ini! Kenapa jadinya kayak begini!

Uh... Gomen... belum-belum sudah ada chara yang meninggal... T_T

Tapi... bagaimana dengan fic ini...? Jelek yah...? Saia setuju! XDD

Chapter ini masih sedikit nggantung, tapi nantinya akan jadi lebih nggantung lagi lhoo! (digebukin)

Saia pingin coba bikin fic Inazuma yang serius gitu...

Merasa kalau Shuuya OOC? Kayaknya sih begitu... T_T

Dulunya, ini cerita udah pernah ada di benak saia, tapi waktu itu charanya asli buatan saia...

Dan disini sifat-sifat chara Inazuma jadi berubah karena tuntutan peran(?).

Nah, kira-kira sang 'Produk' itu siapa, hayoo...? (pertanyaan gaje)

Ngomong2, usia Shuuya dan Ichirouta di fic ini sekitar 15 tahun (pembunuh cilik, haha) sedangkan sang 'Produk' terlihat seperti seososok anak berumur kurang lebih 12 tahun...

Aduh... kurang gregetkah? Kurang sadis? Kurang keren? Tolong kasih review untuk bahan evaluasi yah... ^^

Nah.. selanjutnya, balasan review untuk fic Saia yang Valentine in Raimon:

zerO. Cent:

Hehe... sayangnya Shuuya dan Mamoru masih berstatus 'nggantung' (digebukin massa). Habisnya saia bingung banget klo sampai Mamoru dan Shuuya jadi pacaran... (?)

Arigato reviewnya... XD

'Aka' no 'Shika':

Hehehe... Klu di sana, masih belum pacaran Mereka...

Iya iya! Ayo buat, Dilla-san! XDD Saia tungguin ficnya!

Arigato.. X3

yue:

Hehe... makasih pujiannya Yue-san... (tersanjung)

Hn... Iya, kasian mereka (digeplak)

Mamoru: Yang bikin kami sakit perut siapa coba!

Hehe... Arigato yah, Yue-san... ^^

De-chan Aishiro

Hehe... iya, ini saia bikin fic baru lagi... tapi agak menjurus ke arah sadistic.

Wah, iya! Shuuya juga gak bagi2 cokelat ke saia!

Hnh... Saia juga bimbang ini, enaknya Ichirouta dipairingin ama siapa yah...?

Saia inget! XDD sumpah, wajahnya Shuuya imut banget klu lemes begitu! XDD (Ditendang Shuuya+Yuka)

Yuuto...? Yang jelas dia pasti dapet cokelat giri dari adeknya... ^^

Wah, sekarang saia jadi buka depot ShuuyaXMamo! XDD

Arigato, De-chan... XDD

Sekian sudah presentasi... Err, maksudnya fic ini telah selesai. Silakan nantikan chapter 2 (kalau ada yang mau lihat) dan juga jangan lupa R&R.. (plak!)

~With Kuriboh's egg piece~

Dika the Reborned Kuriboh