NYAA! Ini adalah cerita yang sudah pernah ku publish di facebook milikku dengan judul yang berbeda
jadi jangan heran kalau ada yang pernah melihat fanfic ini sebelumnya


Normal pov

Seorang gadis berambut honey blond sebahu dan dihiasi pita putih besar diatas kepalanya sedang berdiri digerbang sebuah gedung sma. Sepertinya sedang menunggu seeorang. Matanya yang berwarna biru tampak kosong, seperti memikirkan sesuatu.

? Pov

Sudah setahun. Ah, bisa dikatakan itu waktu yang panjang. Sudah setahun dia meninggalkan rumah. Dan sudah setahun juga kami menjalin hubungan ini. Hehe, aku jadi teRingat saat pertama kali dia menyatakan perasaannya padaku.

Flash back

"Rin, aku ingin bicara padamu" tanpa basa basi lagi dia langsung menarikku keluar rumah Dan mengajakku kesebuah tempat yang sepi

"Ada apa Len? Kenapa kita harus bicara disini?" tanyaku dengan heran

"...Rin... Sebenarnya m... Aku...menyukaimu. Bukan sebagai saudara, tapi sebagai seorang laki laki".

Aku tidak dapat berkata kata. Len, menyukaiku? Apa ini mimpi? Saudaraku, Len

"Kamu tidak perlu menjawabnya, karena aku hanya ingin kamu tahu saja. Aku gak bisa menyukaimu hanya sebagai saudara kembarku"

Kata Len lalu berbalik. Aku mencoba menemukan suaraku. Aku ingin menjawab perasaannya

"Len...aku...aku juga... Suka Len..." kataku dengan suara yg amat pelan.

Sulit sekali mengatakannya. Jantungku yang berdetak sangat kencang semakin menambah rasa gugupku. Kulihat Len, dia menatapku dengan mata yang membulat. Sepertinya dia mendengar perkataanku tadi.

"Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Bisa kamu mengulanginya?" katanya dengan senyum licik.

Otomatis wajahku memerah mendengarnya.

"Aku suka Len" kataku sambil menundukkan kepala, takut Len melihat wajahku yang sudah semerah tomat.

Tiba tiba aku mendengar suara langkah kaki yang bergerak kearahku. Dan tiba tiba wajahku diangkat oleh dua tangan yang yg lebih besar dari tanganku.

"Aku masih belum bisa mendengarnya. Coba ulangi lagi dengan suara yang lebih keras"

Wajah Len yang tepat berada didepan wajahku membuat dadaku semakin berdegup, aku bisa merasakan desah nafasnya yang hangat

"Aku suka Len" kataku dengan suara yang lebih keras.

Tapi Len sepertinya ingin mempermainkanku

"Lebih keras lagi" dan akupun langsung berteriak mengatakan hal yang sama.

Bisa kulihat orang orang yang berada disekitar tempat itu menutup telinga mereka. Len sendiri tersnyum lebar dan semakin mendekatkan wajahnya kepadaku

"Aishiteru Rin" bisiknya dan tiba tiba saja…

normal pov

"Maaf Rin! Lama menunggu ya!"

Seseorang membuyarkan lamunan Rin sambil memeluk Rin dengan erat "e,eh Len" kata Rin saat menyadari siapa yang memeluknya. Wajah Rin bersemu merah membuat sifat jahil Len timbul dan menggoda Rin dengan mencium pipinya

"Hei, hei, tidak baik bermesraan ditempat umum. Apa kalian ingin membuat setiap single iri?" suara yang dingin itu berhasil membuat Len dan Rin gelagapan.

Keduanya menatap siapa yang bebiacara tadi, seorang anak laki laki seumuran mereka dengan rambut berwarna perak dan mata yang berbeda warna

"Pi, Piko? Sejak kapan kamu ada disini?" seru Len dengan ekspresi terkejut

"Sejak tadi" jawab Piko dingin

"Kalian ingin pulangkan? Kita sama sama saja" kata Piko ditengah tengah permainannya.

Dengan berat hati Len mengiyakan ajakan sahabatnya itu.

Len pov

Cih, kenapa Piko juga ikut sih? Padahal aku berencana mengajak Rin kencan sebelum pulang kerumah membosankan itu. Eh, apa kamu tahu kalau aku tinggal diasrama sekolah? Sekarang kamu tahu. Alasan aku pergi dari rumah adalah karena orangtuaku. Ayahku sangat depresi karena dipecat dari pekerjaanya. Sehingga dia berubah menjadi pemabuk yang Ringan tangan. Sedangkan ibuku, terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan hanya pulang 2 kali dalam setahun. Karena itulah aku merasa muak dan keluar dari rumah. Bersama Piko aku tinggal diasrama. Sedangkan Rin,karena kami tidak bersekolah disekolah yang sama dan karena sekolahnya tidak memiliki asrama. Dia tetap tinggal dirumah.

"Baiklah, sampai jumpa" ucapan Piko membuyarkan lamunanku.

Aku baru sadar kalau kami sudah tepat berada didepan rumah. Ternyata aku melamun cukup lama juga ya?


Rin pov

Begitu pintu rumah kubuka seisi rumah sudah berantakan. Tidak salah lagi, pasti ini ulah ayah. Aku hanya bisa menarik nafas panjang

"Maaf ya Len" ucapku lirih.

Tiba tiba aku merasakan ada sesuatu yang membelai kepalaku. Ku menoleh, kulihat Len dengan senyum lembutnya

"Nanti kita bersihkan bersama". Jujur, aku merasa lebih tenang sat Len ada disini.

Setelah bebrapa lama kami membereskan rumah yang seperti kapal pecah itu kami kemudian duduk diatas sofa.

"Hei Len. Kalau seandainya orang orang tau kalau kita berpacaran bagaimana?" tanyaku dengan lirih.

Sudah setahun kami menjalani hubungan ini dan aku baru menanyakannya sekarang? Bodoh sekali.

Len tidak menjawab, sebagai balasannya dia membelai kepalaku. Membuatku seperti orang bodoh yang menanyakan hal itu.

"Aku tidak peduli bagaimana reaksi mereka. Karena bersama Rin saja sudah cukup bagiku" jawab Len akhirnya.

Sekarang dadaku semakin berdegup kencang. Aku memandangi mata Len yang berwarna biru saphire, sama dengan mataku. Len juga mentapku dalam dalam. Tanpa kusadari wajah kami semakin lama semakin mendekat kemudian...

"BRAK!"

Suara pintu yang dibanting dengan keras mengejutkan kami berdua. Segera kualihkan wajahku kearah pintu dan segera berlari. Pasti itu ayah.

Normal pov

"Selamat datang ayah" ucap Rin dia membawa segelas air putih yang lalu disodorkannya pada ayahnya.

Ayah Rin, Rinto, mengambil gelas itu dengan kasar dan meminumnya.

Sedangkan Rin hanya terpaku melihat Rinto seperti orang mabuk. Sepertinya dia memang mabuk.

"Kenapa kamu diam disini! Cepat ambilkan aku makanan!" kata Rinto lalu melempar gelas yang dipegangnya hingga pecah

"Ba, baik" jawab Rin lalu segera pergi kedapur.

Rinto mengalihkan pandangannya ke ruang tamu. Disan telah berdiri Len dengan wajah menakutkan

"Ternyata kamu pulang juga, anak sialan" Len tidak bergeming dari tempatnya berdiri.

Tangannya mengepal dengan kuat

"Apa kamu masih pantas kupanggil ayah? Kamu lebih mirip seonggok sampah, Rinto!" kata Len dengan emosi meledak ledak.

Tampak jelas dia sangat membenci ayahnya. Amarah Rinto memuncak, ditinjunya Len hingga terjatuh

"Aku juga tidak pernah ingin menjadi ayah kalian! Kembar sialan! Brengsekk!" kata Rinto dengan terus memukul Len.

Len tidak tinggal diam, ditangkisnya pukulan Rinto dan berbalik menghajarnya.

"PRANK!"

Suara pecah kaca menghentikan mereka berdua. Rin, berdiri disamping mereka sambil menutup mulutnya. Dibawahnya kaca telah berserakan. Sepertinya makanan yang dibawa Rin terjatuh dan piRingnya pecah.

"Ma, maaf. Maafkan aku ayah" kata Rin lirih. Len segera berdiri dan menggenggam tangan Rin

"Ayo kita pergi, Rin. Aku tidak tahan jika harus berdekatan dengan iblis itu" kata Len sambil menarik Rin keluar rumah.

Masih terdengar suara Rinto yang menyumpah nyumpah pada sepasang kembar itu.