Hehehe… halo semuanya! Aku kembali lagi dengan pairing SasuSaku, karena mereka memang pairing favoritku (maaf yang anti SasuSaku). Semoga kalian suka dengan ceritanya, maaf kalo jelek soalnya aku emang ga berbakat menulis sih. Hehehe…
I think I love you
SasuSaku
Rated: T
Summary: Haruno Sakura, seorang wanita single berusia 20 tahun yang mempunyai cita-cita sebagai penulis novel tiba-tiba mendapat wasiat dari kakeknya soal pernikahan. Siapakah lelaki yang dipilih sang kakek untuk Sakura?
Genre: Romance/Drama
Disclaimer: Masashi Kishimoto
WARNING: TYPO, OOC, JELEK, EYD KACAU, ABAL-ABAL
DON'T LIKE DON'T FLAME!
Chapter 1: Wasiat Dari Kakek Haruno
Sore ini sangat dingin dengan hujan yang lumayan deras tiada henti mengguyur Konoha City. Jalanan terlihat tampak sepi hanya sebagian orang-orang yang ada keperluan khusus keluar rumah sementara beberapa orang lebih memilih berada dirumah. Biasanya mereka yang menghabiskan waktu yang senggang seperti ini dirumah dengan ditemani oleh teh hangat dan beberapa cemilan yang pas untuk hari yang dingin seperti itu. Tidak seperti gadis—maksudku wanita berumur 20 tahun bernama Haruno Sakura, masih single alias belum punya pacar sedang berkutat di depan laptop pink kesayangannya di kamar pink nya juga. Dilihat dari gerak-geriknya, pasti semua orang tahu dia bukan sedang bermain game atau membuka internet dan membuka akun facebook atau twitter. Dia sedang menulis cerita di Microsoft Word di laptop nya itu. Bisa dibilang dia mempunyai cita-cita menjadi penulis novel terkenal. Dia senang menulis cerpen dari kecil, sekarang dia mencoba menulis novel dengan genre romance atau bisa dibilang seperti novel remaja.
Yah, tapi sungguh keterlaluan bukan kalau sedari tadi pagi kerjaannya hanya menulis novelnya saja sampai-sampai sarapan yang ada di dekatnya saja tidak disentuh. Ponselnya yang sedari tadi berbunyi menandakan ada pesan penting di hiraukannya saja kecuali ada panggilan penting. Kalau begini kita bisa tahu penyebab seorang Haruno Sakura belum memiliki pacar sekalipun karena waktunya habis untuk novelnya yang *menurutnya* masih bab 24 ketimbang mencari lelaki yang pantas menjadi pendamping hidupnya padahal usianya sudah menginjak 20 tahun. Hal itu tentu saja membuat keluarganya sangat khawatir—mereka sudah berusaha membujuk Sakura untuk segera mencari suami tapi Sakura sangat keras kepala, dia bilang lelaki itu bisa kapan saja tapi novelnya sangat penting untuk hidupnya karena uangnya bisa ia gunakan lumayan untuk membayar kuliahnya jadi dia tidak menyusahkan orang tuanya. Hei, walaupun Sakura keras kepala tapi ia tetaplah anak yang tidak mau menyusahkan orang tuanya. Sakura jugalah seorang wanita berambut merah yang sangat cantik. Kulitnya yang berwarna putih langsat dan lesung pipi nya muncul saat dia tersenyum, senyumannya manis, tinggi dan berat badannya yang ideal, ia selalu mendapat nilai baik di kampusnya, lumayan popular, perfect lah pokoknya untuk kategori para cowok dan Sakura, err—anaknya baik, periang dan ceria. Tentu saja tidak heran kalau dia adalah perempuan yang selalu mendapat kartu valentine terbanyak di kampusnya kalau hari valentine jadi bisa dibilang ia tidak akan sulit mencari suami yang pantas untuknya.
Pokoknya hari ini Sakura ingin menyelesaikan beberapa bab untuk novelnya mumpung hari ini tugas kuliahnya tidak ada. Nah, kalau sudah selesai menyelesaikan beberapa bab yang belum kelar-kelar juga dari tadi dan hujannya juga sudah reda, ia berencana untuk menjenguk kakeknya yang sedang sakit-sakitan sekalian ingin juga memberikan kue tar buatannya. Oya, aku hampir lupa kalau Sakura tinggal di apartement milik ayahnya, ia ingin hidup mandiri dan memang ayahnya yang juga menyuruhnya soalnya kakek Sakura tinggal dirumah mereka jadi rumah agak sempit kalau mereka semua berkumpul disitu.
DRRT… DRRT… DRRT…
Ponsel jenis Android milik Sakura berbunyi, kali ini khusus panggilan masuk. Sakura meraih ponselnya dan mengangkat panggilan yang ternyata dari ibunya.
"Moshi-moshi, Kaa-san! Ada apa Kaa-san meneleponku?" tanya Sakura.
Sakura mengaktifkan fitur speakerphone nya lalu menaruhnya di samping laptop. Dia tetap melanjutkan pekerjaannya lagi. Dari seberang sana, sang ibu menjawab, "Sakura, bisa kamu ke rumah sebentar. Kakekmu mau berbicara sesuatu padamu. Ini penting!"
Sakura dengan cepat menjawab, "Tadinya aku juga berpikir mau kesana kalau hujan sudah reda tapi sepertinya bukannya makin reda malah makin menjadi-jadi. Kalau penting, langsung saja panggil kakek, sini biar aku bicara padanya!"
"Tidak bisa, Sakura! Kakekmu ingin langsung bertemu padamu. Oh ayolah, kau sudah lama tidak pulang. Kedua adikmu juga sudah rindu padamu!"
Sakura menghela nafasnya. Inilah kesamaan antara dirinya dan sang ibu, sama-sama keras kepala. "Baiklah aku akan kesana sebentar lagi!"
Lalu dia mematikan panggilan dari ibunya itu. Dia menyimpan ceritanya ke file di My Document dan flashdisk nya. Mematikan laptop nya dan segera bergegas merapikan diri untuk pulang ke rumah tercinta.
Sakura mengenakan kaus berwarna pinknya dan ditutup oleh jaketnya yang agak tebal lalu menggunkan celana jeans panjangnya. Ia memotong beberapa potongan kue tar buatannya dan dimasukan ke kotak makanan yang berwarna pink juga lalu ia masukan dalam tas nya yang berwarna pink. Hebat bukan semua barangnya berwarna pink karena pink itu adalah warna kesukaannya. Ia menutup pintu apartement dan menguncinya. Cuaca sangat dingin, jalanan terlihat sepi. Sakura membuka tasnya dan mengambil payungnya dan memakainya. Ia berjalan mencari halte bus agar ia bisa naik bus menuju rumahnya lumayan harganya daripada dia naik taksi. Di halte itu ia menyipitkan matanya saat melihat seorang lelaki yang berwajah err—bisa dibilang tampan dan berambut seperti pantat ayam berwarna biru tua yang sepertinya sebaya dengannya sedang duduk di bangku halte sambil memakai headset nya dan membaca sebuah koran baru yang dijual oleh pedagang-pedagang yang biasanya lewat di halte ini. Seandainya bangku panjang halte itu tidak penuh, Sakura memilih untuk duduk tapi masalahnya orang-orang duduk disitu entah untuk berteduh atau menunggu bus sama seperti dirinya jadi dia berdiri menunggu datangnya bus.
"Ah, bus nya lama sekali sih!" gerutunya, ia sudah tidak tahan berdiri lama-lama sambil menunggu datangnya bus tujuan kearah rumahnya.
"Memang. Kalau hujan deras seperti ini, bus yang biasanya lewat jadi lama mungkin jalanan licin jadi mereka harus berhati-hati." timpal seorang ibu berambut panjang yang sepertinya juga sedang menunggu bus datang—dia terlihat mirip dengan seorang lelaki yang tampan yang berambut pantat ayam itu yang duduk disamping sang ibu.
"Memangnya ibu mau kemana?" tanya Sakura, segera duduk disamping sang ibu saat melihat ada bangku yang tidak di duduki lagi.
"Kami mau pulang ke rumah." jawab sang Ibu, "kalau kau?"
"Mau ke rumah orangtua." jawab Sakura, "memangnya ibu sama siapa pergi?"
"Kamu sudah menikah?" tanya sang ibu itu, heran.
"Oh tidak. Aku belum menikah. Aku tinggal di apartement jadi aku pulang ke rumah orangtua ku. Hmm.. ibu memang tidak dijemput anak ibu sampai sendirian pulangnya? Harusnya dia menjemput ibu apalagi saat hujan begini. Apa dia tidak peduli pada ibu sampai tidak mau menjemput ibu? Anak macam apa dia? Kalau aku jadi ibu, aku akan membentak dia. Dasar tidak tahu diri sama ibunya sendiri seperti itu!" kata Sakura, panjang lebar. Sakura memang polos hingga ia tidak sadar kalau orang yang ada disamping ibu itu sudah menatapnya dengan tatapan tidak suka. Sakura mendengus kesal saat melihat orang di samping ibu itu marah-marah tidak jelas padanya.
"Ini anak ku!" tunjuk sang Ibu pada orang yang barusan memberi tatapan tajam dan menyeramkan padanya. Sakura tersontak kaget, "Apa?"
"Hehehe… iya dia memang pendiam. Namanya Uchiha Sasuke. Usianya baru 21 tahun, dia kuliah di Konoha University sekaligus calon pemilik perusahaan Uchiha Corp." jelas sang ibu, "—dan namaku Uchiha Mikoto. Maaf mengagetkan mu ya.."
Sakura menelan ludahnya. Pasalnya keluarga 'Uchiha' itukan keluarga paling ternama di Konoha City bahkan diakui di dunia juga. Bisnisnya yang besar-besaran dan mempunyai cabang dimana-mana. Bahkan sekalinya Namikaze Corp juga terkenal masih saja tekuk lutut terhadap Uchiha Corp dan Uchiha Sasuke adalah anak dari pebisnis terkenal, Uchiha Fugaku dan dokter terkenal, Uchiha Mikoto. Jadi apalah dirinya sendiri disini, "tapi kenapa anda tidak naik mobil saja? Ke-kenapa malah menunggu bus?"
"Itulah masalahnya. Mobil Sasuke masuk bengkel karena rusak. Sopir kami juga sedang mengantarkan ayah Sasuke ke bandara. Jadi mau tidak mau kami pulang naik bus tapi sepertinya Sasuke maunya naik taksi. Nah, kami menunggu disini dulu sampai hujan reda yah walau tadi Sasuke sempat tersiksa oleh beberapa orang-orang yang menunggu hujan reda juga disini apalagi perempuan-perempuan genit. Untungnya aku sudah menjodohkan dia dengan seseorang jadi kalau mereka sudah menikah, perempuan-perempuan genit tidak akan mengganggu Sasuke lagi. Benar tidak?"
"I-iya, benar!"
TIN…TIN…TIN…
Bus yang ditunggu-tunggu Sakura datang. Dia berpamitan dengan Mikoto tadi dan berlari masuk kedalam bus. Mikoto hanya tersenyum saat Sakura melambaikan tangannya pada dirinya.
"Sasuke?" panggil sang ibu.
"Hn."
"Sepertinya dia Haruno Sakura, orang yang kakekmu jodohkan padamu. Lihat ini fotonya!" seru Mikoto, sambil menyerahkan selembar foto anak kecil berambut warna merah muda yang berumur sekitar 5 tahun pada Sasuke.
Sasuke memerhatikannya dengan seksama, "Hn."
"Apa kau menyukainya?" tanya Mikoto, memastikan.
Tiba-tiba taksi yang sudah ditunggu Sasuke dan ibunya datang. Mereka masuk dalam taksi dan diam dalam perjalanan.
'Aku tidak tahu, Kaa-san!' batin Sasuke dalam hati.
.
.
.
"Tadaima!" teriak Sakura dari luar rumah sambil membuka sepatunya dan masuk kedalam rumah.
"Okaeri, Sakura!" sahut seseorang dari dalam rumah, siapa lagi kalau bukan ibunya.
Sakura segera memberikan kotak makanannya pada ibunya. Ibunya pergi menuju dapur dan Sakura segera menuju ke kamar kakeknya yang sedang menonton TV.
"Ada apa kakek memanggilku untuk pulang ke rumah?" tanya Sakura, malas.
"Nanti makan malam, kita berkumpul diruang makan. Ada yang hendak aku sampaikan pada kalian semua." Jawab kakek Sakura, Danzo.
Sakura menghela nafasnya panjang. Untung Sakura membawa flashdisk nya, jadi dia bisa memakai komputer dirumah nya untuk melanjutkan novelnya sambil menunggu ibunya menghidangkan makan malam nanti. Tapi hatinya masih tidak tenang karena kakeknya akan memberitahu dirinya sesuatu, apa itu? Dia tidak tahu. Konsentrasinya buyar, dia takut kalau kakeknya akan mengatakan sesuatu yang membuatnya akan tersiksa. Ia berharap semoga Tuhan membatalkan niatan sang kakek untuk mengatakan sesuatu yang membuatnya tersiksa atau membuat sang kakek mengatakan hal gembira saja.
Apa yang akan kakek katakan, ya? Jangan bilang soal diriku yang belum mendapatkan pacar sekalipun. Aku muak~ batin Sakura dalam hatinya.
*SKIP TIME*
Malam ini Konoha City masih tetap diguyur hujan yang deras. Sakura jengkel karena ini artinya dia tidak bisa pulang ke apartementnya sampai hujan reda atau bisa saja dia menginap dirumahnya untuk hari ini. Apalagi yang ia jengkelkan nanti kakek akan mengatakan sesuatu yang menurut Sakura itu terdengar seperti surat wasiat kakek untuknya.
Hari ini hidangan makan malam yang bisa dihidangkan hanya nasi goreng buatan sang Kaa-san, yah walaupun tidak cocok rasanya dimakan dimalam hari tapi mereka makan saja daripada mati kelaparan di tengah cuaca buruk seperti ini.
"Jadi apa yang akan kakek katakan pada kami?" tanya Sakura, memandang malas makanannya. Nah, ini dia waktu yang ia tunggu-tunggu dari tadi.
"Hmm.. habiskan makanan di piring mu dulu Sakura baru kita akan bicarakan!" seru Ayah Sakura, Haruno Rin.
"Tau tuh kak Sakura, makanannya dihabiskan dulu baru nanti ngomongnya! Ga tau apa ya kalo makanannya dibuang-buang nanti dosa loh…" sahut Kyu, adik Sakura.
Sakura menatap adiknya dengan tatapan tajam dan dibalas tatapan takut oleh adiknya. Ah memang Sakura bisa sangat kejam pada adiknya sendiri, "Tidak bisa begitu! Tadi kakek kan sudah berjanji dan janji harus ditepati!"
Danzo menyelesaikan makannya dan mengelap mulutnya dengan tisu. Dia melipat kedua tangannya dengan posisi menahan dagunya. Dia memulai pembicaraan, "Jadi kau sudah kepingin tahu ya, Sakura?"
Sakura menganggukan kepalanya walau hatinya masih belum siap mendengar apa yang akan dikatakan sang kakek. Semoga saja itu berita gembira!
"Baik. Jadi Sakura, kami tahu umurmu sudah 20 tahun dan umurmu itu sudah bisa menikah masalahnya kau sama sekali belum memiliki seorang lelakipun. Jadi…". Kakek Danzo menghela nafasnya. Ia memandang Sakura gemetaran dengan kelanjutan kalimat sang Kakek. Sepertinya Sakura sudah mengetahui apa yang akan dikatakan sang Kakek.
Ah~ tuh benar bukan, masalah laki-laki lagi! Aku benci ini! Batin Sakura. Dia memang benci kalau keluarganya mempermasalahkan soal cinta sejatinya. Hal seperti itu sangat tidak penting untuk Sakura, seolah tidak ada pembicaraan yang lebih penting lainnya. Tolong deh jangan membuat Sakura emosi dengan hal beginian! Sakura mengambil gelas berisi air minumnya, rasanya dia menjadi haus.
"…Kami mau menjodohkanmu!" lanjut Kakek Danzo, tanpa menunjukan tampang innocent nya.
Sakura kaget setengah mati sambil menyemburkan air minumnya, "APA?"
TBC
Maaf yah kurang panjang soalnya aku lagi ga konsen nih nulisnya. Aku sih berharap semoga banyak yang review, please… R-E-V-I-E-W, tapi jangan flame ya! Aku butuh saran dan kritik aja karena aku baru disini, tapi kalo flame, tolong kata-katanya jangan menyakitkan hati. Kita damai aja ya! :D
Akhir kata, REVIEW please :)
