Watashitachi
Disclaimer : Naruto is Masashi Kishimoto work
Mereka cukup sering bertemu. Pria itu dengan sepeda hitam-orangenya akan datang ke taman pada jam-jam makan siang. Pakaiannya selalu tampak lusuh termakan usia. Kaki-kaki jenjangnya tertutupi celana jins belel dan ankle boots coklat yang kotor oleh lumpur. Rambutnya yang kuning terang acak-acakan dan lengket oleh keringat.
Si gadis sendiri selalu membawa buku sketsa. Tubuhnya yang subur selalu mengenakan jaket pink sakura dan rok sepanjang mata kaki berwarna pastel. Kadang, ia akan melihat gadis itu dengan celana bahan berwarna gelap yang memperlihatkan kaki jenjang si gadis.
Mereka selalu bertemu di taman. Pria itu akan duduk-duduk dengan minuman dari botol yang dibawanya sembari mengusap keringat. Gadis itu menyimpulkan pria itu sedang beristirahat. Entah dari kegiatan apa sampai-sampai kaos dibalik jaketnya basah oleh keringat. Ia tidak ingin berspekulasi.
Mereka selalu duduk di bangku yang sama. Bangku itu berada dibawah pohon lebat yang teduh dan udara mengalir dengan baik disekitarnya. Pria itu selalu melihat gadis itu menggambar dengan pensil arangnya sembari menatap taman dari bangku tempat mereka duduk. Gadis itu akan tersenyum sesekali melihat anak-anak bermain di sekitar mereka.
Mereka selalu terdiam. Pria itu, walau sudah sebulan lebih melihat si gadis yang selalu berbagi tempat duduk dengannya, tak pernah bertukar sapa. Hanya anggukan kepala ketika gadis itu mendapati keberadaannya. Sangat jarang si pria datang lebih dulu dari si gadis. Kelaupun itu terjadi, si gadis akan tersenyum padanya sebagai sapaan ramah.
Mereka duduk berjam-jam. Kadang si pria hanya duduk selang beberapa menit sebelum meninggalkan si gadis dengan anggukan sopan dan berjalan menuju tempat sepedanya terparkir. Kadang ia duduk lebih lama dari si gadis hingga matahari terbenam, menikmati suasanya taman dan alunan musik dari headsetnya.
Mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Gadis itu akan mulai menggambar begitu ia duduk di bangku. Kadang si pria mendapati gadis itu berhenti untuk menikmati makan siangnya. Kadang gadis itu berhenti menggambar. Gadis itu kemudian sibuk dengan buku, ponsel, pemandangan, bahkan musik dari earset putihnya sebelum kembali menggambar.
Mereka tampak berbeda. Gadis itu dengan tampilan sederhana, rapi, dan bersihnya. Gadis itu tampak selalu bersemangat, tanpa lelah, menggambar dengan buku sketnya. Si pria tampak kasar dengan pakaian tua dan kotornya. Pria yang tampak selalu kelelahan ketika mencapai taman.
Mereka saling menyadari. Tak pernah gadis itu tidak menangguk atau tersenyum ketika ia datang maupun pergi. Si pria pun akan selalu mengangguk pada gadis di sampingnya. Mereka diam, tak saling bicara, tapi tahu bahwa setiap harinya, teman berbagi bangku mereka akan muncul. Si gadis dengan buku sketnya dan si pria dengan wajah lelahnya.
Mereka terbiasa dengan keberadaan satu sama tanpa sadar, mereka saling mengerti tanpa perlu berkata.
Entah apa yang merasuki saya ketika menulis cerita ini. Well, yang pasti cerita ini akan sangat membosankan dan... plotless.
Sorry about typo's. Hope ya all like it. And RnR, please.
salam,
Hiruma Enma 01.
