Tittle : Skull
Chap : 1
Main Cast : Do Kyungsoo
Other Cast and pairing : Find it by your self
Perkenalkan, namaku Do Kyungsoo, usiaku 17 tahun dan hidup bersama ayahku yang merupakan seorang pendeta fanatik. Aku hanya pemuda biasa, well tidak terlalu biasa mungkin.. karena aku memiliki sebuah rahasia kecil..
.
.
Pemuda yang memiliki garis lembut pada wajahnya itu tengah memandang datar ke arah jalanan yang ditembus mobilnya dengan kecepatan tinggi. Speedometer menunjukan angka 100km/jam, bukan kecepatan normal untuk jalanan kecil lengang dengan rentetan pohon pinus menjulang di kanan kirinya. Hari menjelang petang dan siluet hutan pinus terlihat semakin gelap dan menyeramkan.
Pemuda manis itu mendengus, hampir 2 jam ia berada di dalam mobil, namun ayahnya yang berada di bangku pengemudi sama sekali tak mengeluarkan suara apapun. Bahkan suara nafasnya pun tak terdengar karena tertutupi deru halus dari mesin mobil. Merasa bosan dan terabaikan, akhirnya ia memilih untuk membuka kaca jendela mobil agar dapat lebih jelas melihat pemandangan di luar mobil. Seketika angin musim gugur menyambutnya, meniupkan helai demi helai poni hitam eboni pemuda manis itu. Bibirnya yang menyerupai bentuk hati mengulas sebuah senyuman saat kulit wajahnya terasa sedikit dingin terkena hembusan angin.
"Kau bisa masuk angin, tutup kembali jendelanya Do Kyungsoo" akhirnya sosok dibangku pengemudi itu bersuara. Terdengar dingin, bahkan Kyungsoo, pemuda manis itu bersumpah kalau ucapan ayahnya terasa lebih dingin daripada angin yang masih membelai wajah mulusnya. Ayahnya membencinya, hanya itu yang terlintas dipikiran Kyungsoo. Ia menghela nafas panjang kemudian kembali menutup jendela mobil. Suasana kembali hening dan sedikit canggung.
"Kau belum memberitahuku kemana kita akan pindah Ayah, sejauh ini aku hanya merasa kita akan ke pedalaman hutan" Kyungsoo memberanikan diri mengeluarkan suara, terdengar sedikit menyerupai sebuah protesan. Ia melirik sekilas untuk melihat ekspresi yang akan diperlihatkan wajah ayahnya.
Tak ada, sang ayah hanya menampilkan raut wajah datar dengan tetap fokus mengemudi. Kyungsoo kembali mendengus. Setidaknya ini bukan pertama kalinya ia menghiraukan Kyungsoo, pemuda itu sudah terlalu kebal.
"Masalah yang kau buat terlalu besar, kita harus pergi sejauh mungkin" ucap ayah Kyungsoo secara tiba tiba. Kyungsoo hanya menunduk, sambil memainkan kedua jari telunjuknya dengan gerakan memutar. Kebiasaan pemuda cantik itu jika jantungnya berdetak lebih cepat.
"Maaf, aku tak sengaja" hanya kalimat sederhana yang terucap, sedangkan gerakan jemari Kyungsoo semakin cepat karena rasa bersalah yang mulai muncul.
"Berulang kali kukatakan agar kau lebih waspada dan mengontrol emosimu? Kenapa kau mudah sekali terpengaruh ucapan orang lain?" Kali ini Kyungsoo dapat menangkap amarah dalam ucapan yang dilontarkan ayahnya.
"Aku benar benar tak sengaja Ayah, mereka menjelek-jelekkan Ibu. Dan itu membuatku sedikit kehilangan kendali.."
"10 orang dengan luka yang berbeda beda. Mereka sekarat hanya dalam hitungan detik. Jesus christ, Do Kyungsoo, kau pikir kau reinkarnasi Jack The Ripper? Aku bahkan masih merasa berdosa setelah berdoa meminta ampun semalaman penuh karena ulahmu!" Sang ayah kini mencengkram stir kemudi dengan kencang hingga buku buku tangannya memutih.
"Maaf.." Lirih Kyungsoo hampir tak terdengar.
Menit demi menit berlalu dan mereka hanya larut dalam diam. Setelah lama hanya saling menahan nafas, akhirnya amarah Tuan Do mereda. Genggamannya pada ban setir merenggang dan warna merah pada wajahnya sedikit memudar. Lelaki paruh baya itu menghela nafas panjang dan berat. "Berjanjilah padaku.." Ucapnya dengan perlahan.
Kyungsoo mendongak, mata bulat penuhnya menatap lurus ke arah wajah sang ayah yang masih memandang jalanan di depan. Terlalu enggan menatap wajah anak yang 'ditakutinya'.
"Berjanjilah kau akan lebih berusaha untuk menghentikan kekuatan busukmu" lanjut sang ayah membuat dada Kyungsoo terasa perih seperti tertusuk sebuah bilah tajam tak terlihat hingga membuat pandangannya sedikit mengabur. Pemuda manis itu memalingkan wajahnya, tak mau sang ayah melihat airmata sial yang mulai turun membasahi pipi mulusnya.
. . .
Saat hari menjelang malam, Kyungsoo dan ayahnya tiba di sebuah kota kecil di pesisir pantai Laut Selatan. Setelah melewati puluhan kilometer jalanan yang membelah hutan pinus, ternyata membawa mereka ke sebuah kota kecil yang terpencil. Kota kecil di pesisir pantai itu terisi dengan deretan rumah hampir serupa yang tersusun rapi dengan jarak yang teratur, menghilangkan kesan padat dan ramai. Setiap rumah tak memiliki pagar kayu hanya dibatasi oleh semak belukar yang dibentuk rapi. Penerangan secukupnya membuat kesan hangat dari masing masing rumah, mereka tak memasang lampu terang, hanya lampu hias bulat dengan sinar kuning, juga beberapa lampu hias kecil berwarna warni yang dipasang di sekeliling plafon teras.
Mobil Kyungsoo berhenti tepat disebuah rumah yang diapit 2 rumah di kanan kirinya. Sedangkan bagian belakang dan depan rumah hanya lahan kosong dengan sebuah pohon maple yang menghiasi sudut lahan depan. Bibir tebal Kyungsoo mengulas sebuah senyuman, suasana kota kecil ini benar benar sesuai dengan kriterianya. Minimalis dan terkesan hangat, untuk pemikiran yang terakhir Kyungsoo sedikit sangsi karena ia belum mengenal siapapun di kota ini. Pemuda bermata bulat itu mengeluarkan beberapa koper dan dus dari bagasi mobil. Tak banyak barang yang ia dan ayahnya bawa karena mereka tergesa gesa meninggalkan tempat tinggal mereka yang lama akibat 'insiden' yang Kyungsoo buat. Ayahnya berjanji, akan membawa sisa barang mereka jika keadaan sudah aman.
"Pendeta Do, akhirnya anda sampai" suara seorang pria paruh baya yang mungkin seusia dengan ayah Kyungsoo menyambut kedatangan mereka. Kyungsoo melirik sekilas ke arah ahjussi yang menyambutnya itu. Dibelakangnya mengekor seorang pemuda tampan dengan rambut berwarna warni terang seperti pelangi, mata bulat Kyungsoo membelalak. Ternyata di kota kecil ini, budaya barat sudah lumayan mendominasi, lihat saja warna rambut pemuda itu. Sudah seperti rambut anggota komunitas punk.
"Pendeta Oh. Maaf lama menunggu. Perjalanan sangat panjang, padahal aku sudah berusaha mengebut" ayah Kyungsoo menjawab salam dari Tuan Oh yang ternyata juga seorang pendeta.
"Tak apa. Aku cukup khawatir saat ketua gereja memberitahuku masalah yang kau hadapi.." pendeta Oh melirik ke arah Kyungsoo yang tengah menggendong sebuah dus besar. Kyungsoo merasa tak nyaman dengan tatapan pendeta Oh, apalagi sang ayah dan pemuda berambut pelangi itu juga ikut ikutan menatapnya tajam.
"Pendeta Oh, kumohon hanya agar kau dan ketua gereja saja yang tau soal itu" kini giliran ayah Kyungsoo yang menatap horor pemuda rambut pelangi dibelakang pendeta Oh. Pemuda tampan itu berdehem, kemudian tersenyum sambil menatap ke arah pendeta Oh.
"Ah, aku sampai lupa memperkenalkan putraku. Dia Oh Sehun. Dan kau tak perlu khawatir, anakku juga sering menghadapi hal hal yang aneh, kujamin rahasia mu tak akan bocor. Dia juga sudah kutugaskan untuk menjaga Kyungsoo di sekolah barunya nanti" jelas pendeta Oh dengan panjang lebar.
Ayah Kyungsoo terlihat ragu, namun tak lama ia menjulurkan tangannya yang langsung disambut oleh tangan pemuda bernama Sehun itu.
"Senang berkenalan denganmu Sehun sshi. Mohon bantu Kyungsoo di sekolah barunya"
"Tentu saja Tuan Do. Aku akan menjaga Kyungsoo dengan baik, dan kujamin ia akan terhindar dari masalah" jawab Sehun dengan senyum yang terkembang di bibir tipisnya.
Kyungsoo memutar bola matanya jengah. Ia merasa seperti anak gadis yang dititipkan ayahnya pada seorang calon menantu, dan itu sedikit mengusik pikirannya. "Dan Kyungsoo sshi, senang berkenalan denganmu.." Kini Sehun mengulurkan tangannya ke hadapan Kyungsoo. Pemuda manis itu tertegun, lama ia menatap uluran tangan Sehun sebelum akhirnya menyambut tangan yang terasa dingin itu. "Bangapta.." Jawab Kyungsoo sekenanya.
. . .
Kyungsoo tengah mengikat tali sepatu di tangga teras rumah saat Oh Sehun melintas dihadapannya. Pemuda eye catchy itu berhenti tepat di depan Kyungsoo, membuat Kyungsoo mendongak lama untuk melihat ke arah wajah Sehun. Dia terlalu tinggi.
"Hai, kau sudah siap?" Tanya pemuda berambut pelangi itu. Ada yang berbeda dengan Sehun, rambutnya yang semalam Kyungsoo lihat sangat berantakan, sudah sedikit rapi dengan sedikit olesan gel di pinggirannya. Wajah Sehun kini terlihat lebih muda karena memakai seragam yang sama dengan yang Kyungsoo gunakan.
"Hai Sehun, kau mau berangkat bersamaku?" Jawab Kyungsoo dengan setengah hati.
"Tentu saja, aku sudah mendapat pesan dari ayahku untuk slalu menjagamu.."
"Tapi kau buka baby sitterku.." Ujar Kyungsoo kembali kemudian bangkit dari duduknya dan menepuk nepuk pelan celana seragamnya.
"Kau bawel sekali, ayo berangkat sebelum terlambat" Sehun menarik pelan tangan mungil Kyungsoo dan menyematkan jari jari tangannya yang panjang di antara jari mungil Kyungsoo. Perlakuan Sehun itu membuat kedua alis Kyungsoo bertautan.
Saat mereka masih berjalan dengan bergenggaman tangan, seorang pemuda tinggi lainnya keluar dari rumah yang berada tepat di sebelah kiri rumah Kyungsoo. Dia adalah tetangga baru kedua yang harus Kyungsoo sapa.
"Oi Park Chanyeol, mau berangkat bersama?" Teriak Sehun pada pemuda setinggi tiang listrik itu. Yang bersangkutan menoleh, kemudian tersenyum lebar. Senyumannya benar benar terlihat mengerikan, hampir semua gigi besar pemuda itu terlihat saat ia tersenyum.
"Sehun ah, tumben kau terlihat ceria? Dan siapa penguin mungil yang ada disebelahmu itu?" Tanya Chanyeol dengan santai. Kyungsoo membelalakan matanya, hingga terlihat semakin bulat membuat kedua pria tampan di hadapannya bergidik ngeri, takut bola mata Kyungsoo jatuh menggelinding.
"Penguin mungil katamu?"
"Dia Do Kyungsoo, tetangga baru kita yang menempati rumah kosong di sebelah rumahmu" jelas Sehun.
Chanyeol membulatkan mulutnya membuat gesture 'oh' kemudian tersenyum lebar kembali. Ia membungkuk untuk menyejajarkan pandangannya dengan mata Kyungsoo. Entah karena takut atau gugup, Kyungsoo mundur satu langkah ke belakang tubuh Sehun hingga separuh badannya tertutup tubuh pemuda rambut pelangi itu. Chanyeol menyipitkan matanya.
"Kyeowoooo~ kau lucu sekali sih. Rasanya aku ingin mengigit pipi tembammu" Chanyeol sangat gemas dengan makhluk mungil di hadapannya hingga tanpa sadar ia mencubit kencang pipi mulus Kyungsoo. Pemuda mungil bermata bulat itu meringis.
"Jaga sikapmu Park Chanyeol. Kau tak mau tetangga kita kabur setelah melihatmu kan? Dan, aah. Jangan menilai orang dari luarnya saja, yang imut itu justru berbahaya, hahaha" Kyungsoo menautkan kedua alisnya mendengar perkataan Sehun. Ucapan pemuda berkulit albino itu terkesan ia sudah mengetahui rahasia yang Kyungsoo dan ayahnya jaga mati matian.Ia menelan ludahnya perlahan, saat Chanyeol menanggapi ocehan Sehun dengan santai.
"Berbahaya juga tak apa. Dia imut, itu sudah cukup untukku!" Ucap Chanyeol sembari memperlihatkan rentetan giginya yang besar besar dan rapi.
Sehun memutar bola matanya malas. Ia menarik tangan Kyungsoo bermaksud melanjutkan perjalanan yang tertunda karena kehadiran Chanyeol. "Yak, jangan mengabaikanku Oh Sehun!" Teriak Chanyeol.
. . .
"Oh, kau murid baru yang bernama Do Kyungsoo itu?" Kyungsoo mengangguk pada seorang pria tampan di hadapannya. Kini ia berada di ruang guru, menemui calon wali kelasnya yang Kyungsoo ketahui bernama Choi Siwon. Kyungsoo tak memiliki pemikiran lain mengenai calon wali kelasnya itu selain bahwa pria berusia 34 tahun itu memiliki wajah dengan kadar ketampanan di atas rata rata. Ia sendiri sangsi dengan usia Siwon, bagaimana mungkin pria tampan itu sudah berusia di atas 30 tahun, sedangkan garis wajahnya mengatakan kalau ia masih berusia 20 tahunan.
"Nde.." jawab Kyungsoo pelan, dan calon wali kelasnya hanya mengulas senyuman tipis.
"Kau dari Apgujeong?" tanya Siwon kembali dengan membenarkan posisi kacamata bacanya untuk memastikan tulisan di kertas yang ia pegang.
Kyungsoo menggangguk dan menatap Siwon dengan mata bulatnya.
"Kudengar ada kecelakaan besar baru baru ini terjadi di Apgujeong. 10 siswa SMU terbaring koma karena mengalami kecelakaan serius, mereka diserang binatang buas. Entah binatang jenis apa yang bisa membuat luka seperti itu, benar benar mengerikan.." Siwon menggelengkan kepalanya sambil berdecak pelan, gesture pria tampan itu membuat pelipis Kyungsoo dipenuhi bulir bulir keringat dingin, ia mulai merasa tak nyaman. Kyungsoo tau persis bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi.
"Hei, aku baru membacanya. Kau berasal dari sekolah yang sama dengan murid murid naas itu?" Siwon menyipitkan matanya saat membaca file data milik Kyungsoo dan ia sudah sampai bagian dimana sekolah lama Kyungsoo.
"Nde, Sonsaengnim.." lagi lagi hanya kalimat singkat yang meluncur dari mulut kecil Kyungsoo. Suaranya lebih menyerupai cicitan.
"Kau tau bagaimana kecelakaan itu terjadi?" tanya Siwon antusias, dan Kyungsoo menggelengkan kepalanya.
"Aku selalu berpikir tidak mungkin itu hanya kecelakaan biasa, pasti ada sesuatu yang tak bisa dijangkau nalar manusia normal. Kau tau? Bukan aku percaya hal hal mistis, tetapi mungkin saja ini ulah pemuja iblis" kalimat yang meluncur dari mulut sonsaengnim tampan itu membuat kerutan terbentuk pada kening Kyungsoo. Omong kosong macam apa itu? Pemuja iblis? Kyungsoo merasa terpojokkan dengan sebutan itu, ia memang memiliki sebuah 'kekuatan' yang tak biasa. Tetapi bukan berarti ia bisa disebut pemuja iblis. Kyungsoo bersumpah kalau ia hanya seorang pemuda setengah biasa.
"Aku juga tidak mengerti Sonsaengnim, Aku tak terlalu mengenal mereka" Kyungsoo akhirnya berbohong karena ia sudah merasa jengah dengan pria tampan itu. Siwon menghela nafas pelan, terlihat garis kekecewaan pada wajah tampannya karena antusiasmenya mengenai pemikiran mistis tak mendapat respon yang baik dari murid barunya.
"Hmm, baiklah kalau begitu, ini name tag dan kunci lokermu. Kau sudah tau dimana letak kelasmu?" Kyungsoo menggangguk dengan tak sabaran.
"Selamat datang di sekolah kami.." ucap Siwon dengan senyuman khas disertai lesung pipi yang menghiasi kedua pipinya.
. . .
Kyungsoo berjalan pelan sepanjang lorong, ia melirik papan yang terpasang di masing masing kelas dan langkah kecilnya berhenti pada sebuah ruangan yang ada di pojok lorong dekat jendela lantai 2. Kyungsoo memejamkan matanya dan menghela nafas panjang. Jemari mungilnya meraih kenop pintu, setelah mengetuknya terlebih dahulu.
"Selamat siang.." sapa Kyungsoo pelan dan bersambut tatapan mata seluruh penghuni kelas tersebut. Penglihatannya menangkap sosok Sehun di pojok belakang yang tengah memasang senyuman lebar ke arahnya. Kyungsoo membalas dengan tersenyum kembali kepada Sehun. Ia melangkah mendekat pada seorang wanita yang tengah berdiri di depan kelas dengan memegang sebuah buku.
"Namamu?" tanya wanita itu.
"Kyungsoo. Do Kyungsoo, Sonsaengnim" jawab Kyungsoo dengan sopan dan ia membungkukkan tubuhnya.
"Baiklah Kyungsoo, aku guru pelajaran bahasa inggris disini, namaku Jun Jihyun. Kau sudah tertinggal separuh mata pelajaranku. Mungkin kau bisa mengejarnya dengan meminjam catatan teman sebangkumu" ucap wanita cantik dengan tinggi semampai itu. Kyungsoo membuat otaknya bekerja lebih lama dengan berpikir mengapa guru guru di sekolah ini memiliki paras hampir mendekati sempurna. Lihat saja Jun Sonsaengnim ini, kulitnya putih dengan garis wajah lembut. Dan jangan lupakan tingginya yang mendekati tinggi seorang foto model ditambah dress dan heels hitam yang kontras dengan kulit kakinya yang putih mulus.
"Hmm, kau bisa duduk di sebelah Oh Sehun. Pemuda itu sudah melambai lambaikan tangannya dari tadi" Jun Sonsaengnim berdecak dan menunjuk Sehun dengan dagunya. Kyungsoo kembali membungkukkan tubuhnya dan berjalan menuju bangku Sehun yang ada di baris belakang.
Pemuda mungil itu memegang tali ranselnya dengan erat, ia berjalan dengan menundukkan kepala. Kyungsoo dapat merasakan beberapa pasang mata menatapnya tajam, dan itu membuatnya enggan menoleh sedikitpun.
"Hai Cantik.." sapa Sehun.
"Aku pria, Oh Sehun" ucap Kyungsoo malas dan mengeluarkan buku catatan dari dalam ranselnya.
"Aku tau, tapi kau cantik"
Kyungsoo mendelik dan menatap Sehun jengah.
"Dan kau menarik.." lanjut Sehun.
. . .
Satu hal yang Kyungsoo benci dari menjadi seorang murid baru adalah makan siang pertamanya di kantin sekolah. Pemuda mungil itu sama sekali tak suka menjadi pusat perhatian apalagi keributan, dan tatapan seluruh siswa yang tengah makan siang itu benar benar mengusiknya. Kyungsoo menghela nafasnya pelan dan duduk di meja kosong yang ada di tengah ruangan kantin. Ia mengaduk ngaduk bibimbapnya dengan malas. Kyungsoo merasa kesepian di tengah suasana kantin yang ramai.
"Hai Cutie" Kyungsoo mendongak dan matanya membulat sempurna saat Chanyeol menarik dagu Kyungsoo dan mengecupnya bibirnya singkat. Beberapa siswa bersorak dengan aksi nekat Chanyeol, sedangkan Kyungsoo merasakan pipinya memanas.
"Chanyeol. Kau.."
"Kenapa? Kau membutuhkan ciuman lagi Cutie?" Chanyeol sudah membentangkan kedua tangannya bermaksud menarik Kyungsoo ke dalam dekapannya, namun sebuah tarikan pada kerah belakang seragam Chanyeol menginterupsinya. Membuat pemuda jangkung itu hampir terjungkal ke belakang. Ia mendengus dan langsung melayangkan protes pada seseorang yang sudah menganggunya.
"Yak, Oh Sehun!" seru Chanyeol sembari memelototkan kedua matanya. Ia ingin terlihat garang, tetapi Sehun justru menganggap wajah konyol Chanyeol seperti orang tolol.
"Sudah kubilang jangan menganggu Kyungsoo, Park Chanyeol. Dia adalah tanggung jawabku" ucap Sehun sengit, membuat Chanyeol mencibir ke arahnya. Pemuda berkulit albino itu mendorong paksa Chanyeol dan mengambil tempat duduk tepat disebelah Kyungsoo. Kyungsoo sendiri tak mengerti kenapa Sehun bersikap over protektif seperti itu. Bukan Kyungsoo yang harus Sehun khawatirkan, tetapi justru seharusnya orang orang yang berada di dekat Kyungsoo yang menjaga jarak dengannya?
"Memangnya dia kekasihmu?" protes Chanyeol. Ia duduk di depan Kyungsoo dan Sehun.
"Di masa depan mungkin.." sahut Sehun santai diiringi lemparan daun selada dari Chanyeol. Kyungsoo hampir tersedak, namun tak lama ia dapat menguasai ekspresinya kembali. Sehun benar benar sudah mengusik pikiran Kyungsoo.
Ketiga sahabat baru itu larut dalam obrolan yang sebenarnya tak Kyungsoo pahami 100%, ia hanya mencoba berbaur dan mendapat teman. Sehun dan Chanyeol tidak terlalu buruk untuk masuk dalam kategori teman menurut Kyungsoo, mereka cukup sering membuat pemuda mungil itu tersenyum. Terlepas fakta kalau mereka sering berbuat seenaknya, seperti ciuman tiba tiba dari Chanyeol tadi. Selang berapa lama, suasana kantin mendadak sepi saat beberapa murid memasuki kantin tersebut. Kyungsoo menarik diri dari Sehun dan Chanyeol untuk melihat apa yang membuat semua orang di kantin itu terdiam.
4 pemuda tampan dan seorang gadis manis masuk ke dalam kantin diikuti tatapan kagum dari murid murid yang sedang makan siang. Mereka menghentikan sejenak kegiatan mengunyah hanya untuk sekedar menatap kedatangan manusia manusia mempesona itu. Mata Kyungsoo menyipit saat salah satu dari mereka menatap Kyungsoo dengan raut wajah datar.
"Sehun ah, siapa mereka?" tanya Kyungsoo pada Sehun yang tengah mengunyah bibimbapnya, sepertinya Sehun sama sekali tak terpengaruh dengan moment kedatangan pria pria tampan itu.
Sehun mendongak dan menatap arah pandang Kyungsoo diikuti juga Chanyeol. Pemuda berambut pelangi itu langsung memajukan bibirnya saat melihat objek yang dimaksud Kyungsoo.
"Hanya kumpulan orang orang bodoh yang menyebalkan" sahut Sehun malas.
"Maksudmu?" tanya Kyungsoo dengan kening berkerut.
"Kau pernah mendengar istilah flower boy? Mereka itu representative dari konsep itu. Aku sebenarnya muak dengan istilah itu. Tapi memang harus diakui murid dengan kekayaan melimpah atau memiliki garis keturunan bangsawan selalu mendapat predikat murid popular dengan cepat. Kau lihat pemuda sok tampan yang wajahnya agak kebarat baratan itu?" Sehun menunjuk seorang pemuda yang Kyungsoo kira memiliki kadar ketampanan lebih banyak dibanding teman temannya.
"Dia adalah Kris, anak dari walikota disini. Sangat datar dan tak pernah berbicara dengan orang yang tak ia kenal lebih dari 5 menit.." Kyungsoo kembali mengerutkan keningnya, jika benar yang Sehun katakan maka Kyungsoo tak akan heran jika Sehun mencap mereka menyebalkan.
"Lalu, pria dengan eyeliner tebal itu namanya Byun Baekhyun. Dia atlet hapkido dan menjadi atlet kebanggaan sekolah. Tapi bukan hanya itu saja yang membuatnya masuk dalam kelompok teman teman Kris. Ayahnya juga pengusaha export impor yang sukses, tak ada yang tau barang apa yang dikelola perusahaan mereka. Tapi kurasa mereka menyelundupkan narkoba" mulut Sehun bekerja ganda antara menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang diajukan Kyungsoo dan mengunyah sisa makan siangnya yang masih bersisa. Kyungsoo melirik pemuda yang Sehun sebut bernama Baekhyun, dia adalah salah satu dari mereka yang menatap Kyungsoo datar saat memasuki kantin tadi. Kyungsoo sedikit penasaran dengan sosok Baekhyun, harus Kyungsoo akui pemuda itu memiliki karisma yang tak dapat Kyungsoo tolak untuk tak menatap wajah Baekhyun lebih lekat. Dia tampan dan cantik di waktu yang bersamaan. Saat pemikiran itu meracuni Kyungsoo yang tengah menatap Baekhyun lekat, pemuda itu balas menatap ke arah Kyungsoo. Sepertinya ia menyadari ketika Kyungsoo terus menerus memperhatikannya. Kyungsoo terkejut dan menjadi salah tingkah, ia buru buru membuang muka dan menyuap kembali makan siangnya dengan gugup.
"Mereka istimewa yaa?" gumam Kyungsoo.
"Hmm, begitulah. Kris dan teman temannya memang ikon kelompok populer. Yang pasti hanya orang orang tertentu yang menjadi teman satu grup mereka. Selain Baekhyun mereka memiliki anggota dengan bakat yang bermacam macam. Seperti pria berkulit hitam di sebelah Baekhyun, dia bernama Jongin. Tak ada yang tau siapa keluarga Jongin, tapi dia tinggal bersama Kris dan selalu menempel dengan pria menyebalkan itu sepanjang waktu. Jongin hanya mendengarkan perkataan Kris, tapi menurutku dia sudah seperti pembantunya saja.." Sehun mulai terlihat malas dan menopang tangan di pipi, makanan di atas nampannya mulai menghilang bersamaan dengan cerita yang masih meluncur dari bibir tipisnya. Kyungsoo mengangguk, ia sempat memperhatikan pemuda bernama Jongin tadi. Sama seperti Kris, raut wajah Jongin pun terlihat datar. Hanya warna kulit wajah mereka saja yang membedakan keduanya.
"Lalu siapa pemuda berambut orange dan gadis cantik di sebelah Kris?"
"Xiau Luhan dan Jung Soojung" suara berat menengahi percakapan antara Sehun dan Kyungsoo. Chanyeol yang semula hanya diam, kali ini mengeluarkan suara setelah makanan siangnya habis tak bersisa. Cepat sekali mulut besar itu menguyah, bibimbap Kyungsoo bahkan masih tersisa separuh. Ia lebih memilih meminum susu kotak daripada melanjutkan menguyah.
"Mereka cantik.." gumam Kyungsoo, masih memperhatikan Kris dan teman temannya yang tengah berbincang di sebuah meja panjang. Soojung, si gadis yang menurut Kyungsoo memiliki garis wajah sempurnaitu mengibaskan rambut hitam panjangnya sambil menatap lekat ke arah Kris. Beberapa murid pria yang juga menatap mereka seperti Kyungsoo, seperti terhipnotis dengan setiap gerakan dari Soojung. Mereka menatap Soojung seperti orang bodoh.
"Kau lebih cantik!" Chanyeol dan Sehun menyahut bersamaan membuat Kyungsoo terlonjak kaget. Jantung pemuda itu hampir melompat dari tempatnya.
"Bodoh, sudah kubilang aku ini pria!" sungut Kyungsoo kesal.
"Hahaha, jangan mengelak Kyung, kau memang cantik dan menggemaskan dibanding gadis menyebalkan itu" Chanyeol sudah berdiri dan mendekatkan wajahnya ke arah Kyungsoo berusaha mencuri ciuman lagi dari pemuda berbibir tebal itu, namun lagi lagi Sehun menahan dengan menghadang wajah Chanyeol menggunakan nampan kosong. Kening pemuda tinggi itu menjadi korban karena menabrak nampan Sehun.
"Sial.." umpat Chanyeol kemudian kembali duduk.
"Luhan dan Soojung itu siapa?" Kyungso lebih memilih kembali mengajukan pertanyaan daripada melerai perkelahian konyol antara Sehun dan Chanyeol.
"Luhan anak ilmuwan dari China, jangan tanyakan IQ Luhan, ia selalu membuat guru guru disini terlihat bodoh jika sudah berargumen dengannya. Menurut temanku yang pernah bermain ke rumah si China itu, rumahnya sudah seperti laboratorium dan saat dia berkunjung salah satu pejabat korea sedang mengobrol dengan orangtua Luhan. Mungkin orangtua Luhan bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan senjata biologi baru seperti virus zombie" penjelasan panjang lebar dari Sehun membuat otak Kyungsoo terpaksa bekerja semakin keras. Entahlah, dari keempat pemuda pemuda tampan yang Sehun ceritakan mengenai kehidupan mereka, tak satu pun yang Kyungsoo pikir mendekati kata 'normal'. Mereka terlalu absurd dalam konotasi lain.
Chanyeol mencibir dan berbisik pada Kyungsoo "Otak Sehun yang bermasalah. Padahal menurutku orangtua Luhan itu pencipta mesin pembuat kopi otomatis.."
"Park Konyol.." umpat Sehun pelan.
Kyungsoo menarik nafas panjang, Sehun dan Chanyeol sama sama konyol kenapa masih harus berdebat. Benar benar tak masuk akal.
"Lalu Soojung?"
"Jung Soojung itu kekasih Kris. Mereka pasangan popular, banyak gadis yang iri dengannya karena ia berpacaran dengan pangeran sekolah. Huh, Itu membuat kepalanya semakin besar saja.." Sehun memutar bola matanya malas kemudian meneguk air di botol minumannya.
Kyungsoo kembali melirik meja tempat mereka berkumpul, ia memandang takjub manusia manusia mempesona itu bahkan saat mereka mulai berjalan keluar dari kantin. Sekali lagi, pemuda mungil itu menangkap basah Baekhyun yang tengah memandang datar ke arahnya. Buru buru Kyungsoo memalingkan wajahnya dan meneguk sisa susu kotaknya.
"Ayo, kembali ke kelas" ucapnya kepada Sehun.
. . .
Kyungsoo baru saja melewatkan kelas terakhirnya saat jam menunjukkan pukul 7 malam. Sebelumnya ia berharap jam pelajaran bisa berakhir lebih awal karena masih banyak barang barang miliknya yang belum tersusun rapi di rumah.
"Ayo pulang.." ajak Sehun seperti biasa tanpa basi basi dan langsung menggenggam jemari Kyungsoo.
"Kau duluan saja Sehun ah, aku mau ke toilet dulu"
"Aku akan mengantarmu,,"
"Kau tau?.." Kyungsoo mengambil jeda dalam kalimatnya sebelum menatap datar ke arah Sehun yang tengah tersenyum lebar kepada Kyungsoo. "Aku.. butuh.. sedikit ruang" ucapnya dengan penekanan pada setiap kosakata yang ia ucapkan.
Sehun memasang raut wajah pura pura kesal kemudian melepaskan genggaman tangannya pada Kyungsoo.
"Baiklah, aku tunggu di gerbang sekolah.."
. . .
Toilet sekolah ternyata lebih menyeramkan saat hari menjelang malam. Terletak di gedung belakang, dan sialnya penerangan kamar mandi sedang dalam gangguan. Lampunya berkedap kedip, membuat bulu kuduk Kyungsoo meremang. Ia sedikit menyesal menolak tawaran Sehun untuk menemaninya. Kyungsoo bukannya takut jika sewaktu waktu ada hantu yang menampakkan diri di depan wajahnya, ia hanya tak suka dan sedikit memiliki phobia dengan ruangan gelap karena dapat membuat dadanya terasa sesak.
"Sial, kenapa aku harus takut?" gumam Kyungsoo pelan dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
Belum sempat Kyungsoo melakukan ritual yang seharusnya ia lakukan di kamar mandi, 3 orang pemuda berpenampilan urakan masuk ke dalam kamar mandi. Mata ketiga pemuda itu melotot saat melihat sosok Kyungsoo yang tengah mencuci tangan di wastafel.
"Hei manis, ini toilet laki laki, toilet wanita ada di lorong sebelah!" salah seorang dari mereka melangkah mendekat dengan seringaian pada wajahnya dan langsung menarik lengan Kyungsoo kasar. Kening Kyungsoo berkerut saat ia mencium aroma alkohol dari mulut pemuda di depannya. Mereka mabuk?
"Maaf, tolong lepaskan. kau menyakiti lenganku" Kyungsoo berusaha melepaskan tangannya yang digenggam salah satu pemuda urakan itu. Namun 2 pemuda lain yang semula hanya mematung di pintu keluar beranjak mendekati Kyungsoo dan kawan mereka yang tengah memegang kencang lengan Kyungsoo.
"Kau murid baru disini? Rasanya aku baru melihat wajahmu" salah satu pemuda yang memegang lengan Kyungsoo memiliki tindik di hidungnya. Ia membelai wajah Kyungsoo pelan, dan seringaian kembali tercetak di wajah busuknya saat kulit tangannya bersentuhan dengan kulit wajah Kyungsoo yang mulus. Jantung Kyungsoo berpacu dengan cepat saat ia semakin terdesak ke dinding wastafel karena dihimpit ketiga pemuda urakan itu. Kyungsoo berusaha mengatur emosinya agar tak kehilangan kendali.
"Ya, aku murid baru disini. Maaf jika kalian tak keberatan, temanku sedang menungguku" Kyungsoo menundukkan wajahnya dan berusaha menerobos jalannya yang terhalang pemuda pemuda berandalan itu.
"Hei!" Kyungsoo memekik saat pemuda dengan tindik hidung itu menarik kedua lengan Kyungsoo dan membalikkan tubuh Kyungsoo. Ia menekan tubuh Kyungsoo hingga wajah Kyungsoo terdesak pada mulut wastafel. Kyungsoo meringis saat merasakan nyeri pada kedua lengannya.
"Kau mau kemana? Lebih baik bersenang senang dulu dengan kami" salah seorang dari mereka mendekatkan wajahnya pada wajah Kyungsoo. Ia berbisik pelan dengan lidah yang bermain main di area belakang telinga Kyungsoo, membuat Kyungsoo merasa jijik setengah mati.
"Lepaskan aku!" kedua tangan Kyungsoo menggeliat berusaha melepaskan diri dari genggaman erat pemuda pemuda itu.
Kyungsoo menahan nafasnya saat ia merasakan celananya dibuka paksa oleh pemuda berandalan itu. Ia merasakan panas pada wajahnya, dan pandangannya mengabur. Nafasnya mulai memburu.
"Lepaskan" ucap Kyungsoo pelan namun tak digubris oleh pemuda pemuda yang masih bersenang senang dengan berusaha melepaskan celana yang Kyungsoo kenakan.
"KUBILANG LEPASKAN AKU BRENGSEK!" Kyungsoo berteriak histeris, saat itu suara menggelegar Kyungsoo menimbulkan sebuah getaran yang membuat dinding kaca yang terpasang di depan wastafel menjadi retak dan beberapa lampu kamar mandi pecah. Penerangan menjadi terbatas karena cahaya hanya berasal dari 2 buah lampu yang tersisa di pojok kamar mandi. Pemuda pemuda berandal itu terkejut bukan main saat pintu kamar mandi mulai bergerak membuka dan menutup dengan kencang seolah digerakkan oleh tangan tak kasat mata. Mereka mulai melepaskan diri dari Kyungsoo dan bergerak mundur.
Kyungsoo bangkit dari posisi menunggingnya dan membalikkan tubuh menghadap mereka. Pemuda pemuda itu tak dapat menyembunyikan sorot ketakutan pada wajah mereka meskipun kesadaran mereka masih setengah menghilang akibat pengaruh alkohol saat melihat perubahan pada wajah Kyungsoo. Bola mata Kyungsoo naik ke atas dan mulut kecilnya mulai berdesis dan saat bola mata Kyungsoo kembali pada posisinya, mereka kembali berjengit melihat iris mata Kyungsoo yang berubah menjadi merah terang. Kyungsoo menatap tajam pemuda pemuda yang tengah ketakutan setengah mati di hadapannya.
"Dia iblis!" salah seorang dari mereka berteriak dan langsung melarikan diri keluar dari toilet. Kedua teman mereka langsung menyusul dengan lari terbirit birit. Saat mereka telah menghilang, kesadaran Kyungsoo berangsur angsur pulih dan ia mendapatkan kembali bola mata bening dengan iris hitamnya.
"Uuhh"Kyungsoo mengeluh saat merasakan sakit pada kepalanya, dan perlahan lahan tubuhnya mulai ambruk ke lantai. Nafasnya mulai melemah dan pemuda mungil itu pun jatuh pingsan. Dan ketika Kyungsoo berada di ambang batas kesadarannya, ia merasakan tubuhnya seperti melayang. Kyungsoo yakin jika ia bukan terbang, karena ia tak memiliki sayap. Hanya satu hal yang menjadi keyakinannya sebelum kesadaran Kyungsoo sepenuhnya menghilang. Seseorang tengah menggendongnya, membawanya keluar dari toilet yang mulai terasa pengap dan dingin . .
To be continued
Kenapa imajinasi gue makin aneh aja. Maaf kalo ceritanya gaje, hanya mencoba menyalurkan apa yang ada di otak daripada kepikiran akhirnya jadi migrain -_- pairingnya disini Kyungsoo x everyone yeorobunn, hahaha. Tapi kayanya lebih menjurus ke Baeksoo berhubung gue ngeship mereka parah akhir akhir ini ^_^
Last, mind to leave review? Kalau reviewnya lumayan, bolehlah dilanjut. Tapi kalo gak ada yang respon, sepertinya cukup sampai disini *pundung *peluk Baeksoo
