Author's note:

Gyaa...!!!!! Akhirnya jadi juga fic pertama saia.. *nari pake pom-pom*

Sebenarnya fic ini terinspirasi dari kisah cinta saia sendiri, tapi saia ubah jalan ceritanya menjadi happy ending, padahal sebenarnya kisah saia itu sad ending lho.. Haha.. *stress mode: ON*

Tapi yah.. Itu juga yang berhasil membuat keinginan saia membuat fic menjadi timbul..

Akhir kata, selamat membaca!

Disclaimer: Semua chara yang ada di fanfic ini adalah milik Masashi Kishimoto-sensei. Saia cuma minjem charanya aja, buat fic pertama saia!

Pairing(s): main pair SasuNaru, slight GaaNaru/NaruGaa (saia tidak tahu mana yang cocok XP), dll yang lain menyusul

Genre : Romance, dan er r- Drama maybe? Saia gak yakin *taboked* XP

Rated : T

Warnings: Shonen-Ai, Alternative Universe, Out Of Character (maybe), GaJe, terus.. Apa lagi ya? Saia rasa itu aja deh, nanti kalo ada yang lain baru saia tambahin *taboked*

See the warnings? I've told you before! DON'T LIKE IT? THEN DON'T READ IT!! It's my turn to unleash my imagination, okay..!!

Summary :

Namikaze Naruto, seorang murid SMA biasa yang sedang jatuh cinta pada seorang lelaki sahabat barunya, Sabaku no Gaara. Sementara ada seorang murid baru bernama Uchiha Sasuke yang jatuh cinta pada dirinya... Bagaimanakah kisah cinta Naruto?

=+..A Naruto Fanfiction..+=

MY LOVE STORY

by

=+..Uchiha Nata-chan..+=

ENJOY!

CHAPTER 1

Pagi hari yang cerah, burung-burung berkicau dengan riang. Terdengar sebuah teriakan yang luar biasa keras menggelegar di sebuah kediaman keluarga Namikaze.

"NARUTOOOOOOO...!!! Bangun!! Sudah jam 06.45, ayo mandi dan bersiap-siap ke sekolah!" teriak seorang wanita paruh baya berambut merah panjang di depan pintu sebuah kamar. Meski sudah cukup berumur, namun kecantikannya tetap terlihat di setiap garis wajahnya.

Siapakah yang disebutnya dengan "Naruto" ini? Oh ternyata, itu adalah nama anak satu-satunya dari keluarga Namikaze ini, Namikaze Naruto.

Sementara sang ibu masih berteriak-teriak tidak jelas di depan pintu kamarnya, Naruto masih bergelung dengan nyaman di kasurnya, sama sekali tidak menghiraukan ibunya yang sudah meneriakinya selama 15 menit.

Sang ibu yang bernama Namikaze Kushina ini sudah sampai pada titik kesabarannya yang tertinggi. Akhirnya dengan membabi buta Ia membuka pintu dengan kasar dan berteriak, "NARUTOOOOO!!! Bangun atau kusiram dengan air mendidih!!" katanya sambil membawa sebuah teko yang masih mengeluarkan uap panas, sangat mengerikan.

Ah, akhirnya berhasil. Naruto pun membuka matanya sedikit demi sedikit. Saat terlihat pemandangan yang menunjukkan wajah mengerikan ibunya yang membawa seteko air mendidih, matanya langsung terbelalak dan Ia langsung melompat dari tempat tidur, lalu berlari ke arah kamar mandi yang ada di kamarnya sambil berseru, "Ampun Kaasan, jangan siram aku dengan air mendidih! Aku akan mandi sekarang!!"

"Bagus kalau begitu," ucap Kushina dengan santai, lalu pergi dari kamar itu sambil bersenandung riang. Ah, betapa cepat perubahan perasaannya. Ia tersenyum manis, berbeda sekali saat Ia mengancam Naruto dengan air mendidih tadi.

"Huh... Kaasan ini cerewet sekali. Untung aku terbangun, kalau tidak, wajahku yang tampan, manis, dan imut ini pasti melepuh disiram air mendidih," ujar Naruto terlalu percaya diri yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk di pinggangnya. Lalu Ia mengambil seragamnya di lemari pakaian dan memakainya.

"Padahal aku sedang asyik tidur tadi. Lagipula sekarang baru jam 07.00, masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah. Ah biarlah, aku sudah terlanjur mandi, sekali-sekali pergi ke sekolah pagi-pagi juga tidak masalah," ujarnya sambil merapikan penampilannya di depan cermin. Ia pun membereskan peralatan sekolahnya dan beranjak ke ruang makan.

Setelah sampai di ruang makan, Ia langsung duduk di kursi dan menyapa ayahnya.

"Ohayou, Tousan. Berangkat ke kantor jam berapa?" ucapnya sambil mengambil sepotong roti yang sudah disiapkan di atas meja.

"Ohayou, Naruto. Tousan berangkat jam 08.00, sekarang Tousan ingin bersantai dulu sebentar," jawab ayah Naruto, Namikaze Minato.

"Oh begitu. Ah, Kaasan, Tousan, aku berangkat dulu ya, sarapannya sudah selesai..!!" seru Naruto setelah selesai memakan sepotong roti dan meminum segelas susu sebagai sarapannya.

"Ya. Hati-hati di jalan, Naruto," jawab ayahnya sambil membaca koran dan meminum kopi.

Setelah itu Naruto pun langsung pergi ke pintu depan rumahnya. Ia mengambil lalu memakai sepatunya, dan berjalan keluar rumah menuju ke sekolahnya dengan riang, memulai hari ini dengan ceria.

ooOOoo~ooOOoo~ ooOOoo~ooOOoo ooOOoo~ooOOoo ooOOoo~ooOOoo~ooOOoo

NARUTO'S POV

'Ah, semoga hari ini menjadi hari yang menyenangkan!' batinku sambil bersiul kecil. Sekarang aku sedang menuju ke sekolahku, Konoha Gakuen. Konoha Gakuen adalah salah satu sekolah elit yang ada di kota Konoha ini. Aku sekarang kelas 2 SMA di sekolah itu. Jarak sekolah dengan rumahku tidak terlalu jauh, dan sekolah dimulai pukul 08.00, sedangkan sekarang baru pukul 07.15. Jadi aku bisa berjalan kaki dengan santai.

Tiba-tiba sebuah motor melintas tepat di sebelahku. Nyaris saja aku tertabrak. Untungnya aku sedikit menghindar tadi. Motor yang hampir menabrakku itu pun berhenti, dan orang yang mengendarainya pun turun. Kulihat Ia memakai seragam yang sama denganku, itu artinya Ia adalah murid Konoha Gakuen, sama sepertiku. Ia membuka helmnya, dan hal yang pertama kali kulihat adalah rambutnya yang hitam kebiru-biruan dan jabrik, mirip pantat ayam. Bentuk rambut yang aneh, pikirku.

Ia meletakkan helm di motornya yang berwarna biru dan berbalik ke arahku. Terlihat seorang pemuda yang sangat tampan, Ia memiliki mata berwarna onyx yang menawan. Dengan wajah stoic, Ia berjalan ke arahku. Aku sempat terperangah melihat ketampanannya, tapi hanya sebentar. Karena setelah Ia sampai di depanku, Ia langsung menjitak kepalaku dengan keras. Sakit sekali rasanya.

"Hoi, Dobe. Kalau jalan jangan di tengah, ini bukan jalan nenek moyangmu. Untung aku berhasil berkelit dan tidak menabrakmu tadi. Berterimakasihlah padaku, Baka Dobe," ucap pemuda itu sambil tersenyum mengejek ke arahku yang lebih pendek sedikit darinya.

Apa?! Dia memanggilku apa tadi? Dobe?! Kurang ajar, aku menyesal sempat mengaguminya tadi!

"Hei Teme, tadi aku yang menghindar darimu, jadi aku tidak perlu berterimakasih padamu! Lagipula jalan ini sempit, kenapa kau mengendarai motor dengan kecepatan tinggi?! Ini juga bukan jalan nenek moyangmu, dan ini sepenuhnya salahmu, Baka Teme!" balasku sengit sambil meringis kesakitan dan memegang kepalaku yang sakit karena jitakannya tadi. Dasar Teme menyebalkan!

"Huh, aku tidak punya waktu meladeni Dobe sepertimu," ujarnya. Lalu Ia pun berbalik dan berjalan ke motornya. Setelah sampai, Ia langsung memakai helm yang sempat ditinggalkannya tadi dan menaiki motornya.

"TEME! Apa-apaan kau memanggilku seperti itu! Dasar Baka Teme!!" teriakku frustasi saat Ia melaju meninggalkanku sendirian di jalanan.

"Hei, rasanya aku tidak pernah melihatnya di sekolahku sebelumnya. Tidak mungkin jika aku tidak mengenali orang seperti dia di sekolah. Sepertinya Ia seumuran denganku. Ah, apa peduliku! Biarkan saja si Teme itu, untuk apa aku memikirkannya," kataku yang berbicara sendirian di jalan yang sepi seperti orang aneh. Lalu aku pun melanjutkan perjalananku ke sekolah.

ooOOoo~ooOOoo~ ooOOoo~ooOOoo ooOOoo~ooOOoo ooOOoo~ooOOoo~ooOOoo

"Ohayou!!" seruku ke seluruh penjuru kelas saat aku sampai di depan pintu kelasku.

"Hei, Naruto! Ohayou," balas salah satu sahabatku, Kiba. Inuzuka Kiba, seorang laki-laki pecinta anjing, berambut coklat jabrik dan memiliki tato segitiga terbalik berwarna merah di masing-masing pipinya. Tapi Ia tidak pernah membawa anjingnya, jelas karena di sekolah kami dilarang membawa hewan peliharaan. Ia juga ceria, mirip sepertiku. Orang-orang bilang sifat kami mirip, hanya saja aku lebih hiperaktif daripada Kiba. Kupikir orang-orang itu memang benar.

"Ohayou Naruto," kata orang yang ada di depan Kiba, Sai. Uchiha Sai, seorang pemuda tampan berambut hitam pendek dan bermata onyx. Ia adalah seorang pelukis hebat, dan berasal dari keluarga terpandang. Mempunyai senyum yang menurutku aneh, dan terkenal di antara wanita karena kesempurnaan fisik yang Ia miliki. Meski Sai cukup menyebalkan, Ia juga salah satu sahabat terbaik yang pernah aku miliki.

"Ck, mendokusei~ Kalian ini berisik sekali. Bisakah kau kecilkan volume suaramu, Naruto? Aku sedang berusaha tidur," ujar seseorang yang duduk di kursi disebelah Kiba, Shikamaru. Nara Shikamaru, seorang pemuda yang mempunyai rambut yang diikat ke atas, membuatnya mirip seperti nanas. Ia adalah orang yang sangat malas. Selalu mencuri kesempatan untuk tidur dimanapun, dan selalu berkata 'mendokusei' pada setiap orang yang mengganggu tidurnya. Tapi jangan salah, IQ Shikamaru itu melebihi angka 200, lho. Ia juga selalu mendapatkan peringkat tertinggi di sekolahku. Terkadang aku iri dengannya. Ia tidak pernah memperhatikan pelajaran dan selalu tidur, tetapi saat tugas dan ujian Ia selalu bisa melaksanakannya dengan baik dan hampir mencapai sempurna. Tapi, Ia juga sahabat terbaikku yang selalu membantuku dalam memecahkan setiap masalah yang kuhadapi.

"Hehe.. Maaf, Shika. Sudah jadi kebiasaanku, rasanya tidak bisa kuubah lagi," kataku sambil nyengir kuda ke arah mereka. Shikamaru hanya menghela nafas, setelah itu Ia kembali tidur di mejanya. Lalu aku pun menghampiri mejaku yang ada di belakang Shikamaru. Aku duduk sendirian di mejaku yang terdapat di pojok kanan kelas, paling jauh dari pintu masuk yang berada di sebelah kiri depan kelas. Sedangkan Kiba dan Shikamaru duduk didepanku. Sai duduk didepan mereka, bersama seorang gadis bernama Ino. Menyebalkan sekali Kakashi-sensei, wali kelasku itu. Ia yang mengatur tempat duduk ini dengan cara diundi. Sialnya, tidak ada seorang pun yang duduk denganku, sedangkan Sai malah duduk bersama seorang gadis cerewet, dan bukan denganku. Kiba beruntung bisa duduk dengan Shikamaru. Tapi untunglah, tempat duduk kami tidak berjauhan.

Ino belum datang, jadi setelah meletakkan tas di mejaku, aku langsung menghampiri kursi yang berada di sebelah Sai dan mengobrol dengan Kiba dan Sai.

Setelah sebentar mengobrol dengan mereka, aku mulai bosan dan melihat keadaan disekitar kelasku. Mataku terhenti pada sosok seorang pemuda tampan berambut merah bata dan bermata seindah emerald, Sabaku no Gaara. Seorang pemuda yang sangat pendiam, dan memiliki paras yang tampan. Sifatnya yang cool itu membuat para gadis semakin tergila-gila padanya.

Aku terus saja memperhatikan dirinya yang bagiku sangat mempesona. Aku suka padanya. Ya benar, suka, seperti seorang laki-laki yang menyukai perempuan, dan sebaliknya. Aku tahu hal ini aneh, mengingat kami ini bergender sama, yaitu laki-laki. Tapi aku tak peduli dengan semua itu, masa bodoh. Selain karena wajahnya yang tampan, sifatnya yang sangat baik meskipun terlihat dingin itu membuatku suka padanya. Kebetulan, aku sekelas dengannya sejak kelas 1 SMA, dan sekarang sudah awal semester 2 kelas 2 SMA. Aku menyukainya sudah hampir setahun ini. Cinta tidak mengenal gender, 'kan?

Selama ini aku sudah berusaha mendekatinya dengan segala cara, dan itu berhasil. Dia sudah menganggapku sebagai seorang sahabat, meskipun Ia tidak mau menceritakan masalah-masalahnya. Tapi Ia selalu membantuku setiap aku membutuhkannya, dia orang yang sangat baik.

"Hayoo.. Memperhatikan Gaara lagi ya?" goda Kiba sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku. Sai hanya tersenyum aneh sambil menatapku.

"Tidak! Jangan bicara sembarangan, Kiba," kataku sambil memalingkan wajahku ke arah lain. Semburat merah tipis muncul di wajahku.

"Kau tidak bisa berbohong, Naruto. Pipimu memerah tuh, malu ya?" kata Sai dengan santainya. Mendengar hal itu, Kiba malah tertawa terbahak-bahak. Lalu Kiba pun menepuk pundak Sai dengan bersemangat.

"Bagus, Sai! Kau memang hebat," ujar Kiba di sela-sela tawanya. Sai pun hanya tersenyum penuh kemenangan ke arahku. Mereka benar-benar suka sekali menggodaku, menyebalkan sekali!

"Hei, kalian berisik sekali! Mengganggu tidurku saja," Shikamaru berkata sambil memasang tampang kesal. "Mendokusei," ucapnya, lalu Ia pun terlelap kembali.

Sahabat-sahabatku memang mengetahui rahasia terbesarku ini, rahasia bahwa sebenarnya seorang Namikaze Naruto menyukai seorang Sabaku no Gaara. Untung saja mereka tidak menganggapku aneh, dan bersikap seperti biasa. Aku tidak pernah menceritakan masalah ini kepada siapapun sebelumnya, karena aku takut orang-orang akan menganggapku aneh, dan menjauhiku. Terimakasih kepada Kami-sama, aku mempunyai sahabat seperti mereka yang bisa mengerti diriku.

"Huh, Urusai. Kalian menyebalkan," ujarku kesal. Lalu aku pun beranjak dari kursi, dan berjalan ke arah meja Gaara yang berada di baris paling depan di barisan mejaku.

"Hei, Gaara. Ohayou," ujarku pada Gaara setelah sampai ke kursinya. Aku pun duduk di sebelahnya. Kebetulan teman sebangkunya, Sakura-chan, belum datang. Jadi aku bisa duduk di sebelahnya sekarang, setidaknya sampai Sakura-chan datang.

"Hm. Ohayou," balasnya singkat. Ia memang selalu bertingkah begitu. Terkadang aku kesal padanya, apa Ia tak pernah mengucapkan sesuatu yang panjang? Tapi aku tidak pernah menanyakannya tentang hal itu, karena Ia mudah tersinggung. Aku takut Ia marah padaku hanya karena pertanyaan bodoh dariku. Lagipula itu tidak penting.

"Eh, Gaara, apa kau punya kaset film yang menarik? Aku bosan dirumah sendirian besok, orangtuaku akan pergi dan aku akan sendirian. Lebih baik aku menghabiskan waktu menonton film. Sayangnya aku tidak punya film yang bagus," ucapku panjang lebar.

"Hm. Ada," jawabnya singkat dan datar sambil menulis sesuatu di bukunya. Oh, lebih tepatnya menggambar. Tampaknya Ia suka menggambar tokoh-tokoh Anime. Ia pernah menunjukkannya padaku saat aku memintanya.

"Benarkah?! Apa judulnya?" tanyaku sambil memperhatikan dirinya yang sedang serius menggambar.

"Haeundae, film Korea. Kisah tentang badai tsunami yang terjadi di Korea," ujarnya.

"Wah, sepertinya menarik. Apa aku boleh pinjam?" tanyaku dengan mata yang berbinar-binar.

"Hm. Boleh," katanya, masih tidak melihatku. Sepertinya gambarnya itu memang hal yang paling menarik baginya saat ini.

"Kau serius?! Horee!! Besok bawa ya! Arigatou," ucapku dengan ekspresi yang terlalu ceria sambil tersenyum sangat lebar.

"Hm," katanya sambil menoleh padaku dan tersenyum tipis.

"Eh? Apanya yang 'hm'?" tanyaku sambil menatapnya dengan raut wajah bingung.

"Besok kubawakan kasetnya untukmu," ujarnya datar dan kembali memalingkan wajahnya ke buku tulisnya.

"Oh.. Itu artinya. Hehe.." kataku sambil tersenyum dan menggaruk bagian belakang kepalaku yang tidak gatal.

"Hm," ujarnya, lagi.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Saat aku menoleh, aku melihat Sakura-chan berdiri di sampingku.

"Hei Naruto, bisakah kau pergi dari tempat dudukku? Aku ingin duduk," ucap Sakura-chan sambil tersenyum ke arahku.

"Baiklah, Sakura-chan," kataku sambil berdiri dari kursi. Lalu aku menoleh pada Gaara.

"Sampai nanti, Gaara. Aku ke kursiku dulu ya! Jaa," ujarku padanya sambil melambaikan tangan.

"Jaa," balasnya singkat. Ia mengangkat tangannya sedikit kepadaku, dan kembali berkonsentrasi ke gambarnya yang hampir selesai.

Aku pun berjalan ke kursiku karena Ino sudah menempati kursi di sebelah Sai. Setelah sampai di kursiku, aku pun duduk dan mengajak Kiba mengobrol lagi. Untung Ia dan Sai sudah lupa tentang hal tadi, dan berhenti menggodaku.

Tak terasa bel sudah berbunyi, tanda pelajaran akan segera dimulai. Aku pun menghentikan obrolanku dengan Kiba, lalu aku kembali melayangkan pandanganku ke arah Gaara. 'Dia memang benar-benar tampan ya,' pikirku sambil melamun membayangkan Gaara, dan tidak memperhatikan sekitarku lagi.

END OF NARUTO'S POV

ooOOoo~ooOOoo~ ooOOoo~ooOOoo ooOOoo~ooOOoo ooOOoo~ooOOoo~ooOOoo

NORMAL POV

Setelah bel berbunyi, para guru bergegas memasuki kelas-kelas yang akan diajarnya. Kelas XI 4, kelas Naruto yang tadinya berisik bagaikan pasar pagi, mendadak diam saat melihat kedatangan wali kelas mereka yang biasanya terlambat, Hatake Kakashi.

"Ohayou anak-anak," ucap Kakashi ceria setelah sampai di mejanya, memperhatikan anak-anak muridnya yang memberi tatapan yang kira-kira berarti apa-yang-terjadi-dengan-Kakashi sensei-hari-ini.

"Kenapa? Ada yang salah denganku?" Kakashi bertanya sambil memperhatikan penampilannya. Kemeja berwarna abu-abu dengan celana khusus para guru berwarna hitam, rambut yang berwarna abu-abu jabrik seperti biasa, dan masker yang selalu Ia pakai kemanapun. Didalam pegangannya, Ia membawa buku Matematika, mata pelajaran yang diajarnya di kelas ini, dan tak lupa sebuah buku kecil berwarna oranye yang isinya yeah-you-know-what-I-mean, yang selalu Ia bawa kemana-mana. Tak ada yang aneh dengan penampilannya. Ia bingung dengan tatapan para muridnya.

"Sensei, kenapa hari ini tidak telat? Ini benar-benar suatu keajaiban.." ucap Ino dan beberapa anak lain langsung mengangguk dengan bersemangat, sementara beberapa anak lainnya tidak perduli dan melanjutkan kegiatannya, seperti Naruto yang masih terus melamun sedari tadi. Sepertinya Ia belum menyadari kehadiran wali kelasnya karena terlalu asyik melamun.

"Tidak tersesat di jalan kehidupan lagi, Sensei?" timpal Sakura sambil tertawa cekikikan. Beberapa anak mulai tertawa. Kakashi yang menyadari keanehannya pun hanya tersenyum dibalik maskernya.

"Ah, ini hari yang spesial. Hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk, Uchiha-san," kata Kakashi. Serentak murid-murid yang memperhatikan kata-kata Kakashi tadi langsung menoleh ke arah pintu kelas. Dan dari sana, muncullah seorang pemuda yang sangat tampan. Ia berkulit putih, memiliki mata berwarna onyx dan berambut hitam kebiruan berbentuk jabrik seperti pantat ayam.

Ia melangkah masuk dan berjalan ke arah Kakashi diiringi tatapan wow-tampan-sekali-pemuda-ini dari setiap pasang mata yang memandangnya. Semua gadis di kelas terpesona dan tidak bisa berkata apapun selain memperhatikan seorang pemuda yang sangat sempurna yang sedang berjalan di depan kelas ini. Berlebihan memang, tapi inilah kenyataannya.

"Nah, perkenalkan dirimu, Uchiha-san," ucap Kakashi setelah pemuda itu sampai di sebelahnya.

"Hajimemashite. Nama saya Uchiha Sasuke, dan saya sepupu dari Uchiha Sai. Saya pindahan dari Otogakure. Dozo yoroshiku," ujarnya datar.

Tiba-tiba Sakura yang tersadar dari jerat pesona seorang Uchiha Sasuke ini langsung berteriak, "Kyaaa!!! Sasuke kun!! Kau tampan sekali!!" sambil tersenyum manis, berharap Sasuke menyukai senyumannya.

"Ya, Sasuke kun sangat tampan!! Rasanya aku telah jatuh cinta padanya.." timpal Karin lalu menatap Sasuke sambil tersenyum. Anak-anak yang lain langsung menatap Karin dengan pandangan kesal bercampur aneh. Dasar narsis, pikir mereka.

Sasuke sama sekali tidak menggubris teriakan gadis-gadis tersebut. Matanya menelusuri setiap penjuru kelas, dan tatapannya tertuju pada seseorang yang sedang melamun di pojok kanan kelas, seorang lelaki berambut kuning keemasan dan bermata indah, seindah warna langit yang biru. Memiliki tiga garis di masing-masing pipinya yang berwarna tan, membuatnya tampak sangat manis. Seorang lelaki yang sudah mengambil hatinya saat mereka pertama kali bertemu tadi pagi, yang bahkan namanya pun belum diketahuinya. Tanpa Ia sadari, sebuah senyum -yang tampak seperti seringai mengerikan di antara para laki-laki, dan senyuman seorang pangeran di antara para perempuan- mulai terbentuk diwajahnya yang tampan, membuatnya semakin tampan saja. Hal ini mengakibatkan para gadis yang memperhatikannya sejak tadi berteriak histeris melihat senyumannya yang mematikan.

Naruto yang sedari tadi asyik melamun dan tidak melihat ataupun mendengar apapun, tersadar dan kembali ke dunia nyata karena suara teriakan gadis-gadis yang berisik. Ia pun memandang ke arah meja guru, dan melihat ke arah Kakashi. Dan setelah Ia melihat siapa orang yang ada di sebelah Kakashi yang sedang menyeringai kepadanya, Ia sangat terkejut.

"TEME!!!"

TO BE CONTINUED

Author's note lagi :

Yeah akhirnya selesai juga chapter 1!!! *nyebar confetti*

Ehem, sekarang saia mau bercerita tentang kisah hidup saia yang membuat saia melahirkan (??) fic ini. Bagi yang tidak berminat, boleh dilewatkan, kok.

Naru disini menjadi saia, dan Gaara itu.. *lirik-lirik seseorang* panggil aja Mr. J!

Sebenarnya saia mau buat FemNaru, tapi senpai tercinta saia, Chiaki Megumi, gak suka gender bending, ntar dia gak mau baca lagi.. Jadi saia ubah menjadi Shonen-ai! XD

Saia emang sudah suka sama Mr. J sejak kelas 1 SMA. Dan saia juga telah mendekati dia dengan berbagai cara, akhirnya saia berhasil menjadi salah satu sahabat terdekatnya.

Adegan Naru meminjam kaset film Gaara itu, benar-benar nyata lho..! Sampai-sampai judul filmnya juga saia buat sama. Tapi bedanya, kalau Naru meminjamnya secara langsung pada Gaara, kalau saia hanya lewat SMS saja. Jadi jika nanti ada adegan Naru dan Gaara berdua saja, itu benar-benar nyata, hanya berbeda cara penyampaiannya saja. Naru bicara langsung, saia lewat SMS. Haha.. XP

Masalah Gaara yang suka menggambar tokoh Anime itu juga nyata. Si Mr. J itu Otaku semua jenis Anime, kalau saia Otaku Naruto.

Perbedaan terbesar yang ada di fic ini dengan kehidupan nyata saia, tidak ada murid baru yang jatuh cinta pada saia. Semua adegan SasuNaru yang ada dan akan ada nanti, hanya hasil pemikiran saia saja, tidak ada yang nyata. Saia ingin Naru happy ending dengan Sasu, dan saia tidak mau Naru malah sad ending dengan Gaara. u_u

Yosh, segitu aja. Saia harap kritik dan sarannya, terimakasih. Apakah masih ada typo? Saia udah berusaha supaya typonya nggak ada. Kalo minna san ngeliat typo, kasih tahu saia lewat review ya! XD

Ehm, maaf Author's note-nya kepanjangan.. Lain kali nggak sepanjang ini deh, janji! XD

THANK'S FOR READING MY FIRST FANFIC! LOVE U ALL!!! *big hug*

MIND TO REVIEW?

Domo Arigatou Gozaimazu!!