.
.
.
Kuhantamkan kepalan tanganku pada tembok kamarku, tak kupedulikan rasa sakit yang mulai menjalar di tanganku. Aku tersenyum kecut melihat tembok yang tadinya berwarna putih sekarang telah berhiaskan noda darahku sendiri. Sekali lagi kuhantamkan kepalan tanganku, noda itu semakin menyebar. Aku tertawa, rasa sakit dihatiku lebih sakit dari pada di tanganku.
"KAI!" teriak sesorang menghentikan tanganku yang nyaris menghantam tembok lagi.
"ARGH!" teriakku kembali tanganku menghantam tembok. Hyung langsung membalikku lalu mendekapku. Aku menangis sejadi-jadinya dipelukan Sehun hyung. Aku ingin melampiaskan semua rasa sakitku saat ini. Tapi pada siapa harus kulampiaskan?
"kai, tanganmu terluka" hyung melilitkan sapu tangan miliknya pada tanganku. Kupandangi sapu tangan berwarna putih itu mulai berubah merah. Hyung melilitkan sapu tangan itu dengan sangat rapi. hyung mengangkat daguku, aku berusaha mengalihkan pandanganku dari manik hezel hyung. "apa yang membuatmu jadi begini? Berhentilah menyiksa dirimu sendiri Kai" ujar hyung.
Aku menatap hyung "aku ingin bertemu umma,hyung" lirihku. hyung langsung mendekapku lagi, aku kembali menangis dibahunya "aku lelah hyung, semuanya sudah berubah" ujarku diselinggi isakan. "kenapa hanya KyungSoo yang boleh menikmati umma?" tanyaku sambil menangis.
"shhh. Tenanglah Kai, kita hadapi semua ini bersama" ujar Sehun hyung sambil mengusap punggungku. Jika boleh jujur, hanya Sehun hyung yang bisa kupercaya di rumah ini. Yang lain, bahkan Appa, aku sudah tak bisa mempercayainya.
*Skip Time*
Aku memandang dingin Appa dan yeoja jalang yang menyebut dirinya umma baruku. Cih tidak akan ada yang bisa menggantikan Umma di hidupku. Aku hendak melenggang pergi tapi suara yeoja itu menghentikan langkahku.
"kau tidak makan Kai?" tanya yeoja itu. Aku menggeram menahan emosi yang kurasa bisa keluar bahkan meledak kapan saja. "kau tidak makan sejak semalam Kai"
Aku mendecih "tidak berminat" jawabku pendek. Baru aku hendak mengayunkan kaki-ku. Appa gantian mencegahku.
"kau bisa sakit Kai" ucap Appa. Dalam hati aku mendecih, apa ini benar-benar Appa yang peduli seperti dulu atau hanya pura-pura saja. "kenapa dengan tanganmu Kai?" tanya yeoja bernama Luhan itu.
Aku menepis tangannya dariku "sorry Mom, but i'm tired" jawabku dingin. Cih aku tak akan sudi memanggilnya Umma, cukup 'Mom' bukankah itu lebih baik dari pada aku memanggilnya 'yeoja jalang'? Kulihat Sehun hyung sudah berdiri tegang tak jauh dariku. Kulihat ekspresi Mom benar-benar terluka atau pura-pura terluka? Mana Aku peduli.
"Kai-"
"please Mom!" seruku sedikit menyentak. hyung langsung berdiri disampingku. Kulihat Appa menggeram marah. Aku tak peduli, meski Appa akan mencincangku, lebih baik aku hidup di hutan sekarang. Daripada harus melihat hal yang sama setiap hari, dan hal itu benar-benar membuat hatiku sesak.
"Park Jong In!" seru Appa. Aku memandang appa dingin. "jaga ucapanmu!" seru Appa. Aku mendecih saat kulihat Mom mulai mengelus dada appa. Aku melenggang pergi dari sana, baru beberapa langkah aku merasakan pipiku kebas. Sepertinya appa menamparku lagi.
"sampai kapan kau akan bersikap seperti ini Jong In!? Dia Umma-mu sekarang!" seru Appa keras-keras.
Aku memandang Appa tanpa rasa takut sedikitpun "Umma-ku itu seorang Byun, namanya Byun Baekhyun. Dan sekarang aku tak akan bisa menggapai Umma-ku lagi. Aku tak meminta Umma lagi kan?" tanyaku. Appa kembali menampar pipiku sampai aku jatuh tersungkur.
"jadi jika Appa bertanya kapan aku akan berhenti bersikap seperti ini? Maka jawabanku adalah sampai seorang Park Chan Yeol Appa-ku kembali. Bukan Park Chan Yeol CEO Park Corp." Jawabku dingin. Kulihat Appa tertohok dengan ucapanku "heh, jika Anda mau Chanyeol-sii. Anda bisa membuang kami kejalanan lalu buatlah keluarga baru yang menurutmu lebih indah denganya" ujarku dingin lalu berdiri.
hyung langsung membantuku berdiri "Appa, aku minta maaf. Tapi aku benar-benar kecewa denganmu. Kai benar... Appa memang bukan Appa kami yang dulu" ujar hyung lalu menuntunku ke kamar. Sayup-sayup aku mendengar suara triakan Appa. Sebenarnya aku merasa durhaka karena melawan orang tuaku sendiri, tapi aku harus apa diam saja seperti SeHun hyung? Tidak aku akan melawan meskipun aku harus mati detik itu juga.
*skip time*
Kupandangi cafe bernuansa classic itu dalam diam. Kulihat seorang namja berkulit putih dengan rambut hitam legam terus mondar-mandir memberikan pesanan. Aku menahan laju air mataku, aku benar-benar merindukannya. Kulangkahkan kakiku memasuki cafe itu. Kududukan tubuhku disalah satu kursi kosong.
"mau pesan apa—h-hyung?" gagap namja itu. Aku kembali tersenyum miris melihat namja itu sungguh terlihat berbeda denganku. Dirinya sungguh tampan walau aku masih lebih tampan sih, dengan keceriaannya itu membuatnya seolah bersinar dimata setiap orang. sedangkan aku... keceriaan itu sudah padam selama tiga tahun ini. "kenapa hyung ada di sini?" tanyanya.
"KyungSoo-ah. Aku pesan Latte" ujarku sambil menutup mataku. Aku benar-benar rindu dengan suara saudara kembarku ini. Tak terasa air mata menetes dari mataku. Cepat-cepat aku menghapusnya, aku tak mau terlihat lemah dihadapan saudara yang lebih muda sepuluh menit dariku. Kami memang kembar, tapi kami tak identik. Banyak yang bilang hanya bibir kami yang mirip. Sama-sama tebal, padahal umma dan appa berbibir tipis.
"hyung jangan menangis. Aku panggilkan umma-ne?" aku menggeleng. Meskipun aku begitu merindukan sosok yang melahirkankku itu, aku tetap tak bisa menemuinya. Aku tak mau umma dituntut karena melanggar perjanjian. Perjanjian konyol yang membuatku ingin mencekik Xi LuHan saat itu juga.
"ani Soo-ie. Cukup buatkan pesananku saja. Aku benar-benar butuh sesuatu untuk menenangkan diri" ujarku sambil tersenyum tipis. Melihat ekspresinya saja sudah membuatku tersenyum, walau itu senyum terpaksa. Aku tau KyungSoo bisa membedakan mana senyum tulus dan senyum terpaksa.
"arraseo. Tapi hyung, berhentilah tersenyum seperti itu. Aku merasa tersakiti" ujarnya lalu melenggang pergi. Aku memejamkan mataku. Menghirup seluruh bau yang ada di ruangan ini. Serasa menyegarkan walau tanpa pengharum ruangan dengan harga puluhan ribu Won. Berbeda dengan tempat yang dibilang rumah tapi menurutku seperti neraka itu, semuanya tetap berbau busuk.
Tluk
Aku membuka mataku. KyungSoo meletakan segelas Latte didepanku, aku kembali tersenyum padanya. Kupikir dia akan meninggalkanku tapi dirinya malah duduk dihadapanku "aku tau hyung tertekan. Apa yang terjadi di rumah?" tanya KyungSoo.
Aku menyeduh Latte itu perlahan. Kuletakan kembali latte itu di meja "itu bukan rumah Soo-ie, itu lebih parah dari neraka asal kau tau" ujarku. KyungSoo menyerit bingung. Aku mengangkat tanganku yang tertutup sapu tangan itu keatas meja. Kupikir KyungSoo tidak akan menyadarinya tapi kulihat KyungSoo melongo.
"ya ayo kita obati!" seru KyungSoo mengeretku. Aku tersentak kaget, aku berusaha melawan saat KyungSoo membawaku ke sebuah ruangan.
Blam
Aku terdiam saat KyungSoo ternyata menyeretku ke ruangan Umma. Aku tersentak saat berhadapan dengan wajah orang yang teramat kurindukan. Kulihat Umma mengucek matanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Aku menggigit bibirku pelan saat melihat keadaan Umma. Keadaan yang terbilang begitu baik. Tau begini aku tak menghawatirkan mereka.
"Umma! Dimana Umma meletakan P3K!?" seru KyungSoo. Aku mengusap telingaku yang serasa berdenging. Soo sepertinya kau harus mengolah bakat teriak-teriakmu itu.
Kulihat Umma meletakan kaca mata baca yang sedari tadi membingkai wajah indahnya. Umma mulai berjalan mendekatiku dan KyungSoo. Tubuhku terasa kaku tak mampu bergerak sama sekali saat Umma mendekapku kedalam pelukanya. Pelukan yang teramat kurindukan "anakku" bisiknya. hancur sudah pertahananku. Aku menangis sambil memeluk tubuh mungil umma
"bogoshipo Umma. Jongmal bogoshipo" ucapku diselingi isakan pelan. Kurasakan KyungSoo ikut memeluk kami. Tangisku semakin menjadi, aku merasakan emosi yang telah lama mati itu kembali. Aku bersyukur setidaknya diberi kesempatan bertemu Umma dan KyungSoo. Walau setelah ini Luhan akan membunuhku, aku tak peduli. Tapi biarkan ini berjalan lebih lama.
Umma melepaskan pelukanya lalu mengusap air mataku lembut "apa yang membawamu kesini kai?" tanya Umma. Umma memperlakukanku dengan lembut, beda dengan Mom yang akan membentakku saat Appa tak ada. Sebenarnya membentak masih tergolong biasa, Mom tak segan memukul atau menamparku. Walau yang lebih banyak menjadi korbanya adalah Sehun hyung.
"aku hanya ingin lepas sebentar saja. Aku terlalu lelah berada di rumah itu." Jawabku sambil menunduk. Umma meremas tanganku yang terluka. Aku meringis kesakitan.
"ini kenapa Kai?" tanya Umma mengelus tanganku. Aku tersentuh merasakan bagai mana Umma memperlakukan lukaku. Aku benar-benar ingin memutar waktu supaya bisa kembali mengambil Umma. "Kai?" Umma kaget melihatku kembali menangis.
"Umma. Bolehkah aku egois? Aku dan Sehun hyung hanya ingin kembali ke masa lalu. Jika Sehun hyung bukan anak sulung, jika seandainya aku dan KyungSoo tidak kembar. Apakah Umma akan membawa kami juga? Kami lelah Umma" ujarku dengan suara tercekat. KyungSoo langsung memelukku erat. Kurasakan bahuku basah. KyungSoo juga menangis rupanya.
Umma terdiam lama "waktu tidak bisa diputar sayang. Ini jalan kita. Maafkan Umma juga Appa yang sama-sama egois. Maafkan Umma yang tak memikirkan perasaan kalian. Umma benar-benar minta maaf sayang" aku langsung memeluk Umma lagi. Masa bodoh aku terlihat lemah, aku benar-benar merasa lepas sekarang. Seluruh emosi itu telah menguap, hilang begitu saja.
"ijinkan aku egois sehari ini saja Tuhan, ijinkan aku memiliki Umma hari ini saja" gumamku pelan. Umma melepaskan pelukanku lalu membawaku kesebuah kursi. Umma membuka sapu tangan Sehun hyungyang sudah berubah merah itu. Umma mengobati lukaku dengan lembut. Sentuhan yang sama menenangkanya seperti Sehun hyung.
"kau ingin egois kali ini Kai?" tanya Umma. Aku mengangguk pelan "maka milikilah Umma kali ini" aku terbelalak mendengarnya. Aku tersenyum lagi. Senyum yang tlah lama hilang dari hidupku. Senyum kebahagiaan. "bagaimana keadaan Sehun?" Tanya Umma sambil menutup lukaku dengan kasa baru.
Aku menggigit bibirku sendiri. Aku bingung harus menjawab jujur atau tidak. Aku takut jika aku berkata jujur Umma akan kawathir, tapi aku juga tidak tahan jika menyimpannya sendiri "tidak bisa dibilang baik. Setiap malam aku masih mendengar dirinya menangis di kamarnya. Sepertinya dia juga merindukan Umma" jawabku jujur. Sehun hyung akan menangis di kamarnya setelah jam sebelas malam.
Umma menatapku dengan sirat kawathir "sekali-kali bawalah dia kemari. Umma tidak peduli dengan perjanjian konyol itu. Bagaimanapun kalian anak Umma" ucap Umma sambil tersenyum. Umma mengusap helaian rambut dark brownku lembut.
Akupun ikut tersenyum "ne Umma. Umma janji aku boleh memiliki Umma seharian kan?" tanyaku memastikan. Umma mengangguk. Aku langsung memeluk Umma erat "gomawo" ucapku lirih.
*Skip Time*
Baru saja luka itu terobati. Kini luka itu telah kembali, luka yang jauh lebih dalam dari sebelumnya. Sebenarnya jika boleh memilih, aku memeilih bersama Umma dan tidak pulang kemari. Tapi sayangnya aku masih ingat dengan Sehun hyung. Dan sekarang apa yang kulihat ini? Aku melihat Appa tengah memukuli hyung.
Aku langsung berlari memeluk tubuh hyung. Asal kalian tau saja, sebenarnya hyung sangat ringkih, hyung mudah sakit-sakitan, tapi entah mengapa Appa seolah lupa hal itu. Appa menggeram lalu giliran memukuliku. Aku nungkam mendengar triakan-triakan palsu dari Mom.
"APPA BUANG SAJA KAMI!" Seruku keras-keras. Appa menghentikan pukulanya padaku juga hyung "BUANG SAJA KAMI! TAK USAH PEDULIKAN KAMI LAGI! BIARKAN KAMI MATI MEMBUSUK SAJA DI JALAN DARI PADA HARUS MEMBUSUK DI SINI!" Seruku dengan nafas terenggah "Lupakah Appa dengan keadaan hyung?" tanyaku mulai melembut.
"Dia sudah mencuri uangku untuk membeli Miras" ucapan Appa membuatku tersentak. Aku langsung menoleh, menatap hyung seolah minta penjelasan. hyung hanya menggeleng pelan "dan dia menduh Luhan yang melakukannya" aku menggeram. Ini pasti perbuatan Yeoja setan itu.
Kupejamkan mataku. Kuhela nafasku pelan "Appa- Ah ani Chanyeol-sii. Bolehkah aku dan Sehun hyung pergi dari-?" belum selesai aku berucap Setan (sok) cantik itu langsung menyela.
"apa kau akan pergi ke tempat Byun itu? Oh ayolah dia yang meninggalkan kalian" setan apa yang merasuki Appa sehingga ia mengangguki ucapan Luhan. Aku menggeram marah.
"HEI KAU BOLEH MENGHINAKU, KAU BOLEH MENGATIKU, KAU BOLEH MEMBUNUHKU! TAPI JANGAN HINA UMMA-KU! MENGACALAH SEBELUM MENGATAKANYA, KAU LEBIH BRENGSEK DARINYA!" seruku emosi. Meledak sudah semua yang kupendam. Wajah Appa mulai merah. Aku tak peduli, biarkan saja Appa membunuhku sekarang. Aku tau Appa tengah mengayunkan tinjunya sekarang.
Aku hanya bisa berteriak, merintih atau menggeram melepaskan semua rasa sakit yang kurasakan saat Appa memukuliku, menendangku bahkan menginjakku. Kulihat Sehun hyung berusaha menghentikan Appa tapi malah menjadi sasaran tinjunya. Aku langsung memeluk hyung. Kami saling berpelukan menyalurkan rasa sakit yang kurasakan. Aku tersentak saat hyung mulai batuk darah saat Appa menghantam punggungnya. Aku memeluk hyung makin erat saat pungggungku terasa kebas.
"PARK CHAN YEOL!" semua menoleh. Aku terdiam membeku melihat Umma dan KyungSoo ada disana. Wajah mereka sudah basah oleh air mata. Umma langsung berlari lalu menampar Appa keras-keras "KAU BERJANJI UNTUK MERAWAT MEREKA! BUKAN UNTUK MENJADIKAN MEREKA SANSAK TINJU PARK CHAN YEOL!" seru Umma. Aku tertatih membantu hyung untuk berdiri. hyung dan aku terdiam begitupula KyungSoo melihat kejadian ini.
Appa menggeram marah. "Hei Byun apa yang kau ketahui tentang mereka hah? Berani-beraninya kau mengangguku!" seru Appa tepat di depan wajah Umma.
Umma geram, sekali lagi ditamparnya pipi Appa "aku tau karena mereka ANAKKU Park-Brengsek-ChanYeol!" seru Umma sambil menuding Appa.
"MEREKA ANAKKU BODOH!" seru Appa, dalam hati aku ingin menangis, sekali lagi aku melihat pertengkaran kedua orang tua kandungku. Sekali lagi aku mendengar Appa dan Umma saling mengatai. Tidak, bukan pertemuan seperti ini yang kudambakan.
Umma menggeram rendah, "aku yang melahirkan mereka, jadi mereka anak-anakku" ujar Umma dingin membuatku merinding. Aku melotot melihat Luhan tengah mengayunkan pisau buah pada Umma. Aku langsung berlari secepat mungkin "MATI KAU BYUN!" seru Luhan.
JRASSSHH
"Ukh" aku terdiam membeku. Kusenderkan kepalaku di bahu Umma. Kupeluk pinggang Umma dari belakang. "terimakasih Tuhan. Disaat terakhirku, Kau masih mengijinkan hambamu ini untuk melihat kluarga hambamu. Trimakasih Tuhan" ucapku sebelum Tubuhku menghantam dinginya lantai. Lantai yang tadinya berwarna putih berubah merah karena darah yang mengucur dari punggungku.
"KAI!" pekikan KyungSoo juga Sehun hyung terdengar bersahut-sahutan. Umma langsung memangku kepalaku. Umma mengusap pipiku lembut "Kai" isaknya lirih. Kudengar Sehun hyung tengah mencaci maki Luhan begitupula KyungSoo, sipolos itu bisa mengumpat juga rupanya. Tanganku terulur mengusap pipi putih Umma sebelum kurasakan Appa menggendong tubuhku. Dengan pandangan buram aku bisa melihat jika Appa tengah menangis.
Mereka langsung membawaku kerumah sakit. Sepanjang perjalanan Umma terus menggenggam tanganku sambil merapalkan doa-doa. Sesampainya di rumah sakit suster-suster langsung melarikanku ke kamar oprasi. Aku menggenggam tangan Umma dan Appa erat. "Umma, Appa, hyung, Soo-ie. Sa-rang-hae" ucapku Sebelum memasuki kamar oprasi. Aku tak bisa merasakan apa-apa semuanya terlalu gelap. Apa ini akhirnya?
*SKIP TIME*
Ku buka mataku perlahan. Ku kerjapkan mataku menyesuaikan sinar yang masuk ke retinaku. Aku melihat sekeliling. Masih di rumah sakit rupanya. Kulihat Sehun hyung tengah mengganti tangkai-tangkai Lily yang ada di vas dengan yang baru. Aku berusaha memanggilnya tapi suaraku terasa hilang entah kemana. "h-hyung" akhirnya suaraku kembali walau amat lirih.
hyung menoleh kearahku matanya membola sebesar mata KyungSoo. "K-Kai?" gumamnya kaget. hyung langsung menghampiriku "Kai kau sudah bangun?" tanya hyung kawathir sambil meremas tanganku. Aku mencoba bersuara tapi rasanya sangat susah. hyung tersenyum senang lalu cepat-cepat berlari keluar. Kenapa aku ditinggal sih?
Hyung kembali bersama seorang dokter dan beberapa suster. Dokter itu langsung memeriksa seluruh tubuhku. "selamat Nona Park. Anda sudah kembali sepenuhnya" ujar dokter itu membuatku bingung. Dan kenapa hyung melompat-lompat aneh begitu?
"Hyyaaaa aku senang!" pekik SeHun hyung sambil meninju udara. Eng apa mungkin hyung sudah gila? hyung menghentikan aksi lompat-lompatnya itu lalu mencengkram kedua bahuku "akhirnya kau kembali" ujarnya sumringah. Kembali, memangnya aku baru dari mana?
*SKIP TIME*
"hyung, berapa lama aku tidur sih?" gerutuku dalam perjalanan pulang menuju rumah. Sebenarnya aku agak takut karena selama seminggu di rumah sakit hanya KyungSoo maupun hyung yang menemaniku menjalani terapi. Appa? Memikirkanya saja aku tak mau.
"kau tidur tiga bulan lebih Kai" jawab Sehun diselingi kekehan. "tidurmu nyenyak sekali ya?" canda hyung.
"tidak juga. Aku malah memimpikan hal-hal aneh" gerutuku mengingat mimpi-mimpi yang muncul selama aku koma. Mimpi-mimpi yang membuatku merinding jika mengingatnya. Aku bermimpi Umma dan Appa menikah lagi. Tapi kurasa itu sangat tidak mungkin terjadi.
"hum, kita sudah sampai" sela Sehun lalu menggendongku turun dari mobil. Aku memukuli dada hyung. Siapa yang tidak malu kalau dilihat tetangga begitu. "kami Pulang!" serunya setelah membuka pintu. Aku jadi berpikir siapa yang akan menyambut kami. Appa? Pasti tidak mung...
"kalian sudah pulang rupanya? Maaf Appa baru bisa pulang sekarang"
Kin
aku tercengang melihat Appa duduk di sofa sambil menyeduh kopi. Dan yang benar saja aku baru saja mendengar kata 'maaf' dari mulut Appa? Apa mungkin kepala Appa terbentur pintu sehingga Appa amnesia?
"gwencahana Appa. Lagipula kai sembuh lebih cepat dari perkiraan kita. Dia kan keras kepala" goda hyung. Aku kembali memukul lenganya. Eh tapi barusan yang dikatakan Sehun hyung apa? hyung menggodaku? Yang benar saja? Sehun 'Evil' sudah kembali?
Appa berjalan mendekatiku. Aku langsung menunduk ketakutan "Kai, maafkan Appa ne. Appa tau, Appa banyak membuat salah padamu. Luka-luka itu tidak akan hilang hanya dengan maaf Appa kan? Maka dari itu. Appa akan mencoba mengobatinya perlahan" aku langsung mendongak menatap mata Appa, mencoba mencari kebohongan dari mata Appa.
Kepalanku berdenyut sakit mengingat kilasan-kilasan mengerikan itu kembali teriang di otakku. "bisakah Appa biarkan Kai berpikir dulu?" tanyaku "aku masih pusing dengan kenyataan aku tidur selama tiga bulan" ucapku lagi. Aku membuang pandanganku ke belakang Appa.
Appa tersenyum. Aku tau itu senyum terpaksa "baiklah Appa akan menunggumu" ujarnya.
Aku menatap sekeliling "dimana Lu-?"
"dia sudah berada di sel tahanan" sela Sehun hyung.
"ternyata dia hanya mengincar harta Appa. Yang mencuri uang untuk membeli MiRas juga bukan Sehun tapi dia" kekesalan terdengar dari nada bicara Appa. "Appa menyesal menceraikan Umma-mu" sesalnya.
Aku tersenyum kecil. "belum terlambat Appa" ujarku lirih lalu berjalan ke arah kamarku.
Baru aku membuka pintu kamar aku sudah dikagetkan dengan KyungSoo yang asik mencoba berbagai bajuku. "ke-kenapa kau ada disini Soo-Ie!" seruku kaget. KyungSoo langsung menoleh menyebabkan KyungSoo tersandung baju-baju yang berserakan dilantai, sukseslah dahinya terkantuk lantai.
"ketuk pintu dulu kenapa?" seru KyungSoo. Aku hanya bisa nyengir. "lagian kami sudah tinggal disini lagi kok" jawabnya lalu mengusap dahinya.
"kami?" gumamku tak mengerti, kupandangi seluruh kamarku, ada dua ranjang, dua meja belajar. "Hei Hyung. Selama kau koma jangan-jangan sel-sel otakmu juga mengendor ya?" ejek KyungSoo. Apa-apaan anak ini, kemana KyungSoo yang imut nan polos? "masa tidak mengerti maksudku sih Hyung. 'K-a-m-i'" ujarnya penuh penekanan.
Kuputar otakku yang sudah lama tak bekerja. "KAMI!?" aku langsung berlari keluar mencari Appa. Kulihat Appa tengah berbicara dengan seseorang "APPA HYUNG, APA MAKSUD 'KAMI' YANG DIKATAKAN KYUNGSOO?" teriakku dari tangga.
Appa langsung menoleh begitupula dengan orang yang berbicara bersama Appa, dan ternyata orang itu "U-Umma?" gumamku "APPA JELASKAN SEMUANYA!" teriakku.
"berhentilah berteriak Park JongIn, kau membuat kegaduhan" ujar Sehun dingin.
"SEHUN DIMANA KAU MENYEMBUNYIKAN BAJU-BAJUKU!" triakan KyungSoo giliran memenuhi rumah.
"yak aku lebih tua darimu Park Kyung Soo!" seru Sehun. Aku diam Park? Park KyungSoo?
"Umma jangan bilang margamu juga sudah berubah menjadi Park?" tanyaku dengan keringat dingin mengalir dari pelipisku. Kulihat Umma mengangguk kecil. Aku langsung tersenyum sumringah. Aku berlari menubruk Appa dan Umma "trimakasih Tuhan" ucapku mengucap syukur "saranghae Umma Appa" ucapku mengecup pipi mereka.
"nado chagi kau memang anak Umma/ Appa yang terbaik" ucap Umma dan Appa bebarengan sambil mengusap helaian hitamku.
"ehm. Jadi kami tidak diakui nih?" dehem Sehun hyung sambil melipat tanganya di depan dada.
"hyung curang selalu saja memonopoli Appa dan Umma" geutu KyungSoo sambil berkacak pinggang.
"hahahaha Ayo kemari Sehunie, Soo-ie" ucap Umma. Mereka langsung menghambur memeluk Appa dan Umma. "kami menyayangi kalian kumohon jangan pergi lagi" lirih ku.
Appa mengecup pipiku. "tidak akan sayang. Kami berjanji" ucapnya membuatku dan KyungSoo langsung balas mengecup Appa "kami mencintai Appa!"
"ehm. Jadi kalian tidak sayang Umma?" tanya Umma pura-pura kesal. Aku langsung memeluk umma "kami juga mencintai Umma" pekik kami bersamaan.
Aku melepaskan pelukanku lalu menatap kedua orang tuaku itu dengan pandangan ragu. "ada apa Kai?" tanya Umma. Aku terkekeh mencoba menyembunyikan keraguanku membuat seluruh anggota keluarga Park menatapku heran.
Aku menggaruk tengkukku ragu. "ung, Umma sudah menikah dengan Appa lagi. Tapi aku tidak lihat proses Appa nembak Umma. Bisa diulangi lagi?" tanyaku dengan wajah pura-pura polos.
Semburat merah menghiasi pipi mulus Umma. Aku, KyungSoo, dan Sehun hyung saling lirik satu sama lain. Seringai Evil terpatri di bibir kami masing-masing "ayolah Umma appa, ceritakan dari saat Appa menyatakanannya sampai Umma menerimanya" ujar KyungSoo. Aku baru tau kalau saudara kembarku ini evil juga.
"kami juga tidak tau bagaimana prosesnya, yang kami tau Appa dan Umma tiba-tiba bilang akan menikah lagi pada kami" ujar Sehun. Wajah Umma appa semakin merah saja.
"cerita ngak seru. Praktekkin aja!" seruku langsung dibalas pekikan setuju KyungSoo. Dalam hati aku tertawa evil melihat wajah mereka seperti kepiting rebus yang baru masak.
Appa tiba-tiba bertulut dihadapan Umma, kami langsung menyambutnya dengan kata 'oww-soo sweat' "Baekie" panggil Appa pada Umma "aku tau banyak membuat kesalahan padamu. Aku tau dulu aku begitu egois. Aku menghianatimu hanya demi wanita yang ternyata menusukku sendiri. Kali ini aku berjanji tidak akan meninggalkanmu. Can I change your name to Park Baekhyun? So Byun Baek Hyun Will you marry me-"
"Again!" potong kami sembari tertawa nista melihat wajah orang tua kami yang teramat merah
"yeah, marry me again?" ucap Appa. Kami mulai serius lagi.
Umma menatap kami sebentar "yes I do" jawab Umma. Kami langsung bersorak layaknya suporter bola. Appa tiba-tiba mencium Umma. Aku yang kaget langsung menutup mata KyungSoo. Tapi kenapa malah aku yang gelap?
"Ya hyung itu tadi tontonan gratis!" pekikku dan KyungSoo. Aku sadar yang menutup mataku itu Sehun hyung. Aku tidak bisa melihatnya tapi yang pasti wajah Ummp appa sudah seperti kepiting rebus yang tidak diangkat dari panci.
"kalian masih dibawah umur" jawab Sehun. Aku dan KyungSoo menggeram kesal. Sehun hyung melepaskan tanganya dari mataku, aku juga melepaskan tanganku dari KyungSoo. "Appa. Jangan tambah adik untukku. Mereka saja sudah merepotkan" ujar Sehun sambil menunjuk kami.
"YA!" pekik kami lalu mengejar Sehun hyung. Aku tertawa senang. Semuanya sudah kembali seperti awalnya. Sehun hyung yang Evil, KyungSoo yang cerewet, Appa dengan senyum bodohnya, juga Umma-ku yang cantik. Aku lega sekarang tak ada yang perlu ku kawathirkan lagi. Kuharap ini akan terus bertahan selamanya.
Aku mungkin nekat, aku mungkin gila.
Tapi satu hal yang membuatku lebih gila dari pada yang kalian bayangkan.
Aku gila karena keluargaku kembali bersama.
Aku gila karena cinta yang kudapatkan begitu tulus juga melimpah.
Hanya satu hal yang ingin kujaga. Kegilaan yang selalu terjadi di rumah ini.
-Kai-
