NARUTO FANFICTION

LOVELY DOCTOR

Diclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto

The Playboy Doctor by Sarah Morgan

Warning : AU, OOC, TYPO(S), DON'T LIKE? DON'T READ!

Pairing: NaruHina


Hyuuga Hinata berhenti di depan deretan cottage kecil dan mulai mematikan mesin mobil.

Ia benar-benar merasa lelah. Kepalanya pening dan kantung matanya yang jelas terlihat akibat kurang tidur. Sesaat mata keperakannya menutup, namun ia berusaha keras untuk menahan keinginannya untuk tidur. Yah, ia memang tidak punya waktu untuk tidur. Sekarang, ia harus menyelesaikan satu kunjungan ke rumah salah satu penduduk desa Suna, nenek Chiyo. Nenek Chiyo memang salah satu dari sekian banyak pasien gadis Hyuuga itu di desa Suna ini. Nenek berumur lebih dari setengah abad itu sudah dua bulan lalu menderita tubercolis, dan dengan keadaannya yang sekarang, Hinata tidak mungkin tega melihat nenek Chiyo yang sekarang tinggal sendirian, harus berjalan kaki ke tempat prakteknya untuk melakukan pemeriksaan rutin. Sehingga Hinatalah yang akan datang ke tempat nenek itu seminggu dua kali.

"Konnichiwa, Chiyo baa-san. Bagaimana keadaanmu hari ini?"

Wanita tua itu tersenyum ramah mendapati Hinata yang sudah berada di depannya.

"Jauh lebih baik dari kemarin, Hinata. Masuklah dulu. Aku sudah menyiapkan beberapa makanan kecil kalau kau mau."

Hinata mengangguk sopan lalu memasuki rumah yang terkesan sederhana namun tetap terasa nyaman. Tanpa banyak membuang waktu, Hinata mulai melakukan tugasnya memeriksa dan mengecek keadaaan tubuh nenek Chiyo.

"Oh ya Hinata. Aku dengar dokter baru yang menggantikan dokter Sakura akan datang hari ini, apa benar?" tanya nenek Chiyo di sela-sela kegiatan Hinata yang sibuk mencatat hasil kesehatan nenek Chiyo.

"Ya, benar Chiyo baa-san. Tapi aku tidak tahu siapa dokter pengganti itu. Aku hanya mengetahui dari Ino kalau dia laki-laki."

"Laki-laki? Ah, syukurlah. Itu bagus untukmu, Hinata."

Alis Hinata bertaut, "Bagus untukku? Apa maksudnya Chiyo baa-san?"

Nenek tua itu kembali tersenyum, "Tentu saja bagus karena akhirnya kau dapat bertemu dengan laki-laki yang sepadan denganmu. Mungkin saja dokter itu masih muda, tampan, dan belum menikah. Hidupmu perlu ditambahkan sedikit romantisme, Hinata."

Hinata menghentikan kegiatannya sejenak. Perkataan nenek Chiyo cukup menggelitik perasaannya. Yah, ia akui hampir semua orang di desa ini merasa kasihan dengannya. Seorang dokter muda yang cantik dan berbakat harus 'terdampar' di desa yang cukup terpencil ini, menghabiskan masa mudanya untuk merawat dan mengobati orang-orang desa.

Namun sesungguhnya, Hinata sama sekali tidak keberatan dengan semua itu. Semenjak pertama kali ia datang ke desa ini, ia benar-benar disambut dengan hangat oleh penduduk desa. Yah itu sangat wajar mengingat desa ini tidak mempunyai satu orang dokter pun sebelum ia datang ke sini. Bisa diibaratkan kedatangan sang dokter Hinata adalah 'berkah' bagi para penduduk desa. Hinata sendiri sudah mengetahui semua itu, dan karena alasan itulah ia bersedia berada di desa ini. Sejak awal, inilah impiannya sejak menjadi dokter. Ia ingin mengabdikan dirinya membantu para penduduk yang sangat membutuhkan kemampuannya sebagai seorang dokter, menyelamatkan nyawa orang selama ia masih mampu, dan melihat pancaran kebahagiaan di wajah polos para penduduk desa di saat ia berhasil menyelamatkan jiwa seseorang.

Tapi tentu saja setiap tindakan yang diambil akan ada akibatnya. Sebagai satu-satunya dokter di desa ini, Hinata harus merelakan seluruh waktunya untuk melayani seluruh penduduk desa yang membutuhkan bantuannya. Setiap hari tempat praktiknya selalu penuh dengan antrian, ditambah lagi kunjungan yang dilakukan oleh Hinata ke tempat-tempat penduduk lanjut usia seperti nenek Chiyo, dan memenuhi panggilan dari orang-orang yang membutuhkannya setiap saat. Itu semua membuat Hinata hampir tidak mempunyai waktu untuk dirinya sendiri. Ia sempat merasa terbantu saat salah satu sahabatnya, dokter Sakura datang ke sini dan membantunya. Namun dua minggu yang lalu, sahabatnya itu sudah tidak bisa lagi menetap di desa itu, karena ia telah menikah dengan seorang direktur muda, Uchiha Sasuke, sehingga ia harus kembali ke Tokyo dan hidup bersama sang suami. Jadilah Hinata kembali menjadi satu-satunya dokter di desa Suna.

Namun tiga hari yang lalu, ia diberi kabar oleh Ino, kalau akan datang seorang dokter yang akan menggantikan Sakura. Dan tentu saja kabar itu juga telah menyebar hampir ke seluruh penduduk desa.

"Aku tidak peduli apakah dokter pengganti itu muda atau tampan.", sahut Hinata, "Aku hanya berharap ia dokter yang baik, dan dapat membantu pekerjaanku."

Nenek Chiyo tersenyum, "Tentu saja. Sebagai satu-satunya dokter di desa ini kau tentu sangat kewalahan. Aku harap dengan kedatangan dokter pengganti itu akan dapat meringankan tugasmu, Hinata"

Hinata mengangguk, "Ya, kuharap juga seperti itu…"

.

.

.

Setelah kembali ke tempat prakteknya, Hinata kembali memeriksa seluruh pasien yang telah mengantri menunggunya. Ia melayani seluruh pasiennya dengan telaten dengan bermacam-macam keluhan, mulai dari batuk, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, atau peradangan lambung. Ia baru saja selesai memeriksa pasien terakhir saat Ino sang resepsionist melongok ke pintu, wajahnya yang cantik tampak gembira dengan senyum yang merekah di bibirnya.

"Dokter Hinata, coba kau lihat ke luar jendela, kau harus melihat mobil yang baru saja masuk ke tempat parkir kita."

Hinata tidak bergeming dari posisinya, "Aku tidak tertarik dengan model mobil, Ino."

"Kau pasti tertarik dengan yang satu ini, " desak Ino sambil menarik tangan Hinata, "Mobil itu sangat bagus. Aku tidak pernah melihat mobil itu sebelumnya kecuali di film."

Merasa malas untuk berdebat, Hinata akhirnya pasrah saja saat Ino menariknya menuju tempat parkiran prakteknya.

Setibanya di sana, Hinata melihat pintu mobil itu terbuka dan sang pengemudi melangkah keluar. Pria itu meregangkan bahu berotot miliknya sebentar dan berdiri sesaat, lalu mengamati pemandangan sekitarnya.

"Wooww!" jerit Ino. "Lihat tubuh dan parasnya! Ia sama mengagumkannya seperti mobil itu."

Hinata hanya terdiam memandang pria yang entah kenapa terkesan familiar bagi dirinya. Rambut berwarna pirang keemasan, kulit kecoklatan yang membalut tubuh kokohnya, dan sepasang mata sapphire yang kini tengah menatap ke arahnya. Entah kenapa pria ini seperti magnet yang membuat Hinata hampir tidak berkedip memandangnya, sampai akhirnya pria itu telah berada di hadapannya dan mengulurkan tangannya.

"Aku dokter Namikaze. Namikaze Naruto. Mulai hari ini aku bertugas di desa ini untuk menggantikan dokter Sakura."

.

.

.

TBC

A/N: My first fic Naruhina! Maaf kalau ada kesamaan ide dan semacamnya yah. Ini fic terpikir pas lagi baca novel soal dokter gitu hehehe. Kelanjutan fic ini tergantung dari pendapat kalian, mau lanjut atau tidak?

So, mind to review?