Love Line
Naruto belongs to Masashi Kishimoto. I didn't take any personal commercial advantages from making this fanfiction.
Warning: AU, typo(s), EyD tidak ternotice, tidak ngefeel, membosankan, etc.
.
Don't like, Don't read!
.
.
Haruno Sakura, gadis bersurai softpink yang dikaruniai prestasi yang luar biasa dalam hidupnya karena berhasil menempuh pendidikan tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah keatas selama empat tahun, serta tiga tahun untuk menyelesaikan kuliahnya disalah satu universitas terbaik se-Jepang.
Kini diumurnya yang menginjak 21 tahun, ia memulai karirnya menjadi guru di Konoha Senior High School, tetapi siapa sangka bahwa perempuan secantik dan sepintar Sakura yang hampir sempurna itu memiliki kelemahan dan kelemahannya itu adalah soal percintaan -kelemahan yang cukup lucu dan cukup mengenaskan.
Selama sepanjang hidupnya, ia tidak pernah memiliki kekasih, boro-boro memiliki kekasih, memikirkan untuk menyukai lawan jenis saja tidak pernah, orang tuanya sampai bingung melihat anak perempuannya, mereka takut Sakura jadi perawan tua karena kesenangan belajar sampai lupa usia.
Yah, begitulah anak pintar, mereka sibuk belajar sampai lupa bahwa bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang harus dipelajari tetapi belajar mencintai lawan jenis juga perlu untuk masa depan yang indah.
Sayang sekali, ia tidak diberi kesempatan untuk belajar atau merasakan rasanya memiliki kekasih. Orang tuanya yang sudah cukup merinding membayangkan anaknya akan jadi perawan tua selamanya, maka dari itu mereka memutuskan untuk menikahkan anak sematawayangnya untuk menikah dengan putra bungsu keluarga Uchiha -yang untung saja umurnya tidak terpaut jauh dengan Sakura.
Hanya terpaut 3 tahun saja. Tidak terlalu jauh, bukan?
Dan dengan terpaksa, Sakura harus menerima pernikahan yang dipaksakan dengan alasan-
"Ibu dan ayah sudah ingin menggendong cucu, Sakura"
-begitulah, Sakura ingin sekali menolak apalagi setelah ia tau siapa calon suaminya, Uchiha Sasuke. Pemuda dingin yang masih duduk di bangku SMA kelas 2.
Sungguh, Sakura ingin menolaknya, tetapi apa daya, melihat wajah orang tuanya yang sudah ngebet banget ingin mengendong cucu yang lahir dari rahim Sakura, ia tak bisa menolaknya. Lagipupa, setelah menikah ia tak akan langsung membuat anak dan anak akan langsung lahir, kan?
Semuanya butuh proses.
Apalagi jika ceritanya seperti ini, pernikahan yang dipaksakan begini, pasti prosesnya akan memakan waktu yang cukup lama, mereka harus saling mencintai dulu agar bisa melalukan itu.
.
Tingg Tongg Tengg
Bel masuk sekolah sudah berdentang hingga menggema keseluruh koridor sekolah, semua murid segera masuk kedalam kelas dengan malas. Tujuan mereka datang kesekolah itu hanya untuk bermain dan bertemu dengan teman, bukan menempuh ilmu.
Semua murid yang didalam kelas langsung terdiam saat pintu dibuka dengan tegas. Kegiatan lempar-lemparan kertas-bolpen-pensil, menjahili temannya, bermesraan dikelas, dan berteriak-teriak pun berhenti dengan sekejap.
Seorang wanita bertubuh ramping bersurai softpink melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang kelas tersebut, semua mata tertuju padanya dan langsung timbul suara bisik-bisik antar teman sebangku, mereka melontarkan pertanyaan yang sama 'siapa dia?'.
"Ohayou, minna~" sapanya ramah sembari menunggingkan senyum termanis, beberapa siswa terpesona dengan senyumnya dan beberapa siswa masih memandangnya dengan tatapan yang menyelidik.
"Kau siapa?" Tanya salah satu anak yang berambut warna pirang dengan tatapan asing.
Sakura menatap mata anak tersebut lalu berdeham pelan, "Hajimemashite, saya Haruno Sakura, umur saya 21 tahun dan saya merupakan wali kelas kalian yang baru, mohon kerja samanya!" Tetap dengan senyum yang manis, ia memperkenalkan dirinya dihadapan murid-muridnya.
"Dan tolong, gunakan seragam yang baik dan benar, anak muda." Lanjut Sakura sembari menunjuk kearah celana siswa yang bertanya tadi, celana siswa itu di lipat sampai setengah betis, seperti orang kebanjiran.
Naruto mendengus kesal, "Aku sudah menggunakan seragam dengan baik dan benar, iya kan Hinata-chan?" Ucapnya sembari mengecup pipi gadis yang duduk disebelah Naruto.
Sakura sedikit emosi tetapi karena ini hari pertamanya menjadi wali kelas dikelas ini, maka ia harus sedikit bersabar dulu, siapatau murid-muridnya hanya mengerjainya saja.
"Jangan bermesraan dikelas." Cukup dengan kata-kata tegas saja, tidak perlu menghukumnya lebih lanjut.
"Terserah kita lah, kita kan punya hak." Balas Naruto sebal sambil merangkul kekasihnya, Hinata.
Oke, emosinya sudah sampai diubun-ubun, sudah panas, "Saya ulangi, tolong jangan bermesraan dikelas!" Sakura mengedarkan pandangannya, "Dan kau, tolong lepaskan earphone-mu, kita akan memulai pelajaran!" Ucapnya dengan sedikit berteriak kesal.
Siswa berambut hitam menatap Sakura tajam dengan mata onyxnya, lalu melepaskan earphone-nya, "Cerewet sekali." Cicitnya pelan sembari berdiri lalu pergi meninggalkan kelas dengan santai, seakan-akan sekolahan ini milik neneknya sehingga ia tak perlu sungkan untuk berbuat kenakalan.
"Hei!" Teriak Sakura saat melihat muridnya yang baru saja ia tegur melenggang santai keluar kelas tanpa memperdulikannya sebagai guru.
Tanpa membuang waktu, Naruto dan juga seorang murid lainnya -yang rambutnya menyerupai buah nanas- langsung pergi dengan seenaknya menyusul si murid yang keluar pertama.
"Apa-apaan merek-"
"Maaf, apa aku terlambat?" Seorang murid berkulit pucat memasuki kelas dengan nafas sedikit terengah-engah.
"Tidak, cepatlah duduk." Sakura memijit pelipisnya pelan, pagi-pagi sudah dibuat pening melihat kelakuan anak muridnya.
Murid itu menatap Sakura sebentar, "Oh ya, aku Sai, salam kenal." Ucapnya santai seperti sedang berkenalan dengan teman sebayanya. Setelah mengucapkan itu, matanya menyelusuri seisi kelas lalu langsung balik badan keluar tanpa berbicara sepatah katapun pada Sakura.
Sakura tidak dianggap guru dikelas ini.
Ia harus bertahan dikelas ini hingga besok mereka lulus, sekilah ia teringat pada ucapan kepala sekolah sebelum ia mulai mengajar.
-flashback-
"Aku berharap kau betah menjadi wali kelas 2.1 sampai mereka lulus ya, Haruno-san." Ucap Gaara -selaku kepala sekolah sambil memberikan buku absen kelas.
Sakura sedikit bingung dengan ucapan sang kepala sekolah, "Maksud anda?"
"Ya jadi kelas 2.1 itu terkenal kelas paling nakal, tapi jika diteliti lebih dalam lagi, yang nakal itu hanya empat siswa saja, selebihnya anak baik-baik, empat siswa itu diakui yang paling berkuasa di sekolahan ini."
Sakura cengo, setau Sakura, biasanya anak kelas tiga yang berkuasa, bukan anak kelas dua seperti ini.
"Mereka sudah membuat 5 guru melakukan resign karena tidak kuat terhadap perilaku empat siswa itu, aku harap Haruno-san bisa membuat mereka naik kelas lalu meluluskan mereka tepat pada waktunya, sehingga aku tak perlu mengeluarkan surat peringatan pada mereka lagi." Kepala sekolah tersebut menatap Sakura dengan tatapan penuh harapan.
Lima guru resign? Apa mereka sangat beringas?, Sakura tambah cengo mendengar penjelasan dari kepala sekolah.
"Aku berharap kau bisa Haruno-san."
-flashback end-
xxxxxxxxxxxxxxxx
"Sai?" Sakura menatap data siswa yang berada dikomputer kerjanya, "Pemuda yang berkulit pucat yang tidak tau sopan santun." Gumamnya kesal sembari men-scroll data siswa kelas berikutnya.
"Uzumaki Naruto," ejanya pelan, "ohh jadi murid yang hobi memamerkan kemesraan didepan umum ini bernama Uzumaki Naruto, awas saja kau, Naruto." Ia berlanjut pada data siswa berikutnya.
"Nara Shikamaru, laki-laki berambut nanas yang tak banyak bicara, muka malas." Ia terus men-scroll sampai ia berhenti didata siswa yang menarik perhatiannya, ia membaca lekat-lekat data itu, "Uchi..ha."
"Haruno-san, kau tidak mau ikut makan bersama guru-guru yang lain?" Kata salah satu guru sembari menepuk bahu Sakura pelan.
"Na-Nanti saya menyusul saja."
Saking fokus membaca data siswanya, ia sampai tak sadar bahwa bel istirahat sudah berbunyi, "ahh, dasar anak SMA." tanpa menunggu lama lagi, ia segera keluar dari file yang memuat dokumen siswa 2.1 lalu mematikan komputernya.
.
"Apa menurut kalian sensei baru...siapa namanya?" Sai langsung teringat pada kejadian tadi pagi, ia lupa menanyai nama guru baru itu.
Shikamaru memangku dagunya dengan tangan kanannya, lalu menyahut malas, "Haruno Sakura."
"Ah namanya lumayan bagus, apa menurut kalian dia cantik?" Tanya Sai melanjutkan perkataanya yang sempat terpotong tadi.
Naruto berpikir sejenak, "Dia seksi, apa kau tak melihat dadanya-"
PLAK.
"Ittai!" Naruto memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan dari sahabatnya, Uchiha Sasuke.
Sasuke hanya meliriknya sekilas, "Kau sudah memiliki kekasih, pikirkan saja dada kekasihmu sendiri, dobe!"
Naruto mengerutkan keningnya, "Kenapa kau jadi cerewet begini? Biasa kalau aku seperti ini pada gadis lain kau diam saja, kenapa sekarang kau seperti ini?" Selidik Naruto dan Sasuke hanya meliriknya tajam.
"Apakah kita harus menendang guru itu keluar dari kelas kita lagi? Dia guru keenam yang jadi wali kelas kita." Celetuk Sai.
Shikamaru menguap, "Menendang? Ucapanmu terdengar kasar, Sai." Shikamaru menarik salah satu sudut bibirnya keatas.
"Kita harus tetap menyingkirkan wanita itu, sepertinya wanita itu cukup keras kepala." Sasuke menatap lurus didepannya, "Kita harus menyingkirkannya, segera." Ucapnya dengan serius lalu beranjak pergi meninggalkan yang lain yang masih berkumpul di salah satu meja kantin paling pojok.
Naruto menyenggol Shikamaru, "Apa kau menangkap ada yang aneh dengan anak itu?"
"Tidak tau. Apa?" Respon Shikamaru cepat, ia malas berpikir.
Naruto menjitak kepala Shikamaru, "Pikir dulu dong, baru jawab, jangan langsung jawab, percuma IQ lebih dari 200 kalau tidak dipakai." Cibir Naruto kesal.
"Masa bodo ah, ini berasal dari keturunan, tenang saja, IQ-ku tak akan bisa hilang." Shikamaru beranjak berdiri lalu merenggangkan otot-ototnya seberntar.
"Mau kemana?"
"Mau tidur dikelas, aku mengantuk."
Sekarang di meja kantin tempat biasa mereka nongkrong hanya tersisa Sai dan Naruto, "Sebenarnya ada apa dengan Sasuke ya? Kok tingkahnya hari ini aneh, dia agak cerewet." Ucap Naruto yang masih heran apa yang terjadi pada Sasuke itu.
"Mungkin dia sedang dilanda hutang."
"Tak mungkin, keluarga Uchiha dilanda hutang, yang ada keluarga Uchiha dilanda banjir uang."
Sai terkekeh mendengar ucapan Naruto, lalu sekilas terbesit ucapan Sasuke tentang menyingkirkan Haruno Sakura dari kelas.
xxxxxxxxxx
Sakura merebahkan tubuhnya di sofa yang berada diruang tengah, ia menatap lurus televisi yang sedang menanyangkan berita didepannya, pikirannya melayang kemana-mana, ia tak fokus melihat berita itu lalu mematikannya.
Ia terus melamun sampai ia mendengar ada seseorang yang membuka pintu depan dan dengan cepat ia langsung bangkit lalu menyambut orang yang baru saja masuk tersebut.
"Okaer-"
"Cepat resign dari sekolahanku."
Huh?
Setelah berkata tersebut, Sasuke segera pergi kedalam kamarnya tidak memperdulikan Sakura yang masih bengong didepan. Sekilah terbesit wajah Sasuke saat kejadian tadi pagi dikelas -saat ia pergi dari kelas- tatapan matanya sama, menampakan ketidaksukaan.
Ia berjalan kearah sofa kembali dengan lesu, kemudian mengusap wajahnya sedih, kenapa ia harus terlibat perjanjian yang sakral dengan Uchiha Sasuke yang sama sekali tidak menghargainya sebagai istrinya-ahh, dihargai bahwa Sakura perempuan saja tidak apalagi dihargai sebagai istrinya.
Mereka sudah resmi menikah sejak 3 bulan yang lalu dan sejak saat itu juga penderitaan Sakura sudah dimulai.
Sakura menganggap bahwa pilihan ayah dan ibunya selalu yang terbaik, ia berharap dari pernikahan yang dipaksakan seperti ini akan membawa kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan tapi ternyata kenyataan itu tidak sejalan seperti yang diharapkan.
Kenyataan sangat pahit.
Sakura sangat tersiksa hidup berdua dengan Sasuke, ya walaupun sebenarnya ia tau kenapa Sasuke tidak menyukai pernikahan ini, lagipula umurnya sangat muda untuk melakukan pernikahan dengan wanita yang sudah berkepala dua ini.
Setiap hari, Sasuke mendiamkannya, membiarkannya, ia bersikap acuh tak acuh dan tak jarang Sasuke memperlakukan Sakura sebagai pembantu, menyuruhnya untuk ini itu dan segalanya.
Sakura menangis dalam diam, ia tak pernah berpikir dengan otak jeniusnya bahwa kehidupan berkeluarga yang akan ia jalani sangat menyakitkan.
Sampai kapan ia harus bertahan?
Tapi bagaimanapun juga, ia harus tetap berusaha mencintai Sasuke walaupun awalnya harus sesakit ini.
.
TBC
.
Waaa prolog nya sangat panjang yaa...
Banyak typo kah? Maaf ya, ini ide sudah terpendam diotak sejak sebelum un sampai sekarang baru bisa tersalurkan, kalau ini membosankan maaf ya, apalagi kalau terlihat ooc aku minta maaf bangettt...
Aku harap kalian suka, jangan lupa review-nyaa ^^
