Deretan alfabetis diketuk di atas papan ketik sejak beberapa jam lalu, tampaknya tombol backspace lebih mendominasi, karena kemanfaatan waktu yang digunakan mencapai keefisienan hanya sepuluh persen. Otaknya dipaksa untuk bisa merangkai kata, namun hanya sebuah kesalahan yang ia torehkan, ketika sebaris kalimat yang sepersekian detik termuntahkan di layar komputer portabel lusuh. Disusul dengan tekanan tombol hapus, semuanya kembali menghilang.
Jadi?
Hanya 'Kata Pengantar' yang mampu ia ketik semenjak dua jam setengah lalu bersama segelas kopi yang sudah tandas. Tidak berfaedah.
Helaan nafas lebih sering keluar ketimbang lontaran do'a. ia sudah lelah, baik jiwa maupun raga.
Judul skripsi baru disetujui tadi siang, ia sudah kelewat senang dan dengan tekad mulia, berniat menyelesaikan tugas akhir tersebut dalam kurun waktu satu bulan. Mengenyampingkan tugas-tugas lain dan kebutuhan tidur setiap harinya. Bahkan beberapa produk kopi menjejali kantung belanjanya tadi siang.
Menyusun skripsi tak semudah mencaci maba.
"Gusti, apa salah hamba?" ia malah mengeluh.
Kamar kosan sepetak lima kali empat yang berantakan, membuatnya sumpek seketika. Mengaktifkan fitur internet dan membuka aplikasi instagram dari layar ponsel adalah pengalih stress. Persetan dengan kuotanyanya yang sekarat.
Scroll.
Tidak ada yang menarik.
Nekat membuka instastory, ia seratus persen tidak peduli dengan kuota.
Hanya update mengenai kesenangan, foto makanan, liburan dan kebahagiaan duniawi yang diposting beberapa jam yang lalu. Tidak ada yang istimewa, kesemuanya hanya makin menggarami perasaan lelaki malang yang menderita dalam penyusunan skripsi. Seketika ia merasa hidup tidak adil.
Kegiatan tidak mulianya terinterupsi dengan suara pintu yang dibuka tidak sabaran dari luar, di susul kepala merah muda menyembul dengan cengiran.
"Ta, minjem helm lo dong!"
Ia nyaris latah. Untung cepat mengelus dada.
"Goblok, kalo masuk ketok dulu kek!"
"Lagian udah malem begini kamar lo gak dikunci aja – eh gue masuk ya?" dengan kurang ajar, lelaki itu masuk dan mendudukan dirinya diatas tempat tidur kebanggan Takada kenta sambil memakai sepatu.
Sepatunya masuk kamar.
Sepatu kotor itu menginjak lantai yang tadi siang sudah di pel.
Takada Kenta resmi murka.
"Eh, kobokan warung nasi. Punya mata gak lo? Itu lantai udah bersih lo injek-injek seenak jidat. Ngajak berantem?"
Yang dimarahi, kicep.
Helm yang ia pegang, di benturkan ke kepalanya.
"Anjir Kenta, sakit WOI!"
Surai merah muda di elus-elus, menunduk defensif.
"Pergi lo dari kamar gue, Daniel geblek! Nih bawa helmnya, kalo lo besok pagi gak balik lagi buat ngepel kosan gue, gue potong tuh gigi!"
Memang dasarnya, Kang Daniel itu terlahir masokis, sebelum melengang pergi dari kamar sumpek itu, ia masih sempat menggoda.
"Galak amat sih, cantiknya ntar ngilang..."
"MUSNAH!"
Lagi pula orang gila mana yang meminjam helm tengah malam hanya untuk pergi ke warung nasi yang berjarak sepuluh meter dari blok kos-kosan.
Mending kalau pakai motor.
Ini helmnya doang.
"Takut di tilang –" katanya.
Ong Seungwoo, tetangga kosannya yang lain. Memiliki substansi kegilaan yang sama. Dimana mereka berdua mendeklarasikan diri sebagai "Dua Rendang" Keren dan Menendang. Selalu siap sedia menemani kemana Kang Daniel pergi.
Tidak penting memang.
Jadi?
Hanya 'Kata Pengantar' yang mampu ia ketik semenjak dua jam setengah lalu bersama segelas kopi yang sudah tandas. Tidak berfaedah.
Helaan nafas lebih sering keluar ketimbang lontaran do'a. ia sudah lelah, baik jiwa maupun raga.
Judul skripsi baru disetujui tadi siang, ia sudah kelewat senang dan dengan tekad mulia, berniat menyelesaikan tugas akhir tersebut dalam kurun waktu satu bulan. Mengenyampingkan tugas-tugas lain dan kebutuhan tidur setiap harinya. Bahkan beberapa produk kopi menjejali kantung belanjanya tadi siang.
Menyusun skripsi tak semudah mencaci maba.
"Gusti, apa salah hamba?" ia malah mengeluh.
Kamar kosan sepetak lima kali empat yang berantakan, membuatnya sumpek seketika. Mengaktifkan fitur internet dan membuka aplikasi instagram dari layar ponsel adalah pengalih stress. Persetan dengan kuotanyanya yang sekarat.
Scroll.
Tidak ada yang menarik.
Nekat membuka instastory, ia seratus persen tidak peduli dengan kuota.
Hanya update mengenai kesenangan, foto makanan, liburan dan kebahagiaan duniawi yang diposting beberapa jam yang lalu. Tidak ada yang istimewa, kesemuanya hanya makin menggarami perasaan lelaki malang yang menderita dalam penyusunan skripsi. Seketika ia merasa hidup tidak adil.
Kegiatan tidak mulianya terinterupsi dengan suara pintu yang dibuka tidak sabaran dari luar, di susul kepala merah muda menyembul dengan cengiran.
"Ta, minjem helm lo dong!"
Ia nyaris latah. Untung cepat mengelus dada.
"Goblok, kalo masuk ketok dulu kek!"
"Lagian udah malem begini kamar lo gak dikunci aja – eh gue masuk ya?" dengan kurang ajar, lelaki itu masuk dan mendudukan dirinya diatas tempat tidur kebanggan Takada kenta sambil memakai sepatu.
Sepatunya masuk kamar.
Sepatu kotor itu menginjak lantai yang tadi siang sudah di pel.
Takada Kenta resmi murka.
"Eh, kobokan warung nasi. Punya mata gak lo? Itu lantai udah bersih lo injek-injek seenak jidat. Ngajak berantem?"
Yang dimarahi, kicep.
Helm yang ia pegang, di benturkan ke kepalanya.
"Anjir Kenta, sakit WOI!"
Surai merah muda di elus-elus, menunduk defensif.
"Pergi lo dari kamar gue, Daniel geblek! Nih bawa helmnya, kalo lo besok pagi gak balik lagi buat ngepel kosan gue, gue potong tuh gigi!"
Memang dasarnya, Kang Daniel itu terlahir masokis, sebelum melengang pergi dari kamar sumpek itu, ia masih sempat menggoda.
"Galak amat sih, cantiknya ntar ngilang..."
"MUSNAH!"
Lagi pula orang gila mana yang meminjam helm tengah malam hanya untuk pergi ke warung nasi yang berjarak sepuluh meter dari blok kos-kosan.
Mending kalau pakai motor.
Ini helmnya doang.
"Takut di tilang –" katanya.
Ong Seungwoo, tetangga kosannya yang lain. Memiliki substansi kegilaan yang sama. Dimana mereka berdua mendeklarasikan diri sebagai "Dua Rendang" Keren dan Menendang. Selalu siap sedia menemani kemana Kang Daniel pergi.
Tidak penting memang.
Moodnya sudah diinvasi oleh rasa kantuk. Alhasil komputer portabel yang masih melantunkan lagu Jeketi, bersuara tanpa didengar. Lupa dimatiin.
Lembaran kertas dijadikan bantal, dan resmi menyelam ke alam mimpi ketika jam menunjukan pukul 01 lewat tiga menit.
...
A/N: Hello, im newbie in this fandom hahahahaha. Menulis random tengah malam, dan berhasil menjadi tulisan tydack mendydyck seperti ini Orz sebenernya lebih cocok di sebut draft ketimbang cerita. but, why not? hanya untuk mengisi kekosongan kegiatan saya... (padahal bentar lagi uas). Seriously, i need more 101 fiction huhuhuhu.
salam hangat,
- Shota Hunterz :)
