Tittle :: A Little Thing Called Love
Main Cast :: Choi Siwon / Kim Kibum
Other Cast :: YunJae, Kyumin, HaeHyuk.
Author :: Kang Rae Mi + Arika Hwang
Annyeong... ^_^ Kang Rae Mi imnida. hai! hai sayangku (read: readers). kangen sama aku nggak? kangen kan? hahahaha.. I know it :D (narsis amat gw. whatever lah :D) kali ini Mi coba buat fict Sibum GS. sebenernya ini fict buatan berdua. Mi, sama dongsaeng Mi, namanya Arika. noh, namanya juga Mi cantumin.
sebenernya ini mau dibuat oneshoot, alias langsung habis. tapi nggak jadi. Mi buat twoshoot aja deh :D
Oke, kayaknya pidato kenegaraan Mi udah kepanjangan. at last Don't like don't read, no bashing, no copas :D kalau au copas, permition dulu :D
HAPPY READING ^_^
.
A LITTLE THING CALLED LOVE
.
.
Kibum Pov
Akhirnya, setelah menunggu begitu lama, pelajaran yang sangat kutunggu tiba juga, biologi. Sebenarnya, aku tidak begitu menyukai biologi, hanya saja karena hari ini praktikum, jadi aku sedikit menantikan pelajaran ini. Aku menngeluarkan semua bahan praktikum yang udah kubawa dari rumah. Aku menata lagi dan menyiapkan sedikit bahan untuk praktikum nanti dibantu dengan Eunhyuk, teman sebangkuku.
Perlu kalian tahu, Eunhyuk adalah kekasih guru biologi kami, Lee Donghae seongsaenim. Dan beruntunglah Eunhyuk, ia tidak perlu membawa banyak bahan untuk praktikum. Karena Donghae seongsaenim sudah berbaik hati membawakannya.
"Heyo, yeojya jelek!" seru sebuah suara dari orang yang amat kubenci, Choi Siwon. Dia paling suka mengataiku jelek. Apa, sih, masalahnya denganku. Kenapa suka sekali mengataiku jelek. Kalau aku memang jelek, lalu apa pedulinya? Aku diam saja mengacuhkannya. Untuk apa aku meladeni orang gila sepertinya.
Bukannya berhenti menggangguku, Siwon malah menarik kuncir rambutku sampai terlepas.
"Ya! Choi Siwon!" sentakku.
"Mwo?" ledeknya sambil mengacungkan ikat rambutku. Aku maju untuk mengambil kuncir rambutku, tapi Siwon berkelit dan lari keluar dari kelas.
"Gwaenchanayo, Kibummie?" tanya Eunhyuk khawatir.
"Ne, gwaenchana. Kajja, kita ke lab. Seongsaenim pasti sudah menunggu."
Sialan kau Choi Siwon, beraninya kau meledekku. Siwon melambai-lambaikan kuncir rambutku seolah mengejekku. Tanganku mengepal di atas rok seragamku.
"Kibum-ssi, bisakah kau mengikat rambutmu. Akan lebih rapi jika kau mengikatnya." Tegur Donghae seongsaenim. Sial. Perlu diketahui, Donghae seongsaenim menyukai kerapihan. Sejak pertama masuk dikelas kami, ia melarang semua murid perempuannya yang berambut panjang menggerai rambut mereka. Ia menyuruh semua muridnya untuk mengikat rambut panjang mereka. Termasuk yeojyachingunya.
Aku merogoh saku rokku mencoba mencari kuncir cadangan yang biasa kubawa. Aish, tertinggal dikelas. Terpaksa aku hanya memasukkan rambutku kedalam kemeja seragam ku. Aku tahu ini tidak berpengaruh banyak. Tapi setidaknya Donghae seongsaenim diam. Tunggu pembalasanku nanti Choi Siwon.
Aku beralih pada Sungmin, rekan satu timku. Sungmin sedang asyik mengamati penampang salah satu daun yang kubawa dengan menggunakan mikroskop. Aku menggeser kursiku sedikit lebih dekat dengan Sungmin dan mencondongkan tubuhku.
"Sungmin-ah, bolehkan aku mencoba mengamatinya?" pintaku dengan suara pelan.
Sungmin menoleh dan mengamatiku sejenak. Terutama pada beberapa helai rambutku yang jatuh mengenai pipiku. "Aish, bagaimana bisa kau mengamati dengan rambut seperti itu."
Aku menegakkan kembali tubuhku. Benar, memang sulit bekerja dengan rambut tidak rapi seperti ini. Tiba-tiba seseorang memegang pundakku. Aku menoleh, ternyata Eunhyuk.
"Kalau kau mau, kau bisa memakai kuncir rambutku." Bisiknya sambil tersenyum. Eunhyuk menaruh kuncir rambutnya didekatku.
"Lalu kau bagaimana?"
"Tenang saja. Hae tidak akan berani marah padaku." jawabnya sambil tersenyum dan sedikit melirik kearah meja guru. Walau sedikit ragu, aku mengambil kuncir rambut Eunhyuk dan memakainya.
"Gomawo." Ucapku tulus. Eunhyuk mengacungkan kedua jempolnya sebagai jawaban. Aku kembali mencoba mengamati daun di mikroskop, tapi kali ini dengan Eunhyuk.
Dua jam pelajaran biologi selesai juga. Setelah membereskan meja yang tadi kupakai, aku mengikuti rombongan kelasku keluar dari laboratorium. Aku mendekati Eunhyuk yang berjalan bersama Donghae seongsaenim.
"Kuncir rambutmu bagus. Aku menyukainya. Gomawo sudah meminjamiku." Ucapku. Eunhyuk menerima kembali kuncir rambutnya dan memasukkannya di saku seragamnya.
"Lain kali jangan lupa ikat rambutmu, Kibum-ssi." Nasehat Donghae seongsaenim.
"Ne, Seongsaenim." Jawabku tulus.
"Kajja, Hyukkie." Donghae seongsaenim menggiring Eunhyuk pergi. Sebaiknya aku juga segera kembali ke kelas. Saat hendak menuruni tangga, sebuah tangan menghentikanku. Aku berhenti dan memandang kebelakang. Choi Siwon? Mau apa dia? Kenapa wajahnya tampak tidak senang.
"Kenapa kau memakai kuncir rambut Eunhyuk? Kenapa tidak meminta milikmu padaku?" tanyanya.
"Memangnya kau akan memberikannya jika aku meminta kuncir itu?" ketusku. Aku menarik tanganku dan berjalan menuruni tangga. Seenaknya saja. Aku melirik jam tanganku, jam istirahat belum selesai sepenuhnya. Sebaiknya aku menemui orang itu.
"EONNIE!"
"Ohok! Ohok! Ya! Kibummie, bisakah kau tidak berteriak-teriak? Telingaku bisa tuli, kau tahu." pekik Jaejoong eonnie setelah terbatuk karena mendengar teriakanku. Aku mengacuhkan ucapannya dan duduk di kursi kosong di depan Jaejoong eonnie.
"Ya! Kenapa kau duduk disana? Itu kursi Yunnie." Pekik Jae eonnie saat aku duduk di kursi Ketua OSIS. Ya, sekarang aku memang sedang berada di ruang OSIS. Dan kekasih Jae eonnie, Jung Yunho, adalah Ketua OSIS di sekolah ini. Aku diam saja dan memasang wajah cemberut. "Kenapa lagi denganmu?"
"Eonnie, aku membenci sepupumu yang menyebalkan itu." Dengusku. Jae eonnie adalah kakak sepupu Siwon. Aku heran bagaimana bisa Jae eonnie yang manis –walau terkadang galak– bisa memiliki sepupu semenyebalkan Siwon.
"Ne, aku tahu. Kau sudah mengatakannya ratusan kali sejak aku mengenalmu. Sekarang apa lagi?" kata Jae eonnie. Belum sempat aku buka mulut untuk bercerita, pintu ruang OSIS terbuka. Kukira yang akan datang adalah Yunho oppa, ternyata adalah seseorang yang sedang kubicarakan. Siwon mendekati Jae eonnie dan duduk bersandar pada Jae eonnie dengan manjanya.
"Noona..." panggilnya manja. Aku berdecih dan memutar mataku melihat kelakuannya.
"Mwo?" tanya Jae eonnie.
"Kenapa yeojya jelek itu ada disini?" tanyanya lagi sambil menunjukku. Aku melotot padanya.
"Aish, kau ini! Berhentilah mengatai Kibum jelek. Sudah, aku tidak mau tahu. Kalian harus berbaikan. Terserah bagaimana cara kalian. Asal, jangan sampai ruangan ini hancur." Jaejoong eonnie berdiri dan berjalan menuju pintu.
"Ya! Noona!" teriak Siwon, luntur sudah semua sikap manjanya. Tapi Jae eonnie tidak peduli dan tetap keluar ruangan. Sekarang tinggal aku dan Kuda jelek ini disini. Aku berjalan mendekati Siwon.
"Kembalikan kuncirku." Tagihku.
"Tidak ada padaku." elaknya.
"Jangan berbohong."
"Aku tidak berbohong, Kibummie.." elaknya sambil memanggil namaku dengan nada merajuk.
"Jangan memanggilku seperti itu. Cepat kembalikan!"
"Sudah kubilang tidak ada padaku. kalau tidak percaya, cek saja." Siwon merentangkan tangannya mempersilahkan aku untuk mengecek dirinya. Tanpa buang waktu, ku geledah seluruh badannya. Awalnya aku juga berniat menggeledah celananya juga, tapi aku malu. Ku urungkan niatanku dan menarik tangaku yang berada di sabuknya.
"Kenapa tidak menggeledah celanaku juga?' godanya sambil menyeringai.
"Tidak usah. Tidak perlu." Ucapku sambil membuang muka. Aish, dimana dia menyembunyikannya. Itu sangat berharga untukku. Itu pemberian nenekku. Aish, sialan kau Choi Siwon. Ya sudah, ku ikhlaskan saja. Aku berbalik meninggalkan Siwon. Baru dua langkah, Siwon sudah memanggilku kembali.
"Akan ku kembalikan, dengan satu syarat. Kau menjadi asistenku." Ujarnya.
Apa dia gila? Asistennya?
"Apa kau gila? Kau belum bekerja, untuk apa kau butuh asisten? Memangnya kau orang terkenal?" sentakku.
"Hei, begini-begini aku juga sibuk. Banyak tugas di OSIS dan tugas sebagai ketua kelas." Elaknya.
"Itu sudah konsekuensimu."
"Aku juga manusia, Kim Kibum. Aku juga membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugasku."
"Tapi kenapa harus aku?"
"Karena hanya kau yang mampu."
Ck! Mau bagaimana lagi. Kuterima saja. "Baiklah, aku menerimanya. Apa tugas pertamaku?"
Siwon tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai. Ia menegakkan tubuhnya. "Aku ingin kau menghadiri rapat untuk festival sekolah. Kau bisa mengambil materi rapat di laci mejaku."
"Tidak masalah. Kapan rapatnya dimulai?"
"Biar kulihat dulu." Ia melihat jam tangannya dan menyeringai lagi. Kenapa orang ini senang sekali menyeringai, sih? Seperti adikku saja. Ia mendongak memandangku. "Sekarang."
"Mwo?"
Tanpa membuang waktu aku berlari keluar ruang OSIS dan kembali ke kelas untuk mengambil materi rapat. Setelahnya aku berlari menuju ruang rapat. Bisa dipastikan, aku sudah pasti terlambat.
Haah.. akhirnya selesai juga. Ternyata tidak seburuk yang kukira. Rapat kali ini lumayan menyenangkan juga. Hasil rapat hari ini, setiap kelas diwajibkan membuat sebuah proposal tentang hal yang akan mereka tampilkan saat festival. Karena aku tahu tugas membuat proposal itu pasti akan dijatuhkan padaku, maka, tanpa perlu menawarkan diri, aku sudah merelakan diri untuk membuat proposal itu.
'Kelas kita diminta membuat proposal untuk festival. Tenang saja, tanpa kau suruh, aku akan mengerjakannya. Kibum.'
Aku mengirim pesan pada Siwon. Karena saat aku kembali ke kelas, batang hidungnya tidak terlihat sama sekali. Pasti ia masih berada di ruangan Yunho oppa.
Kibum Pov End
Siwon Pov
'Kelas kita diminta membuat proposal untuk festival. Tenang saja, tanpa kau suruh, aku akan mengerjakannya. Kibum.'
Hwaaa...! Kibum mengirimiku pesan. Senangnya. Sudah lama aku berharap Kibum mau mengirimiku pesan, sekadar mengatakan 'Annyeong' tidak masalah. Aku memang sudah lama menyukai Kibum. Hanya saja aku bingung harus bagaimana jika di dekat Kibum. Akhirnya kuputuskan untuk selalu menggoda dan menganggunya. Walau respon yang Kibum berikan lebih bersifat sinis. Tapi tak masalah bagiku.
Aku membaca pesan Kibum sekali lagi dan kembali terlonjak karena senang. Saking senangnya, aku bahkan sampai memeluk Jaejoong noona dengan erat.
"Ohok! Ohok! Si-won se-sak. Ohok!" ujar Jae noona terbata.
"Eh? Mian, Noona." Aku melepas pelukanku pada Jae noona. Jae noona memegang dadanya yang terlihat naik turun karena nafasnya tersenggal-senggal.
"Ya! Kau ini apa-apaan? Mau mencoba membunuhku?" ejek Jae noona.
"Mian, Noona. Aku sedang senang. Kibummie mengirimiku pesan." Rengekku.
"Mwo?" mata Jae noona melotot. Kenapa melotot?
PLETAK!
"Aaaww! Sakit, Noona. Kenapa memukulku?" tanyaku.
"Kau memelukku sampai hampir mati hanya karena pesan dari Kibum? Kau ini. Memangnya apa yang Kibum kirimkan padamu?"
Aku menyerahkan ponselku pada Jae noona. Jae noona membacanya dengan cepat kemudian membalasnya.
"Noona-ah, apa yang kau tulis?" tanyaku saat Jae noona mengembalikan ponselku.
"Aku mengatakan kalau kau akan menemuinya dikelas." Jawab Jae noona.
"Kapan?"
"Sekarang."
Tanpa banyak bicara, aku berlari keluar dari ruangan Yunho hyung dan menuju kelasku. Aish, Noona, kenapa kau menjawab pesan Kibum seenaknya. Semoga Kibum belum pulang.
"Kim Kibum!" panggilku saat sampai di pintu kelas dengan nafas tersenggal. Kibum menoleh padaku. Untung dia belum pulang. Aku mendekati mejanya dan memandangnya sebentar.
"Waeyo?" tanyanya. Mungkin heran karena aku hanya memandanginya saja.
"A-ni. Kau be-lum pu-langh?" tanyaku.
"Tentu saja belum. Kau menyuruhku menunggu dikelas. Cepat katakan ada apa."
"Tolong buatkan proposal itu dengan baik." Aku mencoba bicara dengan benar.
"Tanpa kau suruh pun aku akan mengerjakannya." Kibum berdiri dan berjalan meninggalkanku.
"Ckckck. Tidak sopan, Kim Kibum. Pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan."
Kibum berhenti dan menghempuskan nafas sekali. Ia berbalik dan mengucapkan salam padaku kemudian melanjutkan langkahnya. Sungguh gadis yang menarik. Eh tunggu, ini sudah sore, kenapa dia pulang sendirian. Pabboya, Choi Siwon. Aku menyahut tasku dan berlari mengejar Kibum.
"Kim Kibum tunggu!" teriakku.
"Apa?"
"Biar kuantar pulang." Kataku.
"Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri." Tolaknya.
"Ini sudah sore. Tidak baik kau pulang sendirian. Sudah, ayo, kuantar kau pulang." Tanpa menunggu persetujuan Kibum, aku mearik tangannya dan mengantar Kibum pulang dengan motorku.
Siwon Pov End.
Kibum Pov.
"Aku pulang." Ujarku saat memasuki rumah.
"Ne, selamat datang." Balas Umma dari arah dapur. Pasti sedang memasak. Aku putuskan untuk langsung ke kamar saja.
"Kibummie, mau mandi dulu atau makan malam dulu? Sebentar lagi masakannya siap." Lanjut Umma saat akau menaiki tangga menuju kamarku.
"Aku mandi saja dulu, Umma." Jawabku.
Sampai di depan kamar, aku merasakan sedikit hawa tidak enak. Pasti anak itu ada di kamarku lagi. Semoga dia tidak menghancurkan kamarku. Aku memegang gagang pintu dan membukanya. Lampu kamar mati karena memang belum kuhidupkan. Aku maju selangkah dan meraba saklar lampu yang ada di dinding. Lampu menyala, dan tepat saat itu Kyuhyun keluar mengagetkanku dengan topeng setannya. Tapi karena aku sudah memperkirakan hal ini, jadi aku tidak kaget.
"Kok Noona tidak kaget, sih?" tanya Kyuhyun. Aku menyeringai.
"Karena aku sudah kebal dengan semua kelakuanmu, Kyu. Minggir, aku mau masuk." Kyuhyun sedikit bergeser. Aku melangkah menuju ranjangku dan melempar tas sekolahku keatasnya. Tanpa permisi Kyuhyun melompat keatas ranjangku dan tiduran diatasnya.
"Hei, kau bisa merusak sepreinya, Kyu. Cepat turun! Aku mau mandi." Usirku.
"Tidak mau. Noona harus menceritakan dulu padaku tentang Sungmin noona. Bagaimana dia hari ini? Cantik?" tanya Kyuhyun penasaran. Sejak Kyuhyun tidak sengaja menemukan fotoku bersama Sungmin di ponselku, ia jadi sering bertanya padaku tentang gadis itu padaku.
"Cantik. Sudah sana keluar." Aku menari tangan Kyuhyun. Berhasil, ia mau bangun.
"Lalu bagaimana lagi? Ayo, ceritakan, Noona." Paksanya.
"Shireo! Aku mau mandi! Keluar sana!" aku mendorong badan Kyuhyun sampai ke luar kamar.
"Noona.."
"Umma...! Kyuhyun menggangguku!" teriakku.
"Kyunnie! Jangan ganggu Noona-mu. Kemari dan bantu Umma, sebentar lagi Appa pulang!" teriak Umma dari bawah. Kyuhyun menatapku kesal. Aku hanya mengangkat alisku dan menyuruhnya pergi. Dengan wajah ditekuk, Kyuhyun pergi dari kamarku. Aku menutup pintu dan bersiap untuk mandi.
Drrrrtt... Drrrrtt...
Getaran dari ponselku, menghentikan kegiatanku mencari baju ganti. Aku mengambil ponselku yang kuletakkan di meja riasku. Dari Siwon. Apa lagi sekarang?
'Annyeong, Kibum, apa kau sibuk?'
Dia mengirimiku pesan hanya untuk menanyakan aku sibuk atau tidak? Kenapa dengan orang ini. Aku menutup aplikasi di ponselku dan kembali meletakkannya di meja rias. Aku malas membalasnya. Nanti saja setelah aku selesai belajar. Sebaiknya sekarang aku mandi dan makan malam. Bukankah Umma bilang sebentar lagi Appa pulang.
Makan malam hari ini sedikit berbeda dengan makan malam biasanya. Hari ini Umma memasak banyak makanan. Terutama masakan kesukaan kami. Maklum, hari ini Appa pulang dari dinasnya diluar kota. Appa pulang tepat saat aku menuruni tangga terakhir untuk menuju ruang makan. Kyuhyun yang berada diruang tengah langsung berlari membukakan pintu sampai hampir menjatuhkan vas kesayangan Umma.
Dan setiap Appa pulang dari dinasnya, Appa selalu membawakan kami banyak barang. Dan lihatlah, sekarang ruang tengah kami berisikan berbagai tas dan oleh-oleh dari Appa.
"Noona, malam ini kau sibuk tidak?" tanya Kyuhyun.
"Waeyo?"
"Bisa bantu aku menyelesaikan tugas geografiku?" tanyanya.
"Mianhae, aku ada banyak tugas hari ini." Tolakku. Wajah Kyuhyun langsung merengut. Aku tahu ia kehilangan kesempatan bertanya tentang Sungmin padaku.
"Aku sudah selesai, aku naik dulu, ne?" izinku pada semua orang di ruang makan.
"Kibummie, jangan lupa ambil oleh-olehmu." Kata Appa.
"Ne, Appa, gomawo." Ujarku. Aku keluar ruang makan dan mengambil beberapa tas kertas bertulisakan namaku untuk kubawa ke kamarku.
Dikamar, semua oleh-oleh dari Appa, kuletakkan disamping tempat tidurku. Kuambil ponselku di meja rias, ternyata ada sebuah pesan masuk. Lagi-lagi dari Siwon.
'Kau sibuk, ya? Sedang membantu Umma atau mengerjakan proposal? Jangan tidur terlalu malam.'
Apa yang salah dengan Siwon. Kenapa tiba-tiba dia jadi perhatian padaku. Aku menutup pesan dari Siwon dan menulis sebuah pesan baru untuk Jae eonnie.
'Eonnie, kau apakan adik sepupumu?'
Aku baru akan meletakkan ponselku, ternyata Jae eonnie sudah membalas pesanku. Cepat sekali.
'Memangnya ada apa? Kau bertengkar lagi dengannya?'
'Aniyo, hanya saja, tiba-tiba dia begitu baik padaku.'
'Mungkin dia menyukaimu.'
Pesan terakhir dari Jae eonnie membuat jantungku sedikit berdebar lebih kencang. Siwon menyukaiku? Ah, tapi itu masih kemungkinan. Lagipula, jika Siwon memang menyukaiku, apa yang akan terjadi? Aku menyukainya juga? Belum tentu. Sudahlah, sebaiknya aku segera mengerjakan tugasku. Aku tidak mau mengantuk di sekolah hanya karena tidur terlalu malam.
Kibum Pov End
Siwon Pov
Aku terus guling-gulingan di kasurku. Sejak tadi Kibum belum membalas pesanku. Kenapa tidak membalas pesanku? Apa dia sibuk? Sibuk apa? Seingatku, hari ini tidak banyak tugas. Atau jangan-jangan dia sibuk membuat proposal untuk festival. Aish, aku bingung. Lebih baik aku bertanya pada Jae noona.
Aku keluar kamar dan menuruni tangga rumahku. Aku sedkit mengintip di ambang pintu dapur. Ternyata Jae noona sedang memasak dengan Umma. "Sssst! Noona!" panggilku.
Umma dan Jae noona menoleh kearahku dengan pandangan heran.
"Sini." Aku mengisyaratkan Jae noona untuk mendekatiku. Jae noona berpikir sebentar sebelum mendatangiku di ambang pintu.
"Mwo?" tanyanya.
"Noona, noona sibuk tidak?" tanyaku pelan.
"Kelihatannya?"
"Ah, Noona, aku ingin bertanya, sebagai yeojya, apa yang noona lakukan jam-jam segini?" tanyaku lagi.
"Hmm... kalau aku, aku akan membantu Ahjumma memasak, atau kalau tidak bersiap untuk makan malam. Memangnya kenapa?"
"Jadi dia sibuk membantu ibunya, ya?" bisikku pada diriku sendiri.
"Nuga bappeun inga?" tanya Jae noona. Aku tidak menjawab pertanyaan Jae noona dan berlari kemabli ke kamarku. "Ya! Choi Siwon!"
Dikamar aku langsung mengambil ponselku dan mengirimi Kibum pesan.
'Kau sibuk, ya? Sedang membantu Umma atau mengerjakan proposal? Jangan tidur terlalu malam.'
Siwon Pov End
Kibum Pov
Ah, akhirnya selesai juga. Jam berapa sekarang? Ommo! Jam sebelas malam. Aku harus segera tidur. Kalau tidak, aku bisa mengantuk besok. Dengan cepat aku segera menumpuk semua buku pelajaranku dan merapikannya. Meja belajarku sudah rapi, aku beralih pada oleh-oleh dari Appa, kubereskan besok saja. Aku berganti pakaian dan bersiap tidur. Tapi kenapa ada yang terasa megganjal. Aku memperhatikan seluruh sudut kamarku. Mataku berhenti pada ponselku yang sekarang berada di meja samping kasurku. Ada apa dengan ponselku. Ah! Siwon!
Aku meraih ponselku dan segera menulis pesan untuk Siwon. Semoga tidak mengganggu tidurnya. Tapi, tunggu dulu. Kenapa aku bersemangat membalas pesan Siwon. Ah, sudahlah. Biarkan saja. Aku menyelinap kebawah selimut hangatku. Saat aku akan memejamkan mataku, ponselku bergetar. Sebuah pesan.
'Kau belum tidur? Ini sudah jam sebelas. Kenapa belum tidur? Jangan tidur terlalu malam. Tidak baik untuk kesehatanmu'
Ah, manisnya. Kau tahu, aku lumayan menyukai dirimu yang manis, daripada dirimu yang sering mengejekku. Aku segera membalas pesannya.
'Aku baru saja akan tidur. Aku baru menyelesaikan proposal untuk festival. Kau sendiri? Kenapa belum tidur?'
'Mwo? Kau begadang hanya untuk proposal itu? Aigoo.. ini sudah jam sebelas malam, Kim Kibum. Segeralah tidur. Besok ku traktir makan siang di kantin sebagai ucapan terima kasihku. Dan aku tidak ingin mendengar penolakan. Jaljayo, Kim Kibum '
Hahaha... aku membayangkan bagaimana paniknya dia saat mengetahui aku belum tidur untuk menyelesaikan proposal itu. Pasti sangat lucu. Eh? Kenapa aku jadi memikirkannya? Sudahlah, jangan dipikirkan. Cepat tidur, Kim Kibum.
Kibum Pov End
Siwon Pov
Drrrrtt... Drrrrtt...
Aish! Siapa yang menelpon malam-malam begini? mengganggu orang tidur saja. Tanpa membuka mata, aku meraba meja di samping ranjangku dan mengambil ponselku. Aku menekan tombol –yang kuyakini– berwarna hijau dan menempelkannya di telingaku.
"Yeoboseyo." Jawabku parau. Tapi tidak ada suara.
"Yeoboseyo" ulangku lagi. Masih hening. Aku menjauhkan ponselku dan melihatnya. Eh, ternyata sebuah pesan. Ku kira telpon. Sebelum ku buka, kulihat dudlu siapa pengirimnya.
"Kim-Kibum." Ejaku. "Mwo? Kim Kibum?" pekikku. Kesadaranku langsung pulih seratus persen. Mataku terbuka lebar. Aku segera membaca pesan dari Kibum.
'Mianhae baru mebalasnya sekarang. Tadi sore aku sibuk membantu Umma di dapur. Hari ini Appa pulang dari dinasnya.'
Jadi dia belum tidur. Kenapa belum tidur? Dengan cepat kubalas pesannya. Tidak perlu menunggu lama, Kibum sudah membalas pesanku.
'Aku baru saja akan tidur. Aku baru menyelesaikan proposal untuk festival. Kau sendiri? Kenapa belum tidur?'
Mwo? Dia menyelesaikan proposal itu sampai malam. Jam berapa sekarang? Jam sebelas malam? Aigoo.. Kim Kibum, kau terlalu memaksakan diri.
'Mwo? Kau begadang hanya untuk proposal itu? Aigoo.. ini sudah jam sebelas malam, Kim Kibum. Segeralah tidur. Besok ku traktir makan siang di kantin sebagai ucapan terima kasihku. Dan aku tidak ingin mendengar penolakan. Jaljayo, Kim Kibum'
Setelah mengirim pesan itu, aku menunggu beberapa saat. Ternyata tidak dibalas. Mungkin sudah tidur. Baguslah. Kasihan jika dia harus tidur terlalu malam. Ah, sebaiknya aku juga kembali tidur, barangkali bisa memimpikan Kibum. Aigoo.. Kim Kibum, I Loph Yu Pul. Hahaha.. :D
Siwon Pov End
TBC
RAEMI CURCOL AREA
Sesuai judulnya, Curcol Area, jadi sekarang Mi akan menceritakan asal usul fict ini :D
Waktu itu, Mi lupa hari apa, donsaeng Mi sms Mi ngajak ffan. berhubung Mi lagi nggak ada kerjaan, Mi mau diajak ffan sama dia.
Di cerita aslinya, sebenernya pairingnya bukan Sibum. tapi Siwon x OC. lama, Mi ffan sama dia, sampai Mi kepikiran untuk jadiin ini ff beneran.
setelah dapet persetujuan dari donsaeng Mi, Mi mulai nulis fict ini dan akhirnya mem-publish-nya.
gara-gara fict ini juga -menurut donsaeng Mi- TO IPA dia jadi berjalan lancar =.='
aneh banget kan?
Oke, sekian untuk area curcol kali ini :D
wanna review now? :)
Anonymous allowed :D
