Saya bukan pemilik Naruto atau One Piece!
Bocah Monster – Raung Kesedihan!
Uzumaki Naruto, pahlawan Perang Dunia Shinobi ke-4 dan merupakan mantan Hokage ke-7 telah melewati liku kehidupan yang keras. Namun di usia tuanya dia bisa mengulas senyum bahagia, kehangatan sebuah keluarga telah dirasakan, pengakuan penduduk desa telah didapatkan, teman baiknya terselamatkan, dunia berada dalam kedamaian, mimpi menjadi Hokage tergapai, semua mimpi, keinginan, maupun harapan hidupnya telah tercapai. Naruto bisa meninggalkan dunia tanpa adanya penyesalan di usia tuanya yang memasuki tahun ke-169.
"Ayah, Ibu, Hinata... Aku datang!" Gumamnya sambil tesenyum.
Kalimat itulah yang terakhir diucapkan Uzumaki Naruto sebelum jiwanya meninggalkan jasad, dan gelap meyelimuti pandangannya.
Sedetik...
Sejam...
Seminggu...
Setahun...
Atau mungkin seabad...
Naruto tidak tahu berapa lama dia berada dalam kegelapan. Namun yang pasti bahwa harapannya untuk bertemu dengan semua kerabatnya setelah kematian tidaklah terjadi, karena sampai sekarang dirinya masih terjebak dalam gelap.
Hatinya kini merasakan keraguaan. Kematian tanpa penyesalan kembali dia pertanyakan, kebahagian keluarga yang ditinggalkannya kembali terbayang. Sebuah pertanyaan kini muncul dalam pikirannya : "Apakah ada sesuatu dalam hidupku yang belum aku selesaikan?"
Tidak berselang lama, sebuah cahaya meneranginya. Saat cahaya itu semakin terang, Naruto merasakan tubuhnya ditarik oleh gravitasi menuju sumber cahaya. Sehingga memaksanya menutup mata, tapi ketika dia membukanya... semuanya berubah.
Kini dirinya berada dalam pelukan seorang wanita muda berambut pirang, dan mata biru yang memancarkan kasih tertuju padanya. Kebingungan menguasainya, sehingga memaksa untuk angkat bicara.
"Oe~ Oe~ Oe~" Naruto melebarkan mata begitu mendengar adanya kesalahan dalam bahasa dan suaranya. "APA YANG SEBENARNYA TERJADI?" Teriak Naruto dalam hati.
Rusukaina merupakan pulau yang terletak pada Jalur Lautan Sunyi, tepat di bagian Barat Laut Amazon Lily. Pulau ini sangat berbahaya, memiliki 48 jenis musim yang berganti setiap minggu. Belum lagi pulau ini juga dihuni oleh berbagai jenis hewan buas, bahkan penduduk Kuja sendiri mengakui kalau Rusukaina merupakan pulau yang berbahaya meskipun kebanyakan dari mereka adalah petarung hebat.
Dulu sebuah populasi kehidupan manusia pernah menghuni Rusukaina, tetapi penduduk yang menempati tidak bisa bertahan terhadap lingkungan yang begitu ekstrim sehingga akhirnya terjadi kepunahan dan memutuskan untuk meninggalkan pulau.
Saat ini hanya ada ratusan hewan buas bertubuh besar yang menghuninya. Rantai makanan di Rusukaina tidak bisa dilihat hanya dari jenis hewannya, melainkan induvidu. Jika pada umumnya kodok dimakan ular, di pulau ini bisa saja ular dimakan kodok. Rusukaina memiliki ekosistem liar, hanya yang kuatlah bertahan, dan mereka yang terus berlatih semakin kuat hidup lebih lama.
Bertarung dan berburu, itulah keseharian yang dijumpai pada pulau ini. Hewan-hewan buas setara dengan Raja Lautan [Sea King] menguasai Rusukaina.
Namun semuanya berubah ketika seorang wanita dan bayi dalam pelukannya berlabuh di tepi pantai Rusukaina.
"Oe~ Oe~ Oe~" Tangis bayi mungil yang terbaring di pelukan wanita berambut pirang.
Tidak berselang lama setelah tangis pilu bayi tadi, sekelompok hewan berukuran besar datang mendekati tempat tergeleteknya sepasang ibu dan anak.
Sedangkan wanita berambut pirang tadi hanya bisa melihat situasinya dengan pasrah, karena tidak lagi memiliki kekuatan untuk mencari tempat aman lain. Dia merupakan salah satu budak milik Tenryuubito yang berhasil melarikan diri bersamaan dengan beberapa budak lain. Namun memutuskan untuk pergi seorang diri karena ingin putra satu-satunya aman dari kejaran Tenryuubito, melihat siapa ayah bayi di pelukannya.
Water Tsukiumi, nama wanita itu. Rambut pirangnya kini tampak lusuh, daster putih yang dikenakannya terlihat penuh noda, bahkan jubah hitamnya penuh sobekan. Mata biru penuh kasihnya terus tertuju pada bayi di pelukan, dan mengabaikan hewan buas yang mengelilinginya meskipun sudah siap menerkam. Kulit putihnya kini bersimbah darah dari luka-luka yang dimiliki. Dia bisa sampai ditempatnya sekarang dengan bermodalkan perahu kecil dan kekuatan buah iblisnya, Mizu Mizu no Mi.
"ROARRR!"
"GRRRRR!"
Raungan hewan buas itu semakin keras, layaknya saling berargumen siapa pemilik mangsa di hadapan mereka.
"Maelstrom, yah! Water Naruto, nama yang bagus 'kan?" Gumam pelan Tsukiumi sambil mengulas senyum terakhir pada bayinya.
"Oe~" Bayi tadi kembali menangis seakan mengetahui bahwa ibunya telah meninggal.
Bersamaan itu hewan-hewan buas yang mengelilinginya langsung bergerak dan siap menerkam mangsanya dengan geram.
"OEEE~" Tangisan bayi semakin keras, dan gelombang energi keluar dari tubuh mungil itu layaknya badai sehigga membuat semua hewan yang siap menerkamnya bersujud di dekat sang bayi.
Cerita Berakhir
Silahkan tinggalkan reviews!
Frozen Clouds.
