Dua minggu tahun pertama ini menjadi sangat aneh bagiku. Pertama adalah kehadiran Rubeus di Hogwarts, dan yang lebih membingungkan adalah dia satu asrama denganku! Memang aku kenal dia sebagai anak besar yang baik, hanya punya "ketidakwajaran obsesi" terhadap hewan buas. Hari ini sahabatku Sirius baru menyadarkan bahwa telah terjadi keanehan kedua. Bahwa seorang dungu Slytherin, bernama Snivellus, mendaftar untuk menjadi penggemarku setelah Peter. Mendadak aku berfirasat bahwa akan terjadi keanehan ketiga. Dan firasatku benar.

Lukisan nyonya gemuk yang menjadi pintu ruang rekreasi asrama Griffindor terbuka. Seorang anak laki-laki jangkung keluar dari lubang lukisan. Anak laki-laki itu berdiri jengah dengan mendekap setumpuk besar buku, sontak seluruh mata anak Griffindor yang tadinya berkesibukan masing-masing kini menyorotnya sinis. Bahkan konsentrasiku yang sangat kuat ketika menatap Lily tak mampu bertahan, itu aneh sekali dan mengganggu. Hampir aku menumpahkan emosi sebelum sedetik kemudian, kepala asrama sekaligus guru transfigurasi, Profesor Dumbledore, muncul dari kegelapan.

"Saya hendak menginterupsi sebentar." Dumbledore tersenyum watados lalu melanjutkan, "Rupanya kalian punya teman baru. Nah, James," rasanya jantungku bersalto saat guru favoritku itu menyebut namaku, "kukira kamarmu satu-satunya yang berisi tiga, jadi kau tidak akan keberatan Remus mendapat sebuah ranjang," dia menyepak kecil anak berwajah pucat itu masuk lalu ia keluar lagi sembari berucap "selamat malam" serta mengedip jahil padaku.

Anak baru itu terlihat lugu sekali. Dia begitu pucat. Kulit di sekitar matanya menghitam, mungkin tidak tidur semalaman. "Oh, halo," Remus menghampiriku, "Kau James, ya? Aku Remus, Remus Lupin." Melihat tangannya terulur, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lebih gaib dari sihir. Sesuatu itu menyetrumku, seperti jarum tak tampak menusuk saraf otakku, memutar balik arah aliran darahku dan memompanya melalui nadiku lebih kencang. Aku hampir yakin, ini kilasan penglihatan...

... Aku tertutup oleh jubah gaib kesayanganku... Aku berjalan mengendap-endap keluar dari Hogwarts di malam hari... Aku melihat monster, namun sama sekali tak merasa takut, malah aku senang—bahagia...

Aku sadar, Remus masih menatapku dari jarak setengah meter. "Maaf, aku melamun," kataku buru-buru sembari tanganku menyambar tangannya. Dia terlihat gelisah dan canggung, mungkin juga bingung. "Kalau begitu, aku James Potter, salam kenal. Senang bertemu denganmu."