Fict pertamaku yang aku publish. Maaf pendek banget ;_;
Bagian 1 dari 4 drabble.
Mohon review-nya karena aku belum pernah menunjukkan tulisanku pada siapapun u_u
The Hunger Games milik Suzanne Collins.
Empat buah roti bit-size dengan taburan rumput laut simbol distrik kita.
Kuambil roti pertama. Kugigit perlahan.
Aku ingat bagaimana kita bertemu.
Ya, kau sang bintang Capitol yang seharusnya duduk tenang di rumah rumah mewah yang disediakan untuk pemenang sejak 2 tahun silam malah berkutat di pantai, sibuk mengajari beberapa anak kecil membuat simpul simpul dasar yang menjadi keahlianmu –selain trisula yang entah kenapa membuatmu terlihat trisula manapun memang diciptakan khusus untukmu.
Kau mengajari anak anak itu dengan telaten. Dengan sabar kau mengurai simpul mereka yang salah salah malah menjadi simpul mati yang sulit diuraikan. Tapi kau tetap tertawa dan bercanda dengan anak anak itu. Menanggapi celotehan mereka. Tatapan mata terlembutmu yang bahkan tak pernah aku lihat di layar kaca ketika kau menebarkan segara pesona mu pada wanita wanita Capitol.
Dan ya, hari itu juga aku baru sadar bahwa aku jatuh hati pada Finnick Odair. Bukan sekadar silau karena pesonamu seperti para penggemarmu. Karena aku jatuh hati pada sisi lainmu yang mungkin tak pernah kamu tunjukkan pada siapapun. Sisi lembut Finnick Odair yang manusiawi. Bukan sisi lembut Finnick Odair yang palsu yang kau tunjukkan setiap hari. Sosok tanpa topeng sang lelaki idola Capitol.
Sudah satu jam aku berdiri dibalik pohon kelapa itu memperhatikanmu mengajari anak anak itu. Punggung lebar yang kokoh itu sesekali menahan tawa menanggapi tingkah lucu anak anak itu. Juga tangan kokoh yang sesekali mengacak rambut mereka ketika mereka menanyakan hal hal konyol. Juga kau yang mengajak mereka tos karena berhasil mengikuti instruksimu membuat simpul sederhana. Tanpa terasa semua gerak gerikmu sudah terekam dikepalaku, Finnick.
Langit mulai berubah warna menjadi jingga tanda bahwa anak anak itu harus segera pulang. Aku lihat tatapanmu yang sedikit kesepian ketika mereka mengucapkan sampai jumpa lagi besok. Karena, yah, aku tahu, hanya pada anak anak itu kau bisa melepaskan penatmu, menjadi sosokmu sendiri.
Dan kau masih duduk di pesisir itu sendirian.
Rambut keemasan itu melambai lambai lembut. Dan mata hijau itu –ah siapapun tak bisa melupakannya.
"Aku tahu kau sejak tadi disana, Cresta." Tiba tiba Ia bersuara tanpa menoleh sedikitpun. Ugh. Tidak ada gunanya lari karena itu akan membuatku terlihat seperti pemuja nya yang lain.
"Aku tidak sengaja lewat sini -dan yahh kebetulan saja aku lewat sini -aku cuma ingin jalan jalan –setiap hari aku juga kesini-" tunggu! Apa yang aku katakan, ugh disaat seperti ini mulutku malah tak mau berkoordinasi dengan otakku.
Ia tertawa tertahan melihatku. Astaga aku yakin wajahku sudah semerah apa sekarang. Oh tuhan. Oh tuhan.
"Kau lucu sekali sih. Aku hanya bilang kalau aku tau sejak tadi disana. Tidak ada yang melarangmu disana. Kau boleh bergabung denganku kalau kau mau," katanya masih dengan sisa sisa tawanya. Oh tuhan, Ia tampan sekali.
Aku duduk disampingnya. Memperhatikan jemari kokohnya yang masih sibuk membuat simpul.
"Apa yang kau lakukan?" tanyaku sambil bermain-main kecil dengan pasir-pasir putih halus disekitarku untuk meredam debar jantungku. Dan tidak ditanggapi oleh lawan bicaraku karena masih sibuk dengan simpulnya, akhirnya aku memilihi diam.
15 menit berlalu dalam sunyi dan anehnya waktu berjalan cepat sekali. Tiba-tiba diraihnya tangan kananku.
"A-apa yang kau lakukan Odair? He-hey-lepaskan tangan-" sahutku gugup sambil berusaha menarik tanganku. Tunggu. Ternyata Ia mengikatkan simpul yang tadi sibuk dibuatnya ketanganku.
Sebuah gelang dengan simpul yang rumit dan indah.
"Kau suka Cresta?" tanyanya sambil tersenyum, masih dengan tanganku di tangannya. Mata hijau terangnya yang kontras menatap langsung mata hijau gelapku.
"Oh-tentu- ini bagus sekali,"
Tiba tiba Ia bangkit lalu mengacak-acak rambutku dan meninggalkanku yang masih kebingungan sendirian.
Astaga. Pemuda trisula itu benar benar seperti simpul. Terlihat kuat sulit diuraikan.
